Nilai Anjlok

12.8K 420 3
                                    

Dziqa sesaat terdiam saat melihat Pak Zan yang sedang berdiri di dekat pintu masuk rumahnya. Bagaimana bisa dia bertemu dengan Pak Zan di mana-mana? Dia baru saja bertemu Pak Zan beberapa hari yang lalu, sekarang dia sering bertemu dengan Pak Zan.
"Kamu anaknya Pak Bambang?" Tanya Pak Zan membuyarkan lamunan Dziqa.
"Engg.. Iya.. Bapak siapanya Bapak aku?" Tanya Dziqa balik.
"Bukan siapa siapa banget, sih. Cuman ini, Bapak kamu punya hewan peliharaan. Terus, hewannya sakit. Kebetulan, temennya Bapak kamu temenan sama Bapak. Nah, Bapak kamu minta tolong diobatin hewannya. Ini, Bapak kembalikan hewannya." Jawab Pak Zan.
"Oh, oke, makasih banyak, ya, Pak. Ah, aku gak tahu harus gimana lagi kalau dia mati." Kata Dziqa.
"Oke, bagus, lah kalau kamu seneng. Bapak pergi dulu, ya. Tadinya, Bapak mau ngejelasin tentang penyakitnya kalau Bapak kamu ada. Tapi, lagi gak ada, ya? Yaudah, deh, Bapak pergi dulu, ya." Kata Pak Zan.
"Iya, Pak." Kata Dziqa.
"Salam buat Bapak kamu, ya." Kata Pak Zan.
"Oke, siap!"
Pak Zan pun pergi meninggalkan rumah Dziqa. Di tengah tengah, dia diam dan berbalik. Pak Zan pun melambaikan tangan kearah Dziqa dan Dziqa membalas lambaian tangan itu.

Setelah Pak Zan pergi, Dziqa pergi ke kamarnya. Dziqa pun menyalakan komputernya dan membuka website yang biasa dia buka. Bukan website aneh aneh. Ia bisa melakukan segala yang dia inginkan di komputernya, karena dia sudah mahir bermain komputer sejak SMP. Dia juga bisa melacak seseorang dengan komputernya. Jadi, kalau dia menyukai seseorang, dia bisa langsung tahu bagaimana orang itu dan asal usulnya. Apakah orang itu orang baik baik atau tidak? Tapi kadang kala, ia juga gagal untuk melacak orang yang ia sukai bila sudah benar benar suka.

Keesokan harinya, Dziqa bangun lebih lambat daripada biasanya. Tadi malam, dia tidur terlalu larut. Sekarang, ia harus buru buru ke sekolah tanpa banyak persiapan. Di sekolah pun, dia menjadi tidak konsentrasi. Ia sangat mengantuk, sehingga ia pun tidur saat jam pelajaran berlangsung. Ia tidak memperhatikan pelajaran. Ia juga tidak tahu bahwa ada seseorang yang memperhatikan dia tidur.
"Ssst, Dziq, bangun! Itu Pak Zan ngeliatin kamu. Woy!" Kata Aina.
"Hmmmm" Dziqa malah mengerang.
"Dziq, aku serius." Kata Aina.
"Hmmm." Dziqa masih belum sadar
Pak Zan melangkahkan kakinya ke tempat Adziqa duduk.
"Dziqa, kamu masih mau tidur?" Tanya Pak Zan.
"Iya, Ma." Jawab Dziqa.
Semua murid di kelas itu mentertawakan Dziqa.
"Haduuuhhh kamu malah jawab pake Ma Ma an segala." Kata Aina.
"Dziqa, pergi ke toilet sana! Cuci mukamu!" Kata Pak Zan.
"Mmmm... I..iyaa, Pak." Kata Dziqa.
Semua murid di kelas itu tertawa lagi. Lebih keras dari sebelumnya. Beberapa ada yang berbisik.
"Sudah! Yang lain ayo lanjut belajar." Kata Pak Zan.

Karena bisnis onlinenya, ia sering tidur larut malam. Ia juga bangun telat. Di sekolah pun, belajarnya tidak benar benar seperti biasanya. Ia tidak pernah memperhatikan guru yang menerangkan, karena setiap jam pelajaran yang banyak menerangkan, Dziqa merasa di nina bobokan oleh guru. Bahkan, ia dengan berani tertidur lelap di kelas.

Pak Zan menerangkan materi dengan panjang lebar. Pak Zan tidak mau ada satu pun murid yang bertanya nanti ketika ulangan. Ia memastikan semua muridnya bisa. Murid murid pun merespon apa yang Pak Zan jelaskan. Pak Zan senang dengan hal itu. Tapi, Dziqa malah tidur disaat murid murid yang lainnya merespon Pak Zan yang melontarkan banyak pertanyaan kepada muridnya. Melihat hal itu, Aina merasa khawatir.
"Dziq, bangun, dong. Ini materinya penting banget!" Kata Aina sambil menggoyangkan tubuh Dziqa supaya Ia bangun.
"Nggg... Ngantuk banget, Na." Kata Dziqa.
"Tapi, nanti kamu ketinggalan pelajaran." Kata Aina.
"Gak apa apa, aku ngantuk banget." Kata Dziqa.
"Kamu semalem tidur jam berapa?" Tanya Aina. Ia sengaja bertanya ini itu supaya Dziqa tetap tersadar.
"Aku tidur jam satu, Na." Jawab Dziqa.
"Haduh, pantesan! Yasudah, cuci muka dulu, yuk! Kamu harus ngedengerin penjelasan Pak Zan, Dziq!" Kata Aina.
"Yasudah, deh." Dziqa pun akhirnya menurut dan kemudian Ia bangun.
"Pak, saya izin ke toilet, ya!" Kata Aina.
"Iya, silahkan. Jangan terlalu lama, ya! Awas di toilet ada sesuatu, iiihhhh..." Canda Pak Zan.
"Sesuatunya juga bakalan takut sama aku, Pak." Kata Aina.
Aina pun mengantarkan Dziqa ke toilet. "Kamu harus sadar."

Di toilet, Aina menunggu Dziqa yang mencuci mukanya. Ia bingung dengan sahabatnya ini. Untuk apa Dziqa mencari uang lagi lewat bisnis online? Ia sudah punya cukup uang. Segala kebutuhannya sudah tercukupi. Untuk apa ia begadang untuk bisnis online? Aina kasihan melihat Dziqa yang sering tertidur. Aina tidak ingin Dziqa ketinggalan pelajaran dan ia tidak lulus di berbagai pelajaran. Padahal, Dziqa adalah seorang anak yang cerdas.

Dziqa pun selesai mencuci mukanya. Aina melihat Dziqa yang sudah terlihat lumayan segar. Karena penasaran, Aina mencoba untuk bertanya pada Dziqa tentang apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.
"Dziq, kalau kata aku, ya, mending kamu berhenti dulu bisnis onlinenya." Kata Aina.
"Duh, gak bisa banget, na. Aku gak bisa berhenti." Kata Dziqa.
"Kenapa? Kamu sekarang jadi sering tidur di kelas, pelajaran kamu jadi terganggu gara gara itu." Kata Aina.
"Aku gak bisa. Bisnis Papa aku..."


I Love Pak GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang