Di akhir musim dingin yang membosankan aku mendapat berita menyenangkan dari kedua adikku,Alan dan Marry.
Aku ingat saat itu aku sedang meringkuk di dekat perapian sambil memegangi lututku ketika Alan dan Marry pulang dari sekolah sambil berjingkak-jingkak.
"Elise kau harus mendengar ini guruku yang bernama Miss Luna memintaku mencari seseorang yang mau bekerja di perpustakaan milik temannya di pinggir kota. Dan mereka berani membayar mahal, tugasnya sedikit sekali hanya mencatat dan melayani para bangsawan yang membaca atau meminjam buku di situ." Kata Marry dengan senangnya, matanya berkilat-kilat senang.
Aku memandangnya dengan ragu.
"Benarkah ? Tapi aku tak punya apa-apa untuk di jadikan syarat. Aku tak pernah sekolah kan?"Alan mengibaskan tangannya. "Miss Luna bilang temannya tidak membutuhkan riwayat pendidikan atau apapun, yang di perlukan hanya tekun, jujur, ramah dan sopan."
Aku menatap mereka tak percaya. "Aku bukan tipikal gadis seperti itu, aku ceroboh dan tak memiliki sopan santun yang baik, meskipun aku bisa jujur dan ramah."
Mereka saling berpandangan, lalu Marry memandangku penuh permohonan. "Ayolah Elise, kehidupan kita akan berubah sedikit jika kau bekerja disana. Masalah ceroboh dan kurang sopan itu bisa kau atasi setelah kau beranjak dewasa."
Aku berpikir sejenak, sejak di pecatnya aku dari toko Roti milik Nyonya Marietta membuat keluarga kami lebih sengsara lagi karena kita hanya mengandalkan gajiku sebagai penyanyi bar yang tak seberapa.
"Baiklah. Dimana tempatnya?"Alan dan Marry memekik girang.
"Di pinggir kota, beda beberapa blok dari bar tempatmu bekerja."Aku mengangguk paham. "Aku mengerti, kapan aku harus kesana?"
"Miss Luna bilang kau bisa kesana kapan saja kau mau."
"Miss Luna tahu aku yang akan bekerja di sana?"
Mereka ragu-ragu sejenak, lalu mengangguk.
"Sebenarnya dia menanyai kami, kapan kami bisa membayar biaya sekolah kami yang sudah menunggak selama 2 bulan." Ujar Alan sambil melirik Marry yang sedang menunduk.Aku menatap mereka dan rasa bersalah menyergapku.
"Aku minta maaf karena selama dua bulan ini tidak membayar uang sekolah kalian. Aku janji aku akan melunasinya secepatnya."Alan tersenyum. "Tidak apa-apa Elise, Miss Luna malah merasa kasihan kepada kami ketika dia tahu kau di pecat, makanya dia menawarkan pekerjaan itu yang langsung kami setujui."
Aku juga ikut tersenyum. "Baiklah, sore ini aku akan segera datang ke perpustakaan itu. Bagaimana?"
"Sore ini? "
Aku mengangguk. "Bukankah lebih cepat lebih baik? "
"Iya sih."
"Nah, kalau begitu kalian harus membantuku mempersiapkan diri."
Setelah itu aku memutuskan untuk mandi dengan air panas karena terlalu dingin memakai air biasa mengingat musim dingin belum berakhir.
Saat aku menggosok rambutku, Marry menyerahkan sebuah pakaian untukku, pakaian itu berwarna merah muda dengan beberapa renda di bagian depannya.
"Baju milik siapa?" Tanyaku sambil menggigil, ternyata mandi dengan air hangatpun tidak mengurangi dinginnya cuaca.
"Milikmu, aku diajari menjahit di sekolahan dan kemarin guru-guruku memuji kepandaianku dalam menjahit, jadi ku coba buatkan pakaian pantas untukmu."
Aku mengusap kepalanya dan berterima kasih. Saat aku memakainya ternyata kekecilan, baju itu tak sampai mata kaki. Tapi demi menghormati kerja keras Marry aku tetap memakainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel
Ficção HistóricaKejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerima berbagai penghinaan atas apa yang terjadi padaku. Itu dulu. Sekarang aku adalah gadis brengsek yan...