Nasi Goreng Gila

7.7K 276 10
                                    

 "Apa yang harus saya lakukan?" Tanya Dziqa.
"Begini. Ayah dan Ibu Bapak mau ke rumah Bapak hari ini. Bapak butuh bantuan memasak. Nah, temen temen Bapak gak ada yang bisa bantu. Kamu, bisa, kan bantu? Nanti kamu juga ikut makan." Jawab Pak Zan.
"Boleh aja, sih." Kata Dziqa. Awalnya, ia capek. Tapi, ia senang bisa membantu orang. Walaupun dia tidak bisa masak. "Tapi, kan saya gak bisa masak?"
"Ya, gak apa apa. Kan, cuman bantu bantu aja." Jawab Pak Zan.
"Oke, kalau gitu." Kata Dziqa.
"Sama.. Tolong jangan terlalu kaku ngomongnya. Kamu bisa ganti baju dulu, kan? Jadi, kamu gak terlalu terkesan 'murid' di depan keluarga saya." Kata Pak Zan.
"Siap, Pak."

     Dziqa mengendarai sepedanya menuju ke rumah sambil di tutur oleh Pak Zan. Ia pun memasukkan sepedanya ke garasi rumahnya dan kemudian mengganti bajunya. Setelah mengganti baju, ia kembali dan kemudian duduk di belakang Pak Zan.
"Sudah siap?" Tanya Pak Zan.
"Udah, Pak." Jawab Dziqa.
"Oiya, kamu nanti manggilnya Kakak. Jangan pake saya, tapi pake aku. Pokoknya, pura pura aja kamu temen deket saya." Kata Pak Zan. "Kamu gak kerepotan, kan? Takutnya, kamu udah capek saya suruh suruh."
"Ah, enggak, kok. Emang, awalnya aku capek. Tapi, ditawari makan makan mana bisa nolak? Lagian, Mama sama Papa, kan pulang besok. Aku cuman sama pembantu di rumah." Jawab Dziqa.
"Oke, kalau gitu. Sebelumnya, terimakasih banyak." Kata Pak Zan. 
Tiba tiba saja ada truk yang belok dengan kencang. Pak Zan pun mengerem motornya dengan mendadak. Badan Dziqa menempel pada punggung Pak Zan dan tangannya memeluk Pak Zan. Tapi, itu refleks. Dziqa pun segera melepasnya. "Eh, maaf, Pak."
"Iya, gak apa apa." Kata Pak Zan.

     Mereka pun sampai di rumah Pak Zan. Dziqa dan Pak Zan mulai memotong bahan bahan seperti bawang, wortel, dan lainnya. Pak Zan berniat untuk memasak Nasi Goreng dengan resepnya sendiri. Dziqa yang tidak terlalu bisa masak, membantu memotong wortel karena potongan Dziqa rapi walaupun lama. Pak Zan memotong bahan bahan dengan cepat.
"Wow, Bapak motongnya cepet banget. Aku aja masih segini." Kata Dziqa.
"Ahahaha... Nanti juga kamu bakalan lebih cepet dari saya kalau udah terbiasa." Kata Pak Zan.
Mereka pun memulai memasak Nasi Gorengnya. 

    Dziqa dan Pak Zan menambahkan banyak sekali bahan ke nasi goreng itu. Ada wortel, ada bawang daun, ada bawang merah, bawang putih, cabe yang dipotong kecil kecil, kornet, telor, ayam, ati, ampela, dan sosis. Mereka juga menambahkan saos dan kecap.
"Di coba dulu nasi gorengnya." Kata Pak Zan.
Dziqa pun mencobanya. Raut mukanya berubah. 
"Pedes banget, gila." Kata Dziqa.
"Ah, masa?" Pak Zan pun mencoba nasi goreng buatan mereka. "Segini, mah belum terlalu."
"Hah? Segitu pedes banget?!" Dziqa mencari minum dan meneguknya.
"Iya, keluarga saya suka pedes." Pak Zan pun mencoba lagi.
"Hmm.. Pantesan."

    Mereka menyiapkan piring dan alat alat makanan lainnya di meja makan. Semuanya tersusun rapi untuk dihidangkan kepada keluarga Pak Zan.
"Okey, keluarga saya udah di gerbang komplek. Jadi, kita akan siap siap menyambut mereka." Kata Pak Zan.
"Oke." Kata Dziqa.

    Pak Zan dan Dziqa membuka pintu depan dan menunggu di dekat pintu. Keluarga Pak Zan pun datang. Ada Ayah, Ibu, Kakak, dan mungkin Kakak iparnya.
"Zan!" Sapa Ibunya. Ibunya pun memeluk Pak Zan. "Ini siapa, Zan?" 
"Ini calon aku, Bu."

I Love Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang