Aku berjalan dengan langkah lebar menuju ruang kerja Peter. Aku ingin menyampaikan sesuatu padanya, sesuatu yang mungkin bisa mengubah segalanya. Saat aku sampai di depan pintu berwarna hitam dekat kamarnya, aku mengetuknya pelan.
"Siapa?" terdengar suara Peter dari dalam.
"Aku Elise."
"Oh masuklah."
Aku membuka pintu itu dengan perlahan, terlihat Peter yang sedang sibuk dengan kertas-kertas di mejanya.
"Apa aku mengganggumu?" tanyaku lirih.
"Tidak, apa ada masalah?"
"Sebenarnya tidak, aku hanya ingin menyampaikan suatu hal padamu."
"Apa itu?" Peter mengalihkan pandangannya dan menatapku.
"Aku ingin kau membatalkan semua rencanamu."
Peter mengernyit. "Rencana apa?"
"Hukuman mati pada Alvis."
"Oh tentang itu."
"Ya, bisakah kau membatalkannya?"
Peter menggeleng. "Hukuman tetap hukuman Elise, kau tak bisa seenaknya menarik semua itu. Lagipula Alvis sendiri yang memintanya padaku untuk menghukum mati dirinya."
"Apa tidak ada hukuman lain? Dicambuk mungkin atau apapun selain hukuman mati?"
"Meskipun ada aku takkan bisa menggantinya. Hukuman mati hampir setara dengan pengasingan seumur hidup."
"Pengasingan?"
Peter mengangguk. "Ya dan tak bisa kembali kesini lagi. Artinya namanya sudah di hapus dari negeri ini, bukankah itu sama dengan mati."
Aku berpikir sejenak. Yah, tak ada bedanya sebenarnya karena Alvis akan tetap pergi dari negeri ini untuk selamanya. Tapi, jika diasingkan setidaknya dia masih hidup dan masih bisa melanjutkan kehidupannya. Aku menatap Peter yang kembali sibuk dengan kertasnya.
"Peter..."
"Hmm?"
"Sudah ku putuskan, aku ingin kau mengubah hukuman mati itu menjadi pengasingan seumur hidupnya."
Peter menatapku tak percaya. "Kau serius?"
"Ya, aku serius dan sangat yakin."
"Elise, coba kau pikirkan baik-baik. Bukankah ini kesempatan baik untuk menyingkirkannya? Untuk menghukumnya agar keluarganya tak berbuat jahat lagi."
"Ya, aku tahu. Tapi ini bukan kesalahannya, dia hanya ingin membantuku. Aku berani bersumpah, sungguh!"
Peter menatapku tajam. "Mungkin dia tidak bersalah kemarin, tapi bagaimana dengan sikapnya yang dulu. Bukankah dia dan keluarganya ingin menghabisimu? Jadi anggap saja ini hukuman yang setimpal."
"Peter, please. Aku baik-baik saja sekarang." ucapku seraya memohon.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, aku baru tahu ada orang yang tidak mau musuhnya sengsara."
"Peter, aku hanya...."
Peter mengangkat sebelah tangannya, menyuruhku untuk diam. "Baiklah, aku akan membatalkan semuanya nanti."
Aku menatapnya tak percaya "Benarkah? Oh, terima kasih banyak..."
"Ya, tapi ingat ini hanya demi kau. Aku tak sudi melakukannya jika kau tak menginginkannya."
Aku mengangguk pelan. "Ya, terima kasih atas semuanya."
"Hmm..." dia kembali menatap kertas-kertasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel
Historical FictionKejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerima berbagai penghinaan atas apa yang terjadi padaku. Itu dulu. Sekarang aku adalah gadis brengsek yan...