Disebuah meja besar kumpul sebuah keluarga untuk makan malam bersama, untungnya kali ini Jongin ikut dalam makan malam ini.
"Jongin-ah, aku akan dimutasi bekerja ke Seoul." Ujar Sungwon.
Jongin menatap pria itu heran. Kenapa Sungwon harus memberitahunya hal seperti itu padahal tidak ada sangkut pautnya dengannya.
"Lalu?" Jongin hanya menikmati makannya. Tidak terlalu peduli dengan ucapan kakak iparnya itu.
"Kalau aku dimutasi berarti keluargaku harus ikut denganku termasuk kamu."
Jongin menghentikan makannya. Matanya menatap pria muda itu bingung.
"Ikutlah dengan kami ke Seoul." Pinta Jongeun melanjutkan.
"Lalu bagaimana dengan rumah ini?"
"Entah kamu akan marah dengan perkataanku ini atau tidak, aku akan menjual rumah ini." Ucap Sungwon
Jongin kembali menatap pria itu. Siapa yang tidak marah mendengar ucapannya, rumah yang susah payah dibangun orangtuanya dijual begitu mudahnya hanya untuk kepentingannya.
"Aku sudah membeli rumah di Seoul."
"Haruskah menjual rumah ini? Kenapa tidak menyewa apartement di Seoul." Jongin sedikit menaikan nada suaranya. Untuk kali ini ia tidak bisa setuju dengan kakak iparnya.
"Maaf kalau perkataan Sungwon buat kamu marah tapi nunna setuju kalau rumah ini jual Jongin-ah, mungkin kamu marah karena ini adalah rumah orangtua kitakan?"
Jongin mengangguk pelan.
"Percayalah sama nunna, eomma sudah mengasih hak kepada kedua anaknya untuk menggunakan rumah ini bahkan beliau mengizinkan menjualnya."
"Kau serius?"
"Aku serius. Saksinya Sungwon."
"Kenapa aku tidak tahu?"
"Sekarang aku sudah memberitahumu."
"Baiklah, entah itu benar atau tidak itu seterah kalian saja. Aku hanya ikut kalian."
Jongeun dan Sungwon saling menatap senang. Untuk pertama kalinya Jongin tidak membantah apapun.
***
Karena keputusan sudah diambil, besok seluruh keluarganya akan pindah ke Seoul. Suatu hal yang tidak pernah terbayangkan bagi Jongin akan meninggalkan tempat kelahirannya ini apalagi disini, tepatnya dirumahnya ini banyak sekali ribuan kenangan tersimpan.
Dihalaman belakang, Jongin bersantai disebuah gazebo bersama keponakan kecilnya, Sungyeon. Hari demi hari Jongin lakukan hanya berada didalam kamar merenung semua kesedihannya pasca sepeninggal ibunya. Kini Jongin tahu ada yang lebih indah diluar sini daripada meratapi semua kesedihannya yang tidak kunjung usai.
Besok Jongin akan pindah ke Seoul. Pindah ketempat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Mungkin benar, tempat barulah yang diperlukannya sekarang untuk menghilangkan semua kesedihannya selama ini dan memulai hidup yang baru.
"Samchon, menangis?" Sungyeon menyadari sesuatu. Tiba-tiba saja pamannya menangis begitu saja.
Jongin langsung menghapus air matanya. Ia tidak sadar air mata tlah menetes begitu saja.
"Samchon, tidak apa-apa."
"Masih kebayang sosok halmoni ya?"
"Tidak kok, Samchon sedih karena tidak bisa menemani Sungyeon bermain selama ini."
"Aku tidak apa-apa kok Samchon, justru aku yang sedih kalau Samchon terus merasakan kesedihan karena ditinggal halmoni."
"Kalau begitu Samchon tidak akan sedih lagi."
"Janji?" Sungyeon menaikan jari kelingkingnya. Jongin hanya terkekeh.
"Baiklah, janji." Jongin membalas dengan jari kelingkingnya juga. Sebuah perjanjian yang dilakukan oleh keduanya.
Tidak lama sosok Jongeun datang menghampiri gazebo dengan membawa sebuah makanan masakannya. Sungyeon langsung menyambutnya dengan semangat melihat makanan yang dibawa ibundanya.
"Pasti anak eomma sudah lapar."
"Ah lapar sekali eomma."
"Kalau begitu makanlah, kamu juga Jongin-ah."
"Makasih, nunna."
Sebuah kue brownies baru saja disajikan kakaknya. Daridulu kakaknya memang senang memasak maka tidak heran makanan yang dibuatnya selalu enak dimakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven [KAISTAL]
FanfictionHari ulangtahun tentu suatu hal yang sangat dinanti oleh siapapun karena ketika seseorang tengah merayakan hari jadinya akan bak seperti orang yang sangat spesial untuk satu hari itu. Namun berbeda hal dengan sosok seorang Kim Jongin. Dihari ulangta...