Pagi hari yang mendung, menghembuskan semilir angin yang membuat siapapun yang sedang tidur saat ini susah untuk meninggalkan tempat kejayaannya, kasur. Termasuk Dziqa, seorang gadis seperti gadis pada umumnya yang susah juga meninggalkan tempat kejayaannya. Dia masih ingin memimpikan Hanif, sang pujaan hatinya.
Tapi, secara terpaksa, ia harus meninggalkan tempat kejayaannya karena Mamanya yang tiba tiba datang. Mama mengetuk pintu Dziqa dan kemudian masuk.
"Ya Ampun, Dziqa! Gadis tuh bangunnya jangan telat! Ayp sholat shubuh!" Kata Mamanya.
Dziqa termasuk gadis yang susah untuk dibangunkan, apalagi hari ini hari libur. Jadi, ia merasa tidak perlu bangun terlalu pagi.Setelah sholat shubuh, Dziqa mandi dan kemudian bersiap siap untuk pergi ke supermarket yang terletak di dekat rumahnya. Supermarket itu memang buka pagi pagi, tapi tutup lebih awal. Dziqa pergi ke supermarket itu untuk membeli beberapa keperluan untuk kedatangan Neneknya nanti. Dziqa sangat menyayangi neneknya, sampai ia harus menyiapkan yang terbaik untuk nenek.
Karena masih pagi, Dziqa ingin berolahraga dulu. Ia pergi ke supermarket dengan menggunakan sepedanya. Lumayan, bakar kalori, daripada naik kendaraan bermotor. Sudah tinggal duduk, polusi udara, dan juga tidak sehat.
Dziqa pun sampai di supermarket. Tempat yang pertama ia kunjungi adalah daerah makanan kaleng. Ia hendak membeli sarden, karena itu makanan kesukaan neneknya. Tapi sayang, saat ia hendak mengambil sarden yang berada di rak bagian atas, ia secara tidak sengaja mendorongnya, dan ups!
Sebuah sarden yang terdorong oleh Dziqa mengenai kepala seorang lelaki yang kira kira berusia 20 tahunan.
Lelaki itu pun berteriak karena kaget, "aduh, apaan, sih?" Tanya lelaki itu. Ia langsung berjalan menuju lorong tempat Dziqa berada.
Dziqa gemetar, "maaf, om." Kata Dziqa sambil menundukkan kepala.
"Om? Yaampun, aku gak tua tua amat, kok." Kata Laki laki itu.
"Eh, iya, maaf, kak."Kata Dziqa.
"Yasudah, gak apa apa. Lain kali, hati hati, ya." Kata lelaki itu.
"Iya, kak." Kata Dziqa.
"Memangnya, kamu mau ngambil apa? Biar saya bantu." Tanya lelaki itu.
"Emmm.. Itu, kak. Saya mau ngambil sarden." Jawab Dziqa.
"Yang mana?" Tanya lelaki itu.
"Itu, sebelah kanan dikit." Jawab Dziqa.
"Ini?" Tanya lelaki itu lagi sambil menunjuk sebuah sarden.
"Iya, makasih, kak." Kata Dziqa.
"Oke.. Saya duluan, ya."Setelah membeli beberapa keperluan di lorong makanan kaleng, Dziqa langsung pergi ke bagian minuman. Ia juga membelikan neneknya sirup kesukaan neneknya. Dziqa hapal sekali rasa kesukaan neneknya, karena itu juga rasa kesukaannya.
Keesokan harinya, Dziqa terburu buru pergi ke sekolahnya. Sampai di sekolah, ia baru ingat bahwa ia meninggalkan tugasnya di atas kasur. Ia sekarang bingung harus apa, karena guru Biologi yang super galaknya pasti marah kalau dia lupa membawa tugas itu. Padahal, Dziqa sudah bela belain begadang untuk mengerjakan tugas dari guru supergalak itu.
Saat sedang melamun memikirkan tentang tugasnya, Aina, sahabatnya datang sambil menepuk punggung Dziqa dengan keras.
"Aduh, apa, sih?" Tanya Dziqa. Sudah bingung, malah dipukul punggungnya.
"Tau, gak, aku punya berita bagus!" Jawab Aina.
"Selain berita tentang Pak Memet gak masuk hari ini, aku gak mau denger." Kata Dziqa.
"Ini bahkan lebih baik dari itu!" Kata Aina.
"Apaan, emang?" Tanya Dziqa.
"PAK MEMET KELUAR DARI SEKOLAH KITA, LOH!!!" Jawab Aina.
"Ah, masa?" Tanya Dziqa tidak percaya. Raut muka sedihnya langsung berubah menjadi raut muka super bahagia setelah mendengar berita itu.
"Bener, aku yakin kamu gak ngerjain PR." Jawab Aina.
"Emang enggak, makanya aku seneng banget." Kata Dziqa.
"Padahal, aku udah mati matian ngerjain itu. Tapi, gak apa apa, lah. Kalo Pak Memet gak ada tandanya, gak akan ada PR susah lagi, hehe.." Kata Aina.
"Eh, emang, kenapa dia gak ngajar lagi, Na?" Tanya Dziqa.
"Ya, mungkin karena udah tua, udah pensiun. Gatau, atuh." Jawab Aina.Akhirnya, pelajaran Biologi pun di mulai. Tiba tiba saja seorang lelaki yang masih muda datang ke kelas Dziqa sambil membawa laptop, map, dan buku. Tampaknya, ia hendak mengajar di kelas Dziqa. Tapi, saat lelaki itu datang dan melihat kearah Dziqa, ia langsung tersenyum kearah Dziqa.
"Hai, Assalamualaikum. Halo, semuanya, pelajaran biologi, kan sekarang?" Tanya lelaki itu sambil tersenyum ramah.
Murid murid tidak ada yang jawab. Mereka hanya bisik bisik kepada teman sebangkunya karena bingung siapa lelaki itu.
"Halo?" Sapa lelaki itu lagi sambil tetap tersenyum.
"Iya." Jawab murid kelas itu, kelas 11-A.
"Baiklah. Pelajaran biologi akan saya ambil alih. Guru kalian yang lama, Pak Memet mengundurkan diri dari sekolah ini." Kata lelaki itu.
Semua murid yang ada di kelas itu bersorak ria, bahkan ada yang tos dengan teman sebangkunya. Ada juga yang joget joget saking bahagianya. Mungkin, mereka senang terbebas dari tugas yang sangat menyulitkan.
"Perkenalkan. Nama saya Fauzan Ramadhan. Kalian bisa panggil saya Zan." Kata guru baru yang bernama Zan itu.
"Pak usia bapak berapa?" Tanya Zelda penasaran, dia terpesona oleh guru baru itu.
"Usia bapak 24 tahun." Jawab Pak Zan.
"Wah, masih muda, Dziq." Bisik Zelda.
Pak Zan langsung melihat kearah Dziqa sambil berkata, "hey, kamu yang di pojok kanan, yang lagi ngelamun?" Sapa Pak Zan.
"Saya, Pak?" Tanya Ayu.
"Bukan, sebelah kamu. Kamu yang kemarin beli sarden, kan?"