Sejak hari dimana Rose mengatakan bahwa dia menyukai Peter. Rose menjadi tiga kali lebih menyebalkan, dia selalu mengikuti kemanapun Peter pergi dan menjadi jauh lebih ramah dari biasanya, dia bahkan menawari Peter bantuan-bantuan yang sebenarnya tidak perlu seperti halnya mengambilkan buku yang diinginkan Peter, atau sekedar menemaninya mengembalikkan buku di rak. Hal ini membuatku sebal sekali!
Setiap pagi ketika aku baru bangun dari tempat tidurku, dia sudah mandi dan menggosok rambutnya. Ketika kutanya kenapa dia seperti itu, dia menjawab dia melakukannya untuk menarik perhatian Peter. Membuatku mendengus seketika.
Pada hari minggu siang ketika Peter datang untuk meminjam buku, dia memaksaku untuk menaruh buku-buku tak layak pakai di gudang dekat kamarku.
Aku hanya memberengut saat itu tapi tetap melakukan semua perintahnya karena dia adalah asisten Nyonya Jane. Ketika aku turun setelah menumpuk buku-buku itu di gudang. Aku menyusuri rak untuk mencari Peter. Di deretan rak pertama tidak ada, di deretan kedua juga tidak ada.
Aku memutuskan untuk mencari di rak belakang tempat buku-buku cerita fiksi dan memang benar Peter berada disitu tapi dia tidak sendiri, melainkan sedang berciuman mesra dengan Rose. Tangan Rose berada di leher Peter dan tubuhnya bersender pada Peter seolah-olah dia akan terjatuh jika tidak melakukannya.
Aku terhuyung, nyaris jatuh karena merasa sangat pusing dan marah diwaktu yang bersamaan, rasa tidak rela sekaligus takut kehilangan menghampiriku yang membuatku membalikkan badan secara tiba-tiba dan berjalan cepat untuk pergi dari situ.
Tidak mudah memang pergi dengan perasaan kesal tanpa menimbulkan efek apapun, aku berkali-kali menabrak rak-rak berisi buku-buku besar yang langsung terjatuh ke lantai batu yang dingin. Bunyi gedebukan akibat jatuhnya buku-buku itu menimbulkan suara yang tidak mengenakan. Tapi tanpa peduli sedikitpun atau bahkan menoleh ke belakang, aku segera mencapai pintu dan keluar dari perpustkaan itu.
Aku mengumpat pelan, jenis umpatan yang seharusnya tak cocok di ucapkan oleh seorang gadis, lalu berjalan pelan. Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambutku yang membuatnya semakin berantakan tapi aku tak peduli, aku jalan terus ke arah kanan menuju desaku, tanpa memedulikan apapun bahkan ketika ku dengar suara orang memanggilku.
Setelah berjalan beberapa mil dan merasa lututku sakit seakan mau copot, akhirnya aku berhenti. Berusaha keras untuk mengambil nafas meskipun terasa janggal sebelum akhirnya merutuki kebodohanku sendiri karena telah bertindak yang tidak seharusnya.
Peter adalah temanku, hanya sekedar teman meskipun selama ini dia selalu menghabiskan waktu bersama. Seharusnya aku senang melihatnya berciuman dengan gadis lain karena berarti dia sudah menemukan gadis yang layak untuknya dan seharusnya sebagai seorang teman yang baik aku mendukungnya sepenuh hati.
Tapi jujur, inilah yang terjadi di dalam hatiku tanpa bisa ku cegah sedikitpun. Aku tidak rela dia secepat itu mendapatkan seseorang yang baru dalam hatinya, aku tidak rela ketika memikirkan dia akan membagi waktu kebersamaan kami hanya demi orang baru itu.
Tapi aku yakin itu adalah efek karena aku terlalu takut kehilangan teman baik sepertinya, ya itu pasti alasan yang sebenarnya.
Aku kembali menghela nafas dan memejamkan mataku, lalu memutuskan untuk pulang ke rumah dan bertemu adik-adikku. Mungkin berkumpul dengan keluarga bisa menjernihkan pikiranku walaupun sebentar.
Jadi aku berjalan lagi dan sebelum aku mencapai langkah kesepuluh, ada yang menarik tanganku dan membalik tubuhku. Belum sempat aku mengumpat karena merasa kesal, mata biruku bertemu mata cokelat hangat yang menatapku dengan bingung.
"Elise, kau mau kemana? " tanya Peter.
"Lepaskan! " Aku menarik tanganku darinya.
"Kau kenapa? Tadi sepanjang jalan aku memanggilmu tapi kau tidak menoleh sedikitpun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel
Historical FictionKejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih menjadi gadis yang baik, ketika aku mengalah pada semua orang, ketika aku menerima berbagai penghinaan atas apa yang terjadi padaku. Itu dulu. Sekarang aku adalah gadis brengsek yan...