Sementara itu, Nayeon yang dipanggil ke ruang kepsek ternyata akan dipindahkan oleh kepala sekolah ke akademi Dong Ah di Paris. Awalnya Nayeon menolak tapi karena kepala sekolah mengamcam akan memberi tahu orang tuanya, Nayeon tak punya pilihan lain selain menuruti hal itu dan kemudian keluar dari ruang kepsek.
Hakyeon yang pulang dari rumah Kyungri melihat Nayeon yang dikelilingi pengurus OSISnya dan siswa lain yang memaksa Nayeon untuk menanda tangani petisi tersebut langsung merebut petisi yang tadinya akan ditanda tangani oleh Nayeon.
"Kalian ... ayo kita hentikan hal ini. Jika kita seperti ini kita sama saja dengan sekolah dan Minerva. Bukankah kita yang paling tau rasanya menjadi tidak bahagia," ucap Hakyeon.
Jaehwan mendukung perkataan Hakyeon yang membuat pengurus OSIS lainnya juga ikut membenarkan hal tersebut. Sementara para siswa yang lain hanya bisa mengeluhkan tindakan OSIS tersebut.
Hakyeon dan pengurus OSISnya itu kemudian kembali ke ruang OSISnya. Tapi mereka tidak benar-benar kembali begitu melihat guru Baek yang muncul mereka bersembunyi dibalik dinding dan menguping pembicaraan Nayeon dan guru Baek.
"Jangan panggil aku ssaem, aku bukan gurumu lagi. Aku dipindahkan ke sekolah lain. Aku punya keluarga, jadi tidak ada yang bisa kulakukan," ucap guru Baek.
"Tapi kenapa ssaem? Bukankah ssaem bilang kalau ssaem menyukaiku?" tanya Nayeon.
"Aku berkata menyukaimu sebagai guru, Im Nayeon-ssi. Jika kau terlalu dekat itu akan jadi masalah untuk kita berdua. Kau harusnya senang punya jalan keluar yang baik. Jika kau ingin menjadi orang dewasa, maka kau harus berhati-hati." Guru Baek kemudian pergi dari sana setelah mengatakan hal itu.
"Sungguh menyedihkan. Kau dicampakkan dan dikirim ke Paris," ucap Mina yang juga mendengarkan semua pembicaraan Nayeon dan guru Baek.
"Jika kau dikirim ke Paris ..." Heera melepaskan cincin Minerva yang terpaut di jari manis Nayeon, "tandanya kau tidak membutuhkan ini kan?"
Heera dan Mina kemudian pergi berdua untuk pulang ke rumahnya. Kelima pengurus OSIS yang melihat semua itu hanya bisa terpaku, bahkan mereka sangat kejam kepada satu sama lain. Salju perlahan turun, sebuah syal kemudian melingkar di leher Nayeon. Itu ulah Hakyeon.
"Aku tidak membutuhkan simpatimu," ucap Nayeon sambil melepaskan syal itu.
"Apa kau benar-benar akan pergi ke Paris?" tanya Hakyeon.
"Memangnya pilihan apa lagi yang kupunya? Aku sendiri adalah bahan tertawaan."
"Ng ... Nayeon-ssi, aku tidak keberatan jika ..."
"Aku tidak mau berada di kubu yang sama denganmu. Lagipula bukankah ini semua salahmu? Kau berpura-pura khawatir, padahal sebenarnya kau sangat puas kan? Sayang sekali, aku sangat baik-baik saja. Aku baik-baik saja sendiri, bahkan tanpa ssaem." Nayeon membuang syal Hakyeon itu ke tanah begitu saja dan melangkah pergi.
Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, tangan Hakyeon menahannya, "Apa kau yakin kau baik-baik saja? Itu ... ng ... bagaimana aku mengatakannya."
"Akulah yang membuatnya pergi. Aku juga mulai bosan." Suara Nayeon terdengar seperti sedang menahan tangisnya.
"Aku tahu dia tidak benar-benar menyukaiku, tapi dia mengatakan kalau dia akan melindungiku."
Nayeon kemudian mengatakan kalau orang-orang selalu mengatakan kalau anak-anak yang ahir dari keluarga kaya berbeda, anak-anak itu memiliki segalanya dan hidup bahagia. Tapi tidak ada yang tahu kalau sebenarnya anak-anak kaya itu berada di bawah tekanan setiap hari. Ketika Nayeon tidak bisa mengatasinya, guru Baek datang dan berbicara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[VIXX FF] The Boy's Speech
FanfictionAda yang salah dengan sistem pendidikan jaman sekarang. 1. Diskriminasi berdasarkan status orang tua 2. Orang tua cenderung memaksa anaknya untuk belajar 3. Kegiatan non akademis dinilai tidak terlalu berguna untuk masa depan Percaya atau tidak kata...