Tembok yang tadinya berwarna abu abu jadi berwarna warni setelah dihias oleh Dziqa dan Pak Zan. Ada banyak tawa dan senyuman di wajah mereka. Terkadang, mereka saling mencoret wajah satu sama lain selama Aina pergi ke WC.
"Parah banget lukisan kamu, HAHAHA!" Kata Pak Zan.
"Kan Bapak yang bikin kacau! Hahaha!" Kata Dziqa.
Lalu, datanglah Aina dari toilet. Senyum menghiasi wajahnya saat itu."Kenapa, kok tiba tiba senyum, sih? Jadi curiga," Tanya Dziqa.
"Pertama, aku udah lega abis dari WC. Kedua, aku seneng lihat kalian berdua ketawa bareng. Kayak bahagiaaa banget. Yah, walaupun lukisannya ancur... banget!" Jawab Aina.
"YaAmpun. Kita seneng lah. Abis ngancurin tembok kesayangan kamu! Hahaha.." Kata Dziqa.
"Yah, karya seni tuh gak ada yang jelek, sih sebenarnya. Gampang, lah kalau warga gak suka, tinggal diperbaiki." Kata Aina."Kayaknya ini bukan bakat aku, Pak."
Dziqa dan Pak Zan pun pergi ke sebuah rumah yang minimalis. Mereka pun masuk ke rumah itu. Disana ada seorang perempuan yang usianya hanya berbeda tipis dengan Pak Zan.
"Eh, Kak Zan. Kakak mau batuin aku masak lagi?" Tanya perempuan itu.
"Iya, Mir. Tapi, kali ini kakak dibantuin sama dia." Jawab Pak Zan.
"Siapa dia, kak? Cantik. Pacar kakak yang baru, ya?" Tanya perempuan itu."Ini murid kakak, Mir. Kalian kenalan dulu aja." Jawab Pak Zan.
"Hai, aku Dziqa." Kata Dziqa.
"Hai, aku Mira. Kamu cantik, deh." Kata perempuan yang ternyata bernama Mira itu.
"Aku pinjem dapurnya sebentar, ya!" Kata Pak Zan.Dziqa berjalan ke dapur yang super rapi. Kayaknya, Mira sering beres beres rumah. Semua barang yang ada di dapur tertata rapi.
"Kita ngapain disini?" Tanya Dziqa.
"Kita bakalan masak sesuatu." Jawab Pak Zan.
"Kita? Bapak aja deh. Maaf." Kata Dziqa.
"Kenapa? Apa salahnya belajar dulu?" Tanya Pak Zan."Oke oke."
Dziqa sudah mahir memotong bawang dan bahan lainnya. Tapi, ia masih belum bisa mengatur waktu kapan harus membalik makanan yang sedang ia goreng sekarang. Ia juga terkadang kelebihan memberikan bumbu kepada makanan yang sedang ia buat.
"Kamu memasukkan garamnya terlalu banyak, awas asin. Saya tambahkan air dan gula sedikit, ya biar rasanya imbang." Kata Pak Zan. Pak Zan pun menambahkan air dan gula sedikit ke masakan tersebut. "Kamu coba duluan." Kata Pak Zan. Dziqa masih merasakan asin. Tapi sepertinya, rasa asinnya lebih mending daripada sebelumnya.
Makanan pun disajikan di meja makan Mira. Ada sup ada juga ikan goreng, dan beberapa minuman buatan Pak Zan.
"Silahkan dinikmati. Bagaimana rasaya, Mir?" Tanya Pak Zan.
"Enak, sih. Tapi, kok tumben masakannya gak kayak biasanya?"
"Ya, mungkin ada kesalahan teknis sedikit." Jawab Pak Zan.
"Mmmm... Itu sebenarnya salah aku. Aku tadi masukin garemnya kebanyakan. Maaf, ya.." Kata Dziqa.
"Gak apa apa. Kan, lagi proses belajar. Aku juga dulu kayak gitu, kok." Kata Mira.Dziqa dan Pak Zan menuju sebuah mall yang ada di dekat situ. Disana ada sebuah karaoke terbuka. Pak Zan merequest supaya Dziqa bisa bernyanyi di karaoke itu.
"Selanjutnya, mari kita panggilkan Dziqa!" Kata pembawa acara.
"Hah? Kok aku, sih Pak?" Tanya Dziqa.
"Coba kamu nyanyi. Lagu apa yang kamu hapal?" Tanya Pak Zan balik.
"Close - Tove Lo. Tapi, bapak temenin saya jadi Nick Jonasnya."Dziqa pun naik ke panggung ditemani Pak Zan yang sepertinya aka bernyanyi juga. Dziqa dan Pak Zan mengambil mic yang ada di dekat mereka. Musik instrumental lagu Close pun mulai berbunyi. Mereka pun berduet menyanyikan lagu itu. Penonton pun bertepuk tangan keras keras. Sepertinya penonton menyukai kolaborasi mereka.
"Mungkin, inilah bakatmu." Kat