Setelah beberapa saat berbincang di dapur dengan Emily, aku memutuskan untuk kembali ke kamar Alvis karena aku lupa membereskannya.
Perasaan takut dan khawatir masih menghantuiku, membuatku bergidik ngeri membayangkan apa yang hampir menimpaku tadi pagi sebelum Emily datang.
Aku menyusuri koridor-koridor kosong dengan pandangan waspada dan ketika tiba-tiba tanganku ditarik oleh seseorang ke dalam ruangan kosong dekat permadani hias, aku terkesiap dan menjerit kecil.
Aku menoleh dan mendapati Rose Phunigan yang mencengkeram pergelangan tanganku dengan erat aku menyentak tangannya dan menatapnya sebal.
"Astaga Rose, ku kira kau siapa. Jangan menarik tanganku seperti itu!" ujarku sebal, namun dia hanya mengangkat satu alisnya.
"Mengapa kau disini, Rose? " tanyaku padanya.Dia menatapku tak percaya.
"Kau benar-benar tidak tahu?"Aku menggeleng.
"Astaga! Aku ini tunangan Alvis."
Aku menatapnya tak percaya.
Ya ampun!
Apakah Rose tak tahu bagaimana menyebalkannya si Alvis?
Astaga! Orang waras manapun pasti takkan mau menikah dengan orang temperamental sepertinya.
"Kau serius?" ucapku beberapa saat kemudian.
Dia tersenyum bangga. "Tentu saja, ayah kami saling mengenal satu sama lain karena kami sama-sama keluarga terhormat." ada nada angkuh di dalam suaranya. "Lagipula kau tau? Alvis adalah orang paling penyayang sedunia."
Huh, lihatkan? sepertinya Rose mulai sinting.
"Kami sering mengirimi surat setiap seminggu sekali."
Aku jadi ingat bahwa dulu Rose sering menulis surat selama aku bekerja di perpustakaan. Oh, jadi selama ini Rose menulis untuk Alvis.
Tapi bukankah Rose menyukai Peter?
"Tapi Rose, bagaimana dengan Peter?"
Dia menatapku berang. "Peter katamu? Astaga, dia sangat buruk! Setiap hari datang menemuiku hanya untuk bertanya keberadaanmu. Huh, tentu saja aku tidak bicara bahwa kau ada di rumah tunanganku, kalau dia tahu kau ada disini. Dia pasti sudah membebaskanmu!
Aku menatapnya tak percaya. Jadi selama ini Peter selalu mencariku dan sebenarnya Rose tahu dimana keberadaanku yang sesungguhnya.
"Jadi, kau tahu selama ini aku disini?"
Rose mendengus. "Tentu saja aku tahu, semua orang di desa ini tahu kalau kau menjadi pelayan keluarga Bagman."
"Tapi kenapa kau tidak berbicara pada Peter apa yang sebenarnya terjadi padaku?"
Rose menatapku seolah-olah aku gila. "Berbicara yang sesungguhnya dan kau akan kembali bebas lalu bahagia dengannya? No way! Aku bahkan menyuruh Alvis untuk menjadikanmu budak kami seumur hidup!"
Aku terbelalak menatapnya, Rose benar-benar gila. Aku tidak akan mau menjadi budak mereka seumur hidupku.
Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka dan disana Alvis berdiri sambil menatap kami bingung.
"Rose, apa yang terjadi?"
Rose tersenyum padanya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berbicara dengan pelayanmu."
Alvis menghampiri kami.
"Kau mengenalnya? "Rose menatapku sekilas sebelum menyeringai. "Tidak, aku tidak mengenalnya Alvis. Tapi temanku kenal dengannya, kata temanku dia adalah gadis rendahan yang mau di bayar berapapun untuk menemani pria hidung belang. Makanya aku sedikit kaget saat tahu kau menyuruhnya menjadi pelayanmu. Aku jadi berpikir, bahwa tujuannya kesini untuk menggodamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel
Historical FictionKejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerima berbagai penghinaan atas apa yang terjadi padaku. Itu dulu. Sekarang aku adalah gadis brengsek yan...