Chapter 14

5.8K 495 12
                                    

"Sial!" umpat Alvis untuk yang sekian kalinya saat panahnya melesat jauh dari sasaran, membuat sasaran yang berupa burung itu tahu dan terbang ketakutan.

Sudah hampir 2 jam kami disini, matahari sudah terbit sekarang tapi tak ada yang Alvis dapatkan satupun. Selalu saja melesat atau kaget karena Alvis terlalu banyak mengeluarkan suara.

Awalnya aku tertawa diam-diam di balik punggungnya saat dia tak berhasil mengenai seekor kelinci hutan yang sedang keluar dari liangnya, tapi setelah puluhan kali tidak berhasil rasa iba menghampiriku.

"Brengsek!" dia mengacak rambutnya dengan frustasi, sepertinya dia menyerah karena tiba-tiba dia menghampiriku dan duduk di sampingku.

Aku berdiri ketika dia duduk.

"Berikan aku minuman!" perintahnya yang membuatku berdecak kesal.

Aku merogoh tas kecil yang berisi makanan dan minuman, lalu mengeluarkan sebotol air minum kepadanya.

"Sial sial sial!!!"

Aku mengerjap, melihatnya frustasi begitu membuatku ingin membantunya. Tapi apakah dia akan mendengarkanku?

"Berikan aku makanan!"

Aku kembali merogoh tas dan mengeluarkan semua bekal yang ku bawa, saat semuanya sudah berada di luar Alvis memakan keju dan roti gandumnya.

"Aku akan mencoba beberapa kali lagi, jadi setelah ini carilah air untukku."

Aku mengangguk. "Baik, Tuan."

Dia melahap roti gandumnya lalu menatap keseliling, matanya yang berwarna abu-abu memandang pohon yang berada di dekatku.

"Tuan?" panggilku takut-takut. Dia tidak menyahut, tapi melirikku sekilas sebelum kembali memandang pohon itu.
"Kurasa aku tahu bagaimana caranya berburu, tanpa menggunakan anak panah."

Kali ini dia menatapku penasaran. "Maksudmu?"

Aku ragu-ragu. "Yah saya rasa Anda tak begitu mahir dalam memanah, Tuan." dia mengernyit, aku melanjutkan. "Jadi, saya rasa Anda harus menggantinya dengan sesuatu. Bukankah Anda ingin mendapatkan hewan buruan sebanyak mungkin?"

Dia mengangguk membenarkan.

"Kalau begitu lebih baik Anda membuat perangkap untuk menangkap hewan, yah walaupun nantinya kita hanya akan mendapatkan kelinci-kelinci hutan atau sukur-sukur seekor kancil, tapi itu lebih baik dari pada tidak memperoleh sama sekali kan?"

Alvis memandangku dengan tatapan yang sulit di artikan, lalu berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetukkan jari-jarinya yang panjang ke pahanya.

"Kau yakin aku akan dapat banyak?"

"Ya!" ujarku mantap.

Dia menatapku sejenak.
"Baiklah, buatkan perangkap itu untukku."

Aku tersenyum lalu mengangguk dan berjalan ke hutan ditemani para pengawal Alvin mencari bahan-bahan untuk membuat perangkap.

Beberapa saat kemudian aku kembali dan duduk di depan Alvis untuk membuat perangkap dari kayu.

Mudah sebenarnya membuat sesuatu yang sering ku kerjakan sebelumnya, jadi hanya dalam beberapa menit aku sudah menyelesaikan perangkap hewan sebanyak sepuluh.

Kami -aku dan para pengawal- menyebar perangkap itu ke berbagai tempat dan menandainya dengan menggoreskan ujung anak panah ke pohon membentuk huruf X.

Setelah itu kami menunggu, selama menunggu aku duduk sambil bersandar ke sebuah batu besar, sedangkan Alvis masih di tempat semula.

"Butler!" panggilnya membuatku mengalihkan perhatianku pada daun yang berguguran.

CruelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang