Sepulang sekolah, Hakyeon mendapati keenam anggota Minerva itu sedang berkumpul di lapangan basket di samping sekolah. Ia melihat Wonshik yang sedang sibuk dengan bola basketnya. Sanghyuk kemudian mengajak anggota Minerva yang lain untuk menjahili anggota klub bayangan itu tapi Wonshik menolak, ia ingin langsung pulang. Taekwoon mengerti hal itu karena ia tahu orang tua Wonshik memaksanya untuk pergi les.
Akhirnya Wonshik pulang sementara anggota Minerva yang lainnya pergi untuk menjahili anggota klub bayangan seperti yang Sanghyuk bilang dan Hakyeon mengikuti Wonshik. Hakyeon terus mengikuti Wonshik secara diam-diam hingga sampai di depan rumah Wonshik.
"Sudah kuduga kau mengikutiku. Apa yang kau inginkan ketua OSIS?" suara Wonshik yang tiba-tiba terdengar membuat jantung Hakyeon serasa ingin lepas dari tempatnya.
Belum sempat Hakyeon menjawab, gerbang rumah Wonshik sudah terbuka dan sebuah mobil keluar dari rumahnya. Mobil tersebut berhenti di samping Wonshik dan Hakyeon. "Kau kedatangan temanmu Kim Wonshik? Bukankah sekarang jadwal lesmu? Naiklah kau harus pergi les, dan juga kau temannya Wonshik di sekolah? Naiklah aku akan mengantarmu sampai halte terdekat," ucap ayahnya Wonshik dari dalam mobil.
Sepanjang perjalanan Hakyeon hanya diam mendengarkan pembicaraan Wonshik dan ayahnya. Dari situ Hakyeon bisa menarik kesimpulan kalau Wonshik berhenti bermain dengan sungguh-sungguh karena ayahnya. Begitu sampai di halte, Hakyeon dan Wonshik segera turun dan mobil tersebut langsung pergi dari tempat itu.
"Kim Wonshik. Kau menyukai basket kan?" tanya Hakyeon.
"Huh? Apa kau bodoh? Bukankah kau tahu kalau aku bermain basket hanya untuk sampingan?" balas Wonshik.
"Aku sudah dengar dari Hyeri kalau kau adalah pemain basket yang hebat saat SMP, aku juga sudah mengonfirmasinya dengan Jiho yang dulu satu klub denganmu. Dia bilang kau yang berusaha keras, kau yang bersemangat itu terlihat keren, dia mengagumi," ucap Hakyeon.
Wonshik kemudian mendatangi Hakyeon dan menarik kerah lehernya, "Kuperingatkan kau untuk tidak membicarakan hal itu lagi. Jangan pernah sekalipun."
"Apa itu karena ayahmu?" tanya Hakyeon lagi.
Wonshik melepaskan tarikannya terhadap kerah leher Hakyeon dan berkata, "Itu keinginanku sendiri. Kata 'Aku menyukainya jadi aku akan berusaha' sudah tidak berlaku lagi sekarang. Itu tidak keren dan tidak membuatmu populer." Laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan Hakyeon yang masih terdiam di halte.
Besok paginya, Hakyeon hampir terjatuh ketika beberapa siswa lain yang terburu-buru menabraknya. Mereka berkumpul di depan papan pengumuman sekolah. Ketika Hakyeon mendekat semua mata yang ada disana menatapnya. Papan tersebut menunjukkan peniadaan klub yang sebelumnya menempati ruang OSIS.
Jiho kemudian mendatangi Hakyeon dan bertanya apa maksud dari semua ini. Semua klub yang mendiami ruang OSIS ditiadakan. Hal itu karena ada yang menemukan pakaian dalam anggota klub Lacrosse ditemukan di ruang OSIS. Hakyeon segera pergi ke ruang guru untuk bertanya detailnya. Lagi, jauh disana keenam anggota Minerva tersenyum puas.
"Kali ini idemu cukup cemerlang Wonshik-ah," puji Heera.
"Mencuri pakaian dalam adalah aib bagi klub, dan sekolah tidak ingin publik tahu tentang hal itu," sambung Taekwoon.
"Itu adalah cara terbaik untuk melenyapkan orang-orang tidak berguna itu," ucap Wonshik.
Hakyeon sudah menanyakan hal itu kepada gurunya dan mereka bilang itu keinginan Hakyeon karena Hakyeon menulis surat peniadaan klub. Tapi Hakyeon sama sekali tidak menulis surat tersebut justru Hakyeon ingin klub-klub tersebut bertahan. Dan ia tertawa hambar begitu menyadari kalau ini perbuatan Minerva.
Dirinya kemudian mendatangi Jiho yang tengah sendirian di atap dan meminta maaf. Tapi Jiho mengatakan kalau itu sudah tidak penting lagi, dan lebih baik OSIS mengalokasikan dananya dengan cepat jadi klub lain tidak akan seperti klubnya yang ditiadakan, dan mulai sekarang ia akan melepaskan keinginannya untuk menjadi populer dan mendukung gadis yang ia sukai untuk menyukai Wonshik."Apa kau yakin? Mungkin masih ada ..."
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, jangan bermimpi untuk melawan Minerva. Apapun yang kita lakukan itu tidak akan merubah apapun. Apapun yang kita lakukan itu tidak berguna. Orang seperti kita seharusnya tidaklah serakah. Berusaha keras itu memalukan," ucap Jiho.
Hakyeon kemudian hanya memandangi kertas bertuliskan 'Aku ingin berolahraga dengan serius' itu di sofa yang ada di rumah Kyungri. Sedangkan Kyungri hanya menunggu Hakyeon bercerita sambil menyalakan perapian di rumahnya.
"Sudah kuduga, ini semua aneh. Sekolah dan juga klub. Klub populer dan klub bayangan apa itu masuk akal? Pesan ini entah siapa yang menulisnya, Yoo Jiho kah? Atau Kim Wonshik kah? Aku tidak tahu siapa yang menulisnya, kalau seperti ini terus aku tidak bisa membantu mereka, dan ini mengesalkan," keluh Hakyeon.
"Apa yang mengesalkan?" tanya Kyungri.
"Tidak ada yang mau bersungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik ..."
"Siapa yang peduli tentang hal itu?! Yang penting sekarang adalah pasukan tidak populer harus mengalahkan pasukan populer. Jika kau bisa mengalahkan mereka dan mendapatkan beberapa penggemar, kau bisa mengambil kembali ruang OSISmu," ucap Kyungri yang memotong ucapan Hakyeon.
Hakyeon mengerutkan dahinya, "Eh?"
"Kau memang sudah bersatu, tapi kau belum memenangkan pertarungan di depan banyak orang. Kau harus menunjukkan kekuatanmu pada siswa lain."
"Jja,kalau begitu sekarang waktunya bertarung. Keluarkan tantangan dan menangi pertarungan itu," pekik Kyungri.
"Keluarkan tantangan apa maksudmu?" tanya Hakyeon.
"Hal terhebat mereka adalah bersaing," jawab Kyungri.
Gadis itu kemudian mengeluarkan buku Undang-Undang yang biasa Hakyeon taruh di saku jasnya. "Pasal 32 mengatakan setiap klub dapat dibuat selama OSIS setuju. Kau mengerti kan apa yang harus dilakukan?"
Hakyeon menggeleng dan Kyungri memutar bola matanya malas.
"Buat klub basket kedua dan bertarung dengan Minerva," ucap Kyungri sambil menyerahkan kembali buku Undang-Undang itu kepada Hakyeon.
Hakyeon menggeleng ia pikir itu mustahil bisa menang melawan Minerva melalui basket. Tim mereka punya Wonshik yang jago basket. Kyungri kemudian mengatakan kalau Minerva punya Wonshik maka tim Hakyeon punya Hongbin. Hakyeon membelalakkan matanya benarkah Hongbin bisa melawan Wonshik. Kyungri kemudian mengatakan pada Hakyeon untuk tidak ragu lagi dan jalani saja, dan lagi dengan malas Hakyeon menuruti Kyungri.
"Kau yakin tentang hal ini?" tanya Hakyeon.
Kyungri tampak berpikir sejenak lalu menyuruh Hakyeon mendekatkan dirinya supaya ia bisa membisikkan sesuatu pada Hakyeon, "Kau mungkin membutuhkan beberapa peralatan perang."
Tanpa mengubah posisinya Hakyeon bertanya maksud dari peralatan perang yang dimaksud Kyungri. Gadis itu menahan tawanya lalu memasangkan Hakyeon sebuah bando berbentuk telinga kucing berwarna putih. Sontak Hakyeon terkejut dan melepaskan bando tersebut.
Selama dirumah Hakyeon terus memikirkan apa benar bando tersebut bisa disebut sebagai peralatan perang. Kakek Hakyeon kemudian memasuki kamarnya dan bertanya apa Hakyeon tidak mau mandi dan untuk apa Hakyeon memegang bando telinga kucing itu. Hakyeon menjawabnya dengan mungkin ia bisa menjadi populer kalau mengenakan bando tersebut. Kakek Hakyeon kemudian bercerita kalau dulu saat ia menyatakan cintanya pada nenek Hakyeon ia juga mengenakan bando seperti itu dan berhasil. Nenek Hakyeon saat itu adalah wanita tercantik di kota, kakek Hakyeon sadar kalau ia tidak sangat tampan seperti Hakyeon tapi yang harus dilakukan untuk menarik perhatian nenek Hakyeon adalah dengan berbuat bodoh.
Ditengah dinginnya kota dimusim salju, kakek Hakyeon mengenakan bando dan kostum kucing, kakek Hakyeon berteriak di depan nenek Hakyeon kalau ia mencintainya dan melompat ke sungai. Tanpa diduga ternyata nenek Hakyeon adalah orang yang paling mengkhawatirkan kakeknya dan mengatakan kalau ia juga mencintai kakek Hakyeon. Hakyeon kemudian terdiam karena mendengar cerita kakeknya.
"Menyatakan cinta? Berbuat bodoh? Berhasil?" gumam Hakyeon.
![](https://img.wattpad.com/cover/73990904-288-k420344.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[VIXX FF] The Boy's Speech
FanfictionAda yang salah dengan sistem pendidikan jaman sekarang. 1. Diskriminasi berdasarkan status orang tua 2. Orang tua cenderung memaksa anaknya untuk belajar 3. Kegiatan non akademis dinilai tidak terlalu berguna untuk masa depan Percaya atau tidak kata...