"Lin, awas di belakang lo ada setan!"
"Hahaha...."
Perkataan yang sangat menusuk bagi Qeyla. Dia sangat sedih mendengar perkataan teman-temannya. Hatinya terasa sakit, air matanya seakan tidak dapat dibendung lagi olehnya. Perasaannya sekarang bercampur aduk menjadi satu dalam benaknya, antara sedih, kesal, marah, dan juga bingung. Dia bingung karena dia tidak tau mengapa temannya, bahkan sahabatnya memusuhinya. Baginya mereka memusuhinya tanpa sebab, karena teman-temannya, bahkan juga sahabat-sahabatnya tiba-tiba saja memusuhinya, padahal awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Dan karena itu semua, dia menjadi marah, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa diam, karena dia tidak memiliki keberanian untuk membalas perbuatan teman-temannya yang beramai-ramai memusuhinya. Oleh karena itu, semua rasa yang telah bercampur aduk dalam benaknya hanya dapat tersimpan dalam hatinya.
"Aku pulang...."
"Eh, Qey udah pulang. Ganti baju sana, setelah itu kita makan siang bareng, ibu sudah menyiapkan makanannya. Dan hari ini ayah libur, jadi kita bisa makan bertiga."
"Ya, Bu."
Qeyla langsung bergegas ke kamarnya, mengganti pakaiannya, dan kemudian turun ke bawah, ke meja makan. Rumah Qeyla terdiri dari tiga lantai. Lantai satu untuk dapur, toilet, ruang makan, ruang tamu, dan ruang keluarga. Sedangkan lantai dua untuk kamar Qeyla, kamar orang tuanya, dan beberapa kamar tamu. Dan lantai tiga digunakan untuk kebun. Walaupun kebun ada di lantai tiga, namun rumah Qeyla juga mempunyai halaman yang cukup luas dan sebuah gudang yang ada di samping kanan rumah.
Selesai makan, Qeyla kembali ke kamarnya. Dia masih kepikiran tentang teman-temannya yang memusuhinya. Terlebih lagi kepada sahabat-sahabatnya yang juga memusuhinya. Qeyla terus berpikir, hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk mengirim pesan melalui sms kepada teman-temannya. Tidak, lebih tepatnya kepada teman yang dia anggap sahabat. Dia meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya walaupun dia tidak tau apa kesalahannya, karena ia cukup takut untuk menanyakannya. Baginya saat ini, yang terpenting dia bisa bermain bersama lagi dengan sahabat-sahabatnya. Kalau tentang temannya, dia tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena baginya teman hanya sekadar kenalan dan tidak bisa membuat harinya bahagia. Sedangkan sahabat dapat membuat harinya bahagia dengan segala canda tawa yang menghiasi persahabatan mereka.
Cecil, aku minta maaf ya sama kamu kalo aku punya salah sama kamu. Aku mohon, maafin aku.
Fel, aku minta maaf ya sama kamu kalo aku punya salah sama kamu. Aku mohon, maafin aku.
Fik, aku minta maaf ya sama kamu kalo aku punya salah sama kamu. Aku mohon, maafin aku.
Tak lama kemudian datang balasan dari mereka bertiga yang membuat Qeyla kesal.
Balasan dari Cecilia:
Ya Qey, tapi kalo di depan teman-teman yang lain kita pura-pura musuhan, ya.(Huh, kalo balesannya begini, berarti Cecilia musuhin aku karena ikut-ikutan teman-teman yang lain.)
Balasan dari Felly:
Tanya Fika, deh. Aku ngikutin Fika aja.(Kalo begini balesannya, berati Felly juga ikut-ikutan teman-teman yang lain. Dan kenapa harus ngikutin Fika? Berarti kalo Fika gak mau, jadi aku gak bisa main lagi sama mereka?)
Balasan dari Fika:
Ini siapa, ya?(Oh, iya Fika belum tau no. aku yang ini.)
Balasan dari Qeyla:
Ini aku Qeyla. Fik, aku minta maaf ya sama kamu kalo aku punya salah sama kamu.5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
1 jam
(Belum ada balasan dari Fika. Aku rasa, dia benar-benar tidak ingin berteman lagi denganku.)
Dengan ketiga balasan itu, perasaan yang tadi bercampur aduk dan tersimpan di hatinya, sekarang menjadi rasa benci. Dia sudah mau meminta maaf, padahal dia gak melakukan apa-apa, tapi jawabannya seperti itu. Dengan balasan itu pula pupus sudah harapan Qeyla untuk dapat bergembira ria dengan sahabat-sahabatnya lagi. Dan oleh karena itu juga, Qeyla tidak percaya lagi akan kata sahabat. Baginya, sahabat hanya ada di imajinasi seseorang, karena sesungguhnya di dunia nyata tidak ada sahabat yang benar-benar mencerminkan kata sahabat. Dia sudah tidak mempunyai kepercayaan lagi akan adanya sahabat.
💎
Di tempat lain pada saat yang sama, di Rainbow Forest.
"Akhirnya, kita bisa bebas dari semua urusan sekolah!!!"
"Ingat, cuma libur. Setelah itu, kita akan sekolah lagi."
"Iya, iya. Tapi walau hanya sementara, itu sudah membuatku senang. Kira-kira, kita ngapain aja ya selama liburan?"
Gadis berambut jingga nampak terlihat berpikir sangat keras tentang rencana liburannya, sedangkan gadis satunya berambut merah, hanya geleng-geleng kepala melihatnya.
Tiba-tiba, angin berhembus sangat kencang, menerbangkan dedaunan yang gugur di tanah. Dan tidak jauh dari mereka, terlihat angin berputar pada porosnya, dan semakin mendekat kearah mereka. Dengan cepat, gadis berambut jingga mengendalikan tanah untuk membuat pelindung yang dapat menghalangi angin itu menabrak dirinya dan temannya. Hingga akhirnya angin itu menabrak pohon dan menimbulkan ledakan yang besar. Setelah angin itu sudah tidak ada, tanah pelindungnya pun dilenyapkannya, dan datanglah gadis berambut kuning yang berlari ke arah mereka dengan terengah-engah.
"Kamu masih belum bisa mengendalikan kekuatan anginmu, Win?"
"Iya, maaf ya aku udah bikin kalian hampir celaka."
"Ya, untung saja tadi aku langsung membuat pelindung. Jadi tidak apa-apa, tapi kalo sampe' tadi kita celaka, aku tidak akan memaafkanmu."
"Sekali lagi aku minta maaf, Arin, Ara."
"Ya udah, lain kali hati-hati, latihannya. Semoga kamu bisa mengendalikan anginmu dengan benar, ya Win." Akhirnya gadis berambut merah angkat bicara, setelah lama hanya mendengarkan pembicaraan Arin dan Wina.
"Ya udah, kita pulang yuk, Ra. Kamu tidak pulang, Win?"
"Aku akan pulang. Badanku sudah sangat lelah saat ini. Aku akan latihan lagi lain kali saja. Boleh Aku pulang bareng kalian?"
""Tentu.""
💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...