Chapter 18

5.9K 565 30
                                    

Aku mensejajarkan langkah Peter dengan diam. Para pengawal yang mengikuti kami dari belakang juga tampak diam.

Kami telah pergi dari rumah kediaman Bagman yang luas itu ke arah selatan sejak beberapa menit yang lalu. Sedari tadi, tak ada kata yang keluar dari mulut Peter, jadi aku juga tak mencoba untuk berkata-kata.

Kami melewati beberapa rumah penduduk yang terlihat kumuh dan tak beraturan. Beberapa orang yang sedang melakukan aktivitasnya tiba-tiba berhenti dan menatap rombongan kami dengan takut-takut. Membuatku sedikit mengernyit heran.

Saat beberapa kali berbelok di jalan setapak dan Peter sepertinya tak mau membuka suara, akhirnya aku tak tahan dan memanggil namanya cukup keras.

Dia menoleh saat mendengar panggilanku dan langsung menghentikan langkahnya, seraya berkata pelan. "Apa?"

Aku menatapnya kesal. "Sebenarnya kita mau kemana?"

Dia menatapku sejenak tapi segera memalingkan wajahnya kepada para pengawal yang berada di belakang kami.

"Kalian boleh pergi sekarang. Katakan pada Ayah bahwa aku tidak bisa pulang cepat." kata Peter dengan nada memerintah.

Para pengawal memberi hormat sejenak sebelum berkata dengan tegas. "Baik Tuan." dan segera pergi meninggalkan kami.

Aku menatapnya tak percaya.

"Kenapa?" tanyanya saat tahu bahwa aku terus menatapnya.

Aku mengerjap. "Aku bingung." ucapku kepadanya.

"Bingung kenapa?"

Aku mengehela napas. "Katakan apa yang sebenarnya terjadi."

"Hei! Yang seharusnya bercerita itu kau!"

Aku mengabaikan kata-katanya. "Jelaskan padaku mengapa kau mengenal keluarga Wali Kota dan Mr Bagman, lalu kenapa para pengawal tadi sangat mematuhimu? "

Peter menatap keselilingnya sejenak sebelum memandangku. "Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu tapi bukan disini."

Aku juga menatap keselilingku dan baru menyadari kami berada di jalan yang mulai ramai dilalui orang.

"Ayo kita cari tempat minum." ucapnya padaku dan sebelum aku mengatakan apapun dia sudah menarik tanganku dan membawaku menyusuri bangunan-bangunan kuno yang dijadikan toko-toko.

Kami berhenti di salah satu kedai minuman kecil yang cukup ramai. Dengan ragu-ragu Peter membawaku masuk dan duduk di meja paling pojok yang terlihat paling suram diantara meja-meja lainnya.

Pelayan menghampiri kami dan mencatat apa yang di ucapkan oleh Peter. Setelah pelayan itu pergi, aku kembali memandanginya.

"Baiklah akan ku jelaskan semuanya, aku memang kenal dekat dengan keluarga Wali Kota karena sejak kau pergi aku memutuskan untuk menjadi pengawal pribadinya."

"Benarkah?"

Peter mengangguk. "Percayalah padaku."

"Baiklah. Lalu bagaimana dengan Mr Bagman? Kenapa dia begitu menghormatimu?"

Peter menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Wali Kota sangat mempercayaiku, Mr Bagman tahu makanya dia tak ingin punya masalah denganku."

"Begitu?"

"Ya dan untuk pertanyaanmu yang ketiga, sepertinya kau tahu jawabannya."

Aku menatapnya sejenak, lalu berkata pelan. "Karena kau pengawal pribadi Wali Kota, makanya mereka menghormatimu."

Lagi-lagi Peter mengangguk. "Ya... Seperti itu."

Pelayan menghampiri kami lagi dan membawakan beberapa bantal roti dan dua gelas minuman yang uapnya masih mengepul.

CruelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang