Dziqa diam saat lelaki itu menunjuk kearahnya dan mengatakan bahwa ia bertemu dengan Dziqa kemarin. Memang, sih, Dziqa melihat sekilas muka Pak Zan dan lelaki yang secara tidak sengaja ia jatuhkan kaleng mirip. Tapi, tetap saja Dziqa malu untuk mengakuinya.
"Saya? Hahaha... Mungkin, Bapak salah lihat." Tanya Dziqa.
"Saya yakin banget, kok itu kamu." Jawab Pak Zan.
Dziqa tersipu malu, ternyata orang itu masih mengingatnya. Mukanya memerah, ia mengakui dalam hati bahwa ya, dia orang yang kemarin. Tapi, tetap saja dia berbohong.
"Hahaha. Mungkin ada yang mirip sama saya." Jawab Dziqa bohong.
"Yah, mungkin saja Bapak salah. Tapi, yasudah, lah, mungkin kemarin saya lihat doppelgangermu." Kata Pak Zan. Ia pun mengambil sebuah buku dari meja dan membukanya. "Baiklah, buka halaman 204 ya semuanya."Bel istirahat pun berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas demi mendapatkan kursi di kantin. Dziqa, Aina, dan Zelda juga pergi ke kantin, tapi tidak seburu buru anak yang lainnya. Saking santainya, mereka telat ke kantin dan semua kursi sudah penuh. Ada guru dan murid di kantin. Semuanya berbaur. Dziqa dan yang lainnya hendak membatalkan aktifitas mereka di kantin hingga...
"Gaada tempat? Sini, masih kosong." Kata Pak Zan sambil melambaikan tangan.
"Oiya, makasih, Pak. Tapi, gapapa nih?" Tanya Dziqa.
"Iya gapapa kok."Kata Pak Zan.
Mereka bertiga pun duduk di tempat Pak Zan. Aina pun pergi untuk memesan makanan, sementara Dziqa dan Zelda menunggu di tempat yang tadi diberi oleh Pak Zan.
"Bapak mau tanya, dong. Kalau Pak Memet cara ngajarnya gimana? Lewat games? Atau nerangin biasa? Atau cuman ngasih soal langsung pergi? Kira kira, cara ngajar Pak Memet bikin kalian langsung ngerti gak?" Tanya Pak Zan.
"Pak Memet tuh ngajarnya ngebosenin banget, Pak. Dateng dateng cuman ngasih soal terus duduk aja di meja guru. Kita gaboleh nanya, cuman boleh searching. Udah gitu, sekalinya ngasih tugas, banyaak banget. Semoga, Bapak jauh lebih baik daripada Pak Memet." Jawab Zelda.
"Oh, gitu, ya. Ya, Bapak akan coba sebisa Bapak supaya Bapak bisa lebih baik dari Pak Memet." Kata Pak Zan.
"Oh, iya, Pak. Kalo bisa pas ngasih tugas jangan banyak banyak, ya. Kami kadang kadang suka begadang buat ngerjain tugas dari Pak Memet. Eh, besoknya bangun telat, terus tugasnya ketinggalan karna buru buru." Kata Dziqa. Dia langsung ingat dengan kejadian hari ini.
"Asalkan nilai kalian bagus bagus, Bapak gak akan kasih tugas banyak. Bapak cuman kasih tugas rumah buat anak yang nilainya masih dibawah KKM." Kata Pak Zan.
Lalu, datanglah Aina dengan tiga mangkuk Mie Ayam. Tapi, pada saat itu juga Pak Zan berdiri, hendak pergi.
"Lah, Bapak mah. Aku baru aja dateng Bapak langsung pergi, kayak gak suka ada aku aja." Kata Aina sambil membagikan mangkuk Mie Ayam itu.
"Enggak, kok. Bapak, kan udah selesai makan, Bapak mau ke ruang guru lagi." Kata Pak Zan.
"Gak mau ngobrol lagi, nih?" Tanya Aina.
"Lain kali, ya.. Bapak pergi dulu, ya." Jawab Pak Zan. Ia pun pergi meninggalkan Dziqa dan kawan kawan.Akhirnya, waktu yang paling ditunggu oleh semua siswa pun datang. Waktu pulang sekolah, waktu dimana mereka bebas melakukan aktifitas yang mereka suka, terutama tidur. Tapi, Dziqa hari ini pulang lebih telat sejam untuk membersihkan kelas. Kelas Dziqa merupakan salah satu kelas terkotor di sekolahnya. Laki laki di kelasnya tidak bisa menjaga kerapihan.
Setelah melaksanakan tugas piket, Dziqa pulang ke rumahnya dengan menaiki angkutan umum. Tapi, sebelum ia menemukan angkutan umum, ia harus berjalan dulu sedikit. Di jalan, ia bertemu dengan Pak Zan yang lewat dengan motornya. Pak Zan pun langsung memberhentikan motornya dan melihat kearah Dziqa.
"Dziqa, kamu yang tadi ada di kantin, kan?" Tanya Pak Zan sambil membuka kaca helmnya.
"Iya, Pak. Ada apa?" Tanya Dziqa balik.
"Bapak yakin banget, bukan doppelganger kamu yang Bapak lihat kemarin. Itu kamu, kan? Hayoo, ngaku aja gausah malu." Tanya Pak Zan lagi.
"Hahh... Iya, emang aku kemarin. Bapak masih gak maafin aku?" Tanya Dziqa balik.
"Bapak maafin kamu, sih. Cuman, yah, penasaran aja kenapa kamu gak mau ngaku." Jawab Pak Zan. "Mau bareng?"
"Gausah, Pak. Bentar lagi juga ketemu angkutan umum." Jawab Dziqa.
"Oke, hati hati di jalan, ya Dziq!" Kata Pak Zan dan kemudian melambaikan tangan pada Dziqa.
Dziqa membalas lambaian tangannya dan kemudian berjalan kembali sampai menemukan angkutan umum.Setelah Dziqa sampai di rumahnya, ia langsung membersihkan dirinya. Ia memulai dengan mandi dan kemudian ia melanjutkannya dengan memakai masker. Setelah itu, ia bersantai di kamarnya sambil memainkan laptop dari Ayanya untuk menulis cerita di Wattpad.
Jam lima sore, Dziqa mulai bosan dengan aktifitasnya. Ia pun pindah ke ruang keluarga untuk menonton TV. Semua channel ia coba. Tapi sayang, tidak ada yang seru baginya. Ia pun duduk dengan malas dan kemudian merebahkan diri di sofa ruang keluarga. Tiba tiba, suara ketukan pintu terdengar. Dziqa sudah senang karena mengira yang datang adalah orangtuanya. Tapi, saat ia membuka pintu, harapannya pupus.
Seorang lelaki yang dua hari berturut turut ia temui secara tidak sengaja, dengan cara yang tidak ia harapkan. Lelaki itu membawa sesuatu di tangannya. Lelaki itu tersenyum ramah kepada Dziqa karena sepertinya mereka saling kenal. Lelaki yang ada di pintu itu adalah Pak Zan.
![](https://img.wattpad.com/cover/46413708-288-k618646.jpg)