Chapter 1

9.9K 518 10
                                    

Seorang pria duduk dengan tenang disebuah bangku yang tidak jauh dari jendela kamarnya, matanya seakan tidak ingin berpaling kemanapun selain melihat pemandangan diluar jendela.

Seminggu yang lalu pria itu baru saja merayakan hari jadinya yang- ke 18. Sebuah umur yang bisa dikatakan sudah cukup dewasa untuknya namun dibalik umur dewasa itu tersimpan sebuah kenangan buruk baginya. Tepat diulangtahunya kemarin sang ibunda, juga meninggal dunia akibat penyakit yang sudah lama dideritanya. Pria itu cukup terpukul bahkan dia sampai tidak keluar kamar dan tidak makan karena masih belum menerima kalau sang ibunda tlah tiada.

"Bolehkah aku masuk?" Sebuah suara baru saja menggema diruang kamarnya. Pria itu tidak mengalihkan pandangannya, sudah menjadi suatu hal biasa melihatnya seperti itu yang tidak mau menyahuti orang-orang disekitarnya.

Jongeunㅡmenaruhkan sebuah nampan berisi makanan diatas meja sang adik. Seharian ini adiknya tidak menyentuh makanan sama sekali membuat Jongeun sangat khawatir dengan kondisi adiknya itu yang seakan tidak mengenal dunianya lagi.

Jongeun melangkah perlahan mendekati sebuah bangku yang terlihat seorang pria hampa tengah merenung sambil menatap pemandangan diluar jendela.

Kim Jonginㅡadik yang dikenalnya sebagai pria yang berisik, usil dan perhatian ini seakan tlah menghilang dari dunianya, Dia. Jadi lebih pendiam, murung dan emosian, suatu hal yang tidak pernah terbayangkan olehnya melihat sikap adiknya yang berubah drastis sepeninggal sang ibunda.

"Makanlah, nunna sudah membuatkan makanan kesukaanmu." Jongeun menatap adiknya dengan perasaan penuh kesedihan. Ia mengerti kenapa adiknya bisa berubah drastis seperti ini mengingat Jongin yang sangat dekat dengan ibundanya maka ia tahu bagaimana perasaan adiknya sekarang.

Saat Jongin berumur 5 tahun sang ayah juga tlah meninggalkan kami akibat kecelakaan saat bekerja dan hanya Ibu-lah yang dengan gigih dan semangat yang tidak pernah luntur merawat kami berdua hingga sebesar ini, maka sepeninggal beliau kami berdua sangat sangat kehilangan sekali sosok beliau yang begitu luar biasa dimata kami berdua apalagi untuk Jongin yang sangat dekat dengan beliau.

Tidak ada jawaban. Jongin selalu terdiam dalam kesedihannya. Pria itu seperti tidak ingin kembali dalam dunianya yang dulu, selalu ceria, usil dan perhatian. Dunianya tlah hancur, semuanya yang tlah ada dalam diri Kim Jongin tlah hilang.

"Baiklah, aku akan pergi pastikan makanan dimakan ya."

"Nunna?" Jongin bersuara namun pandangannya tidak teralihkan sama sekali.

"Kenapa?"

Kembali tidak ada suara. Sebuah suara yang harusnya keluar namun tergantikan oleh rintihan sebuah air mata kesedihan, Jongin menteskan air matanya.

"Tolong, selamatkan aku." Lirihnya. Jongeun bisa merasakan tatapan adiknya itu. Sebuah tatapan yang untuk pertama kalinya membuatnya ikut merasa semua kesedihannya.

Jongeun mengelus pelan punggung belakang adiknya, sekarang hanya inilah yang bisa ia lakukan untuk menenangkan adiknya.

"Aku .. Aku ada disini. Percayalah kepadaku aku akan selalu berada didekatmu, Jongin-ah"

"Terimakasih."

Jongeun tersenyum simpul. Ucapan yang tulus dari adiknya, sosok Jongin benar-benar menghilang sekarang bahkan ucapannya barusan menunjukan dia memang membutuhkan seseorang dihidupnya lagi.

***

Disebuah kamar. Jongeun mengelus pelan rambut seorang gadis yang berada didekatnya yang diketahui sebagai anaknya hingga dia terlelap tidur.

Heaven [KAISTAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang