10-2 Boikot

156 25 2
                                    

Kemudian Hakyeon dengan toa mobile merah mudanya mulai membuka suaranya, “Aku adalah ketua OSIS SMA Dong Ah, Cha Hakyeon. Kami tidak rela jika sekolah ini ditutup begitu saja. Apa kalian tidak melihat seberapa besar rasa cinta kami terhadap sekolah ini? kami akan memperlihatkan kepada Kepala Sekolah dan juga dunia keputusan kami. Kami tidak akan meninggalkan sekolah ini.”

Setelah itu para siswa mulai mendorong bis sehingga pintu masuk utama benar-benar ditutup. Keesokan harinya, berita tentang siswa Dong Ah yang memilih menetap di sekolah menjadi berita utama di seluruh negeri.

Kepala Sekolah yang sedang menonton berita itu di televisi kemudian mematikan televisinya. Bel rumahnya kemudian berbunyi, Kepala Sekolah langsung berjalan untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang ke rumahnya. Tentu saja itu Kyungri.

“Anda menjual sekolah itu, gaya bertindak Anda sangat terlihat,” ucap Kyungri.

“Seperti yang kau duga, setelah semua ini dipublikasikan mereka tidak akan memaafkan sekolah maupun diriku.”

“Dengan ini gagasan edukasi kita berakhir.”

“Siapa yang bilang? Kau mungkin mencoba untuk mengubur Ibu hidup-hidup, tapi Ibu tidak akan membiarkan ini menjadi akhir dari segalanya. Ibu akan tetap menjalankannya dengan cara Ibu sendiri. Ibu tetap akan menjadi direktur organisasi. Singkatnya, Ibu hanya akan menghilang dari pusat perhatian.”

“Dan begitu saatnya tiba, Ibu akan kembali mewujudkan gagasan itu, Ibu akan kembali menjadi pendidik. Anak-anak itu berusaha keras mengubah yang terjadi tapi sia-sia saja. Tinggal mendapat satu tanda tangan semuanya akan selesai,” sambung kepala sekolah.

“Ibu tenang saja. Kontrak itu juga tidak akan pernah disepakati. Aku juga masih belum mengeluarkan pion terakhirku,” balas Kyungri.

“Pion terakhir?” tanya Kepala Sekolah.

“Satu-satunya yang akan menghentikan permainan ini bukanlah Ibu tapi aku.”

“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Kepala Sekolah lagi.

“Aku akan benar-benar menghantuimu. Senang bisa berbicara untuk yang terakhir kali, Kepala Sekolah.” Kyungri kemudian pergi meninggalkan rumah Kepala Sekolah Shin.

Setelah itu Kepala Sekolah segera mengambil handphonenya dan menelepon sekolah untuk bisa berbicara dengan Hakyeon. Wakil Kepala Sekolah yang menerima teleponnya segera menyerahkannya ke Hakyeon.

“Ini Hakyeon. Jika Ssaem ingin bicara masalah blokade kami tidak ingin mengakhirinya kami a-”

“Gadis itu, Kim tidak, maksudku Kang Kyungri. Ssaem tidak tahu apa yang Ia lakukan, tapi kelihatannya tindakannya tidak akan hanya mengganggu Ssaem saja,” ucap Kepala Sekolah memotong ucapan Hakyeon.

“Eh?” balas Hakyeon.

“Sepertinya dia akan mengakhirinya. Apapun yang Ia akan lakukan, kau harus tetap waspada.”

Kepala Sekolah kemudian memutus sambungan telepon membuat baik Hakyeon bingung dengan apa yang Kepala Sekolah katakan tadi, dan siswa lain sudah mulai bertanya ada apa Kepala Sekolah menghubungi sekolah.

“Entahlah, tapi satu hal yang pasti. Kalau dia bisa membuat Kepala Sekolah resah itu tandanya dia punya sesuatu yang harus diwaspadai,” jawab Hakyeon.

“Kalau menurutku sih, taruhannya dia itu kalau bukan kita berarti dirinya sendiri,” celetuk Sanghyuk.

Kalau yang diucapkan Sanghyuk itu benar berarti Kyungri berniat mengakhiri dirinya sendiri? Hakyeon menggelengkan kepalanya menyugesti dirinya sendiri kalau hal itu adalah hal bodoh. Tapi, setidaknya ia harus memeriksa apa benar itu hanya hal bodoh atau memang hal itu yang dipikirkan oleh Kyungri sekarang.

Hakyeon segera pergi ke rumah gadis yang tinggal di belakang sekolahnya itu. Ia mencoba masuk lewat pintu depan, tapi sayang pintu depan rumah itu terkunci. Hakyeon kemudian mencoba masuk dengan memecahkan kaca jendela kamar Kyungri lagi. Kyungri tidak ada di kamarnya, jadi Hakyeon keluar dari kamar itu dan menemukan Kyungri yang duduk di depan perapiannya setelah membakar tesis juga buku hariannya.

“Merusak properti dan masuk ke rumah orang lain tanpa izin, aku bisa lapor ke polisi karena hal itu lho,” ucap Kyungri.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya Hakyeon.

“Besok, sekolah itu akan terjual. Kalau sekolah itu terjual, mereka hanya mengganti namanya tapi isinya tetap kepala zombie semua, karena itu besok aku akan membuat sebuah bom di depan media,” jawab Kyungri.

“Eh? Bom apa maksudmu?”

“Tidak ada hubungannya denganmu.”

“Ya … katakan padaku, apa yang kau sembunyikan?”

“Pergilah, aku sedang ingin sendiri.”

“Kang Kyungri.”

“Cha Hakyeon, sudahlah. Aku sudah tidak ingin kau ikut campur lagi. Hentikan semua. Hentikan blokade bodohmu itu,” ucap Kyungri sambil memutar kursi rodanya meninggalkan perapian.

“Itu terlalu egois. Kau bukanlah satu-satunya yang terlibat dalam hal ini. Jadi, tolong kasih tahu aku kalau yang kau ucapkan tadi bohong, iya kan?”

Kyungri tidak menjawab pertanyaan Hakyeon. Hakyeon kemudian menghampiri Kyungri dan menyejajarkan matanya dengan mata gadis itu.

“Lihat mataku dan jawab,” ucap Hakyeon.

“Setiap hari kita ada di ruangan ini. Kau susah payah mengajarkanku berbicara di depan banyak orang. Untukku itu sangat menyenangkan, waktu yang kuluangkan untuk hal itu sangat berharga. Masa-masa itu bukan sebuah kebohongan kan? itu bukan bagian dari permainanmu kan?” tanya Hakyeon kemudian.

Kyungri kemudian menatap mata coklat Hakyeon dan berkata kalau hal yang Hakyeon tanyakan itu bukanlah sebuah kebohongan, dirinya sendiri mengakui kalau dia juga menikmati masa-masa itu. Dan hal yang ia pikirkan saat memikirkan rencana untuk mengubur Kepala Sekolah adalah Hakyeon.

“Karena itu kita harus menghentikan Kepala Sekolah dan semua hal bodoh yang kau rencanakan itu,” ucap Hakyeon.

“Tidak ada lagi yang bisa kulakukan. Ketika semua itu menghilang, aku juga akan menghilang. Kalian mungkin tidak akan setuju dengan tindakanku tapi aku akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menghilang selamanya,” balas Kyungri.

“Apapun yang kalian lakukan itu sia-sia. ‘Kami akan tetap di sekolah ini.’ ‘Kami mencintai sekolah ini.’ hal itu tidak akan menghentikan penutupan sekolah. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang akan peduli,” sambungnya.

“Itu tidak mung-”

“Sekarang orang lain menonton berita ini layaknya menonton festival. Dan bahkan berita ini akan dilupakan dalam beberapa hari ke depan. Dong Ah ingin hancur atau dijual juga tidak ada yang peduli. Pada akhirnya, dunia tidak akan berubah barang sedikit pun. Tapi, balas dendamku tetap terbalaskan. Itu lah kenapa, lebih baik kalian pindah ke sekolah lain. Lagipula, setelah kalian pindah, mental kalian sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya.” Gadis itu memotong ucapan Hakyeon tadi.

“Sekarang pergilah. Hapus apapun yang pernah terjadi. Hapus semua. Hapus aku dari ingatanmu. Lupakan semuanya.”

Kyungri kemudian memutar kursi rodanya menuju kamarnya dan berhenti setelah mendengar suara Hakyeon.

“Tidak mau.”

Hakyeon kemudian kembali menghampiri Kyungri, “Apa maksudmu dengan tidak ada yang berubah? Apa maksudmu dengan lupakan semuanya? Dengan kekuatan seseorang kita bisa mengubah sekolah, kita mengubahnya sendiri. ‘Hapus semua’ kau pikir semudah itu melupakan semuanya? Kita tidak bisa lagi mengikuti keinginan anehmu.”

“Kau pernah bilang, dulu tidak ada jalan di atas tanah. Setelah orang beramai-ramai menginjaknya maka terbentuklah jalan. Aku maksudku kita sendiri yang akan membuat jalan itu. Besok pagi, kita akan menunggumu di sekolah, ini akan menjadi perang terakhir kita,” ucap Hakyeon lalu pergi dari rumah itu tentu saja lewat jendela yang tadi ia pecahkan.

~ To Be Continued ~

[VIXX FF] The Boy's SpeechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang