Chapter 21

5.9K 531 21
                                    

Setelah tiga hari aku terkurung dalam penjara yang menyesakkan itu, malam harinya Mr Bagman dan Alvis datang menemuiku.

Mereka berjalan mendekatiku sambil mengernyit karena tidak tahan dengan bau menjijikan yang tercium di ruangan itu. Saat mereka di depanku, Mr Bagman menyeringai lalu berbicara dengan kelembutan yang dibuat-buat. "Bagaimana? Kau sudah menyerah dan mau mengakui kesalahanmu lalu meminta maaf dan mencium kaki Alvis?"

Aku mendongak, mataku bertemu pandang sekilas dengan Alvis yang menatapku penuh rasa simpati kemudian menatap Mr Bagman. Dengan tegas aku berkata. "Aku tidak mau meminta maaf ataupun mencium kakinya. Aku tidak bersalah sedikitpun."

Aku melihat Alvis yang menatapku dengan gusar, begitupula dengan Mr Bagman yang mencoba menahan diri untuk tidak berteriak di depan wajahku.

"Baiklah, akan ku beri waktu lima menit untuk berpikir. Aku akan memaafkan dan mengeluarkanmu dari tempat menjijikan ini jika kau mau meminta maaf." ujar Mr Bagman lalu meninggalkanku. Sedangkan Alvis masih berdiri di tempatnya, dari gerak-geriknya aku tahu dia sedang bimbang.

"Errr... Butler." panggilnya gugup "pikirkan baik-baik, kau akan bebas dari hukuman ini setelah kau meminta maaf padaku. Aku juga berjanji akan melupakan semua yang terjadi kemarin." katanya sambil sesekali melirikku, aku menatapnya dengan dingin.

"Err pikirkan lagi matang-matang." dia menatapku sekilas, lalu pergi mengikuti ayahnya.

Aku mendengus kesal, memangnya apa yang dia harapkan? Asal dia tahu saja, aku takkan pernah meminta maaf padanya karena semua itu salahnya, bukan salahku.

Aku menopang daguku dengan kedua tanganku yang terbogol sambil menunggu mereka kembali. Aku bahkan tak memikirkan apapun, meskipun aku tahu ini bukanlah hal yang mereka inginkan. Aku tetap pada pendirianku.

Langkah-langkah kaki yang bergema di lorong-lorong membuatku menggigit bibirku dengan keras, beberapa saat kemudian Alvis dan Mr Bagman kembali dan menunggu jawabanku.

Aku menatap mereka dengan datar, "Aku akan tetap pada pendirianku." ucapku tegas.

"Apa itu?" tanya Mr Bagman.

"Aku tidak akan meminta maaf kepadanya maupun kepada Anda." aku menarik napas "Tidak akan pernah." tandasku.

Mr Bagman menatapku murka sedangkan Alvis menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa kau sudah memikirkannya?" tanya Mr Bagman lagi, aku yakin dia berusaha keras untuk tidak menjerit.

Aku tersenyum sangar. "Ya, aku sudah memikirkannya bahkan sejak jauh-jauh hari yang lalu dan aku akan tetap berkata seperti itu bahkan jika Anda memberiku waktu untuk berpikir satu tahun lagi!"

Mr Bagman sepertinya sudah tidak bisa menahan diri, wajahnya merah padam dan dia berteriak keras. "GADIS TIDAK TAHU DIRI. AKU SUDAH MEMBERIMU KESEMPATAN TAPI KAU TETAP KERAS KEPALA!

"BAIKLAH, INI KEMAUANMU! KAU HARUS DI HUKUM. PENGAWAL! SERET DIA KE HALAMAN DEPAN! AKU AKAN MEMBERIKAN HUKUMAN YANG TAK KAN PERNAH DIA LUPAKAN SEUMUR HIDUPNYA!"

Serombongan pengawal memegangi lenganku lalu menyeretku keluar, aku hanya diam saja. Tak melawan sama sekali.

Mereka menyeretku dengan cepat, ketika kami sampai di ruang depan orang-orang memandang kami dengan keheranan, beberapa diantaranya terkesiap pelan, bahkan aku bisa mendengar suara Emily yang memanggil namaku.

Sepertinya mereka sengaja dikumpulkan oleh Mr Bagman disini, karena sekarang belum waktunya makan malam. Aku kembali diseret ke halaman depan lalu kakiku diikat dengan rantai yang berada di bawah pohon oak.

CruelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang