Perpustakaan sedang sepi saat itu ketika aku duduk di sebelah Rose yang sedang menulis surat untuk seseorang.
Aku beberapa kali menguap karena bosan, seharian ini pengunjung perpustakaan hanya datang sesekali. Bahkan sekarang kosong tak ada pengunjung.
Angin sepoi-sepoi penuh debu dan bau tanah kering masuk melalui jendela-jendela dan pintu yang kami buka untuk menghilangkan panas.
Aku menggeliat lalu mencoba membaca apa yang Rose tulis dari bahunya. Dia langsung menatapku tajam, seraya melipat kertas itu.
"Itu tidak sopan Elise!" Ucapnya tajam.Aku hanya mengangkat bahuku.
"Aku bosan!" gumamku pelan.Dia memberengut lalu berjalan menjauhiku. Dia berjalan ke arah kursi-kursi kosong untuk para pengunjung ,tanpa sadar sesuatu dari tumpukan kertas-kertas itu terjatuh.
Aku bangkit dan berjalan menghampiri sesuatu yang terjatuh itu dan saat aku memegangnya, ternyata itu sebuah foto.
Foto yang membuatku terbelalak seketika : di foto itu terdapat seorang laki-laki muda dengan matanya yang cokelat bersinar hangat, hidungnya sangat mancung dan rambutnya berwarna hitam pekat sedang menatap seorang gadis yang baru aku sadari bahwa gadis itu berbeda jauh dengannya, gadis itu berkulit kusam, berambut cokelat kusut yang di sanggul berantakan.
Aku langsung mengenalinya, pria di foto itu adalah Peter dan gadis kusam berambut coklat itu tentu saja aku. Foto itu pasti diambil secara tidak sengaja karena aku tak pernah merasa pernah foto dengan Peter. Apalagi latar foto itu ada di tempat ini.
Aku mencengkram foto itu lalu memandang Rose yang kembali menekuni kertas yang dia tulis."Rose? " panggilku pelan
Rose tidak menjawab.
"Rose? "
"Mmm? "
"Rose Phunigan! "
Dia menoleh sambil menatapku sebal. "Apa! "
"Kau mendapatkan foto ini darimana? "
Aku menunjukkan foto itu padanya, membuatnya terkejut dan wajahnya memucat. Selama semenit penuh dia hanya memandangiku dan foto itu secara bergantian. Lalu dia menghampiriku dan segera mengambil foto itu dariku.
"Kau mengambilnya dari mana?"
"Aku menemukannya disini, terjatuh saat kau berjalan."
"Jangan bohong gadis bodoh!"
Aku menatapnya kesal. "Aku berani bersumpah."
Dia mendengus lalu memasukkan foto itu ke dalam sakunya.
Aku memutuskan untuk tidak menatapnya.
"Aku tak sengaja membidiknya." ucapnya lirih.
Aku menoleh ke arahnya. "Benarkah?"
Dia menggangguk, ekspresinya sulit di artikan.
"Oh."
"Jangan katakan apapun pada siapapun! "
Dia menatapku salah tingkah.Aku mengangguk. "Ya, baiklah kalau kau tak mau mengakui bahwa kau menyukai Peter! "
"Aku tidak menyukai temanmu!"
"Tapi wajah dan matamu tidak berkata seperti itu."
Seketika wajahnya memerah.
"Sudahlah akui saja kalau kau menyukai Peter!" Kataku sambil menatapnya datar, entah mengapa perasaanku tidak enak ketika mengatakannya.
"Dia bukan tipeku, dia hanya anak seorang penjual obat herbal."
Aku mengernyitkan dahiku. "Kurasa aku tidak pernah mengatakan padamu tentang pekerjaan orang tuanya." aku berfikir sejenak, itu memang benar aku tak pernah mengatakan apapun tentang Peter pada gadis itu. Aku meneliti wajah Rose yang sekarang merah padam, lalu berkata pelan-pelan. "Kau menguping pembicaraan kami ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel
Historical FictionKejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerima berbagai penghinaan atas apa yang terjadi padaku. Itu dulu. Sekarang aku adalah gadis brengsek yan...