7-1 Ratu, Orator, dan Penulis

160 25 14
                                    

Hakyeon memasuki kelasnya seperti biasa dengan menyapa siswa lain. Tapi tidak ada satu pun yang membalas sapaan Hakyeon. Ia pikir ini aneh biasanya mereka membalas sapaannya bukannya menatapnya tidak percaya. Ditambah lagi beberapa anak menulis kata “pembohong” di papan tulis.

“Cha Hakyeon,” panggil Hyeri.

Hakyeon menoleh, pengurus OSISnya menghampirinya bersama. “Ini semua bohong kan?” tanya Jaehwan.

“Ada apa?” tanya Hakyeon balik.

“Penulis pidato. Apa benar seseorang menulisnya untukmu?” tanya Hyeah sambil menunjukkan foto dan pesan yang Heera kirimkan.

Hakyeon terdiam dari mana Heera bisa mendapatkan foto dirinya dan Kyungri?

“Itu bohong kan? Kata-katamu itu benar-benar kata-kata yang kau buat sendiri kan?” tanya Hongbin.

Heera kemudian datang dengan membawa sebuah buku bersampul hitam, “Ini milikmu kan?”

Semua yang ada disana memfokuskan pandangannya pada Heera, gadis itu mulai membacakan satu persatu isi buku itu.

“Baris pertama, untuk mengejutkan penonton mulailah dengan sesuatu yang tak terduga. Menjelekkan orang yang kau lindungi, bukankah kata-kata ini yang kau gunakan pada Lee Jaehwan?Ayo kita makan steak bersama, mari kita menjadi bodoh dan bersungguh-sungguh, makan kotoran, aku ingin kita makan dari periuk yang sama,” ucap Heera.

Mendengar itu semua siswa disana protes. Mereka merasa dibohongi. Tidak terkecuali Minerva. melihat semua itu Heera merasa puas. Hakyeon kemudian merebut buku itu dari Heera dan berlari menjauh dari sana.

Lebih tepatnya ia berlari menuju rumah Kyungri. Tanpa babibu lagi ia langsung membuka pintu rumah gadis itu saat tahu pintunya tidak terkunci. Tapi tidak ada siapapun disana. Ruangan tempat ia biasanya berbincang atau bahkan berdebat dengan Kyungri kini kosong melompong hanya ada tumpukan kardus disana.

“Sungguh memalukan ya, kini semua orang tahu kalau aku yang membuat pidatomu,” ucap Kyungri yang baru keluar dari kamarnya.

“Bagaimana Heera bisa mendapatkan buku ini?” tanya Hakyeon.

“Dia mencurinya,” jawab Kyungri santai.

“Yah ... tadi malam pintu tidak kukunci makanya ia bisa masuk,” sambung gadis itu.

Hakyeon kemudian bertanya alasan Kyungri membereskan ruangan ini sehingga di ruangan ini hanya ada tumpukan kardus. Kyungri menjawabnya dengan karena semua orang awalnya berpikir kalau kata-kata itu diucapkan oleh orang yang berada di posisi yang sama dan sekarang orang-orang tahu kalau kata-kata itu berasal dari orang dewasa yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan mereka jadi sekarang kata-kata itu kehilangan maknanya, dan tidak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk Hakyeon jadi untuk apa gadis itu tetap disana.

“Kemarikan buku itu,” ucap Kyungri kemudian.

Hakyeon menyerahkan buku hitam yang tadi ia rebut dari Heera kepada Kyungri dan kemudian gadis itu dengan mudahnya membuang buku itu ke perapian.

“Tunggu dulu, kita sudah sampai sejauh ini dan sekarang semuanya berakhir begitu saja? Kau bilang kau punya rencana untuk mengambil bagian atas dan sekarang hanya sedikit terjatuh kau menyerah?” ucap Hakyeon.

“Sedikit terjatuh? Jangankan mengambil bagian atas, melihatnya saja kau tidak mampu. Kau mengubah OSIS, mengubah klub, mengubah kelas, dan akhirnya membalikkan Minerva. berapa lagi langkah yang tersisa? Satu? Jika kau mengalahkan ratu Minerva semua selesai dan ketika semua selesai apa yang akan kau lakukan?”

Hakyeon tidak menjawabnya. “Tidak ada gunanya lagi melakukan ini semua,” ucap gadis itu.

“Pergilah, dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi,” sambung Kyungri.

[VIXX FF] The Boy's SpeechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang