7-2 Kim Heera

180 24 34
                                    

Malamnya Hakyeon mendatangi rumah Kyungri, ia mengetuk pintunya tapi tidak ada yang menjawab. Guru Kim kemudian mendatangi Hakyeon dan mengatakan kalau ia sudah menyelidiki rumah itu. Pemilik rumah itu sudah meninggal, dan ahli warisnya mengalami kecelakaan hingga sekarang masih di rumah sakit dan meminta Hakyeon menyerah untuk menemui gadis itu.

Guru Kim kemudian pergi dari sana. Melihat guru Kimm pergi Hakyeon mengambil batu dan melempar jendela rumah itu kemudian masuk ke rumah itu lewat jendela. Beruntungnya jendela yang ia pecahkan adalah jendela kamar Kyungri. Begitu masuk ke kamar itu Hakyeon hampir kehilangan jantungnya karena Kyungri duduk di kursi rodanya sambil menatap Hakyeon.

“Untuk apa kau disini?” tanya Kyungri.

“Yak ... kau mengagetkanku,” ucap Hakyeon.

“Aku bertanya sedang apa kau disini? Merusak properti orang lain, masuk ke rumah orang lain tanpa izin, apa kau penguntit? Apa harus aku melaporkannya kepada polisi?” tanya Kyungri lagi.

“Ada yang ingin aku tanyakan? Dari banyak orang kenapa kau memilihu? Padahal orang lain juga bisa kan? Sekalipun itu musuh?” tanya Hakyeon balik.

“Kalau begitu kenapa kau percaya padaku? Kenapa kau percaya kalau aku ingin membajak sekolah?”

“Kalau begitu apa yang ingin kau capai dari pembajakan itu?” tanya Hakyeon lagi.

“Aku ingin menghancurkan sekolah itu. Sekolah itu punya sejarah, tradisi, kebudayaan, dan pendidikan yang busuk. Yang aku inginkan hanyalah sekolah itu menghilang dari bumi ini tidak lebih.”

Hakyeon kemudian mengambil earphone yang selama ini menjadi penghubung antara dirinya dan Kyungri, mengembalikannya pada gadis itu dan kemudian pergi dari rumah itu. Hakyeon pergi ke depan sekolahnya. Ia berdiri di depan gerbang sekolah tanpa melakukan apapun. Entah apa yang dirasakannya sekarang. Perasaannya campur aduk.

Taekwoon kemudian menarik ujung baju Hakyeon dan membawa Hakyeon masuk ke sekolah lewat pintu samping. Taekwoon membawa Hakyeon ke ruang rekreasi. Disana Hakyeon diinterogasi tidak hanya oleh Taekwoon tapi Hyeah juga ada disana.

Mereka berdua bertanya apa Hakyeon benar-benar ingin menipu mereka semua. Hakyeon tidak menjawabnya dan membuat Taekwoon hampir marah kalau tidak ada Hyeah disana Hakyeon mungkin akan pulang dengan lebam di tubuhnya.

“Cha Hakyeon, kau tidak serius ingin menipu kami kan? Apa seseorang menyuruhmu melakukannya atau kau yang memang ingin merubah sekolah?” tanya Hyeah untuk yang kesekian kalinya.

“Dua-duanya benar. Walaupun pidato itu dibuat oleh orang lain, tapi perasaan dibalik kata-kata itu benar, karena pidato itu dibuat sesuai dengan perasaanku,” jawab Hakyeon.

“Apapun yang kuatakan sebagai alasan memang tidak bisa dimaafkan tapi perasaan tiu sendiri bukanlah kebohongan,” sambungnya.

“Tuh kan apa kubilang, kau tidak percaya sih,” balas Hyeah.

“Kalau begitu buktikan, aku sendiri tidak bisa membiarkan semuanya kembali seperti dulu,” ucap Taekwoon.

Besoknya Hakyeon dipanggil ke ruang bimmbingan untuk menanda tangani surat pengunduran diri dari sekolah karena lebih dari sembilan puluh persen siswa menanda tangani petisi pengusiran dirinya. Sekarang Hakyeon sudah berubah dari revolusioner menjadi bukan siapa-siapa.

Hakyeon kemudian keluar dari ruang bimbingan dan terkejut melihat OSISnya sedang menyebarkan petisi untuk menyelamatkan Hakyeon dan jujur ia juga cukup terkejut dengan berdirinya Taekwoon dan Mina disana.

“Apa yang kalian lakukan? Bukankah dia mengkhianati kalian?” tanya Heera.

“Dia memang mengkhianati kami. Tapi kami tahu perasaan dibalik kata-katanya bukanlah kebohongan, karena itu tidak peduli dari siapapun kata-kata itu kami ingin tetap mempertimbangkan banyak hal bersama Hakyeon untuk mengubah sekolah,” balas Hyeah.

[VIXX FF] The Boy's SpeechTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang