"Seorang seniman akhirnya memperoleh kebebasannya? Membosankan." Seperti biasa Kyungri kembali membuang artikel yang OSIS buat.
"Ya sudah kalau menurutmu membosankan. Ah, jangan-jangan kau iri pada Sanghyuk karena ia menjadi penulis?" tanya Hakyeon.
"BODOH! Dia belum menjadi penulis dia masih berupa benih, dan jangan bandingkan diriku dengan anak SMA nakal seperti kalian," ucap Kyungri.
"Tapi kau memiliki Shakespeare disini," ucap Hakyeon sambil mendatangi rak buku Kyungri.
"Kau bahkan punya buku Romeo and Juliet aku tak menyangkan kau tipe orang yang suka baca buku romance," sambungnya sambil mengambil buku Romeo and Juliet yang tadi dibicarakannya.
Kyungri kemudian mengambil kendonya dan mengarahkannya ke Hakyeon menyuruhnya untuk menjauh dari rak buku miliknya dan mengatakan kalau impian dangkal mereka adalah musuh revolusi mereka yang tentu saja dibalas dengan kata 'Hah?' oleh Hakyeon.
"Semua siswa adalah seniman, dan ketika mereka dewasa apakah seniman dibutuhkan? Jawabannya adalah tidak," ucap Kyungri sambil terus mengarahkan kendonya ke arah Hakyeon hingga Hakyeon terpojok ke arah meja.
"Tidak?" tanya Hakyeon.
"Saat kita kecil, guru bertanya 'Ingin jadi apa kita?' dan kita menjawabnya dengan impian kita sendiri. Dan ketika kita dewasa mereka mengatakan 'Jangan hanya bermimpi tapi hadapi kenyataan' itulah yang mereka ajarkan," ucap Kyungri kemudian ia meletakkan kembali kendo miliknya.
Gadis itu kemudian merebut buku yang tadi Hakyeon ambil, "Apapun impian yang kau buat, bagi orang dewasa dan guru itu bukanlah impian melainkan sebuah racun."
Sementara itu Kepala Sekolah Shin memuji Sanghyuk atas penghargaannya. Kepala sekolah Shin mengatakan kalau Dong Ah memiliki banyak penerus dokter ataupun pengacara tapi untuk seniman seperti Sanghyuk adalah sebuah kelangkaan. Dan hal ini semua berkat siswa program penerimaan khusus yang membantunya menemukan impiannya, dan sekolah juga akan mendukung Sanghyuk.
Sanghyuk kemudian keluar dari ruang Kepala Sekolah dan berjalan menuju ruang rekreasi untuk mengambil tasnya tapi Wakil Kepala Sekolah memanggilnya dan membuatnya menghentikan langkahnya. Wakil Kepala Sekolah menyuruh Sanghyuk untuk menolak penghargaan itu.
"Menulis novel tidak ada jaminan untuk masa depan. Kau akan menyesal nantinya," ucap Wakil Kepala Sekolah.
"Aku yang akan menentukan masa depanku sendiri," balas Sanghyuk.
"Dengar, Kepala Sekolah punya andil dalam menentukan finalis dalam penghargaan ini."
"Hah?"
"Perlombaan dan penghargaan adalah bisnis orang dewasa. Ketika ia mendengar kau menjadi finalis ia menggunakan uang dan pengaruhnya untuk membuat dirimu menang dan mensukseskan program penerimaan khusus. Aku akan membuatnya lebih jelas. Kau menang bukan karena kemampuanmu, jika kau terus bermimpi kau akan menyesal. Menyerahlah," ucap Wakil Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah Shin dan Guru Baek kini tengah memperhatikan kamera CCTV yang dipasang di sekolah. Beberapa dari mereka menangkap gambar Kyungri yang menggunakan hoodie sehingga wajahnya tidak terlihat jelas apalagi sepertinya memang Kyungri mengetahui dimana letak CCTV itu.
"Orang yang mengetahui letak CCTV, orang yang terkait dengan sekolah atau mungkin lulusan." Itu pendapat Kepala Sekolah.
"Ah ... tadi aku melihat Wakil Kepala Sekolah bersama Han Sanghyuk. Sepertinya ia sedang mencoba menyuruh Sanghyuk untuk menolak penghargaannya," ucap Guru Baek.
Sanghyuk sendiri sekarang duduk diam sambil melamun dan sesekali memperhatikan Minervanya sedang membaca novel yang ia buat. Ia kemudian membanting novel yang ia pegang itu dan membuat semua orang disana mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[VIXX FF] The Boy's Speech
FanfictionAda yang salah dengan sistem pendidikan jaman sekarang. 1. Diskriminasi berdasarkan status orang tua 2. Orang tua cenderung memaksa anaknya untuk belajar 3. Kegiatan non akademis dinilai tidak terlalu berguna untuk masa depan Percaya atau tidak kata...