(#8) Academy

1.9K 121 2
                                    

"Huft...."

Qeyla menghempaskan dirinya di kasur.

"Gimana Qey sekolahnya?"

"Lumayanlah. Baru kali ini aku merasakan sekolah di sekolah asrama. Tinggal juga di sini."

"Lalu bagaimana denganmu? Kau kan sudah terbiasa tinggal di istana," Qeyla melanjutkan perkataannya.

"Aku merasa sangat bahagia. Kalau di sini, aku bisa puas main dengan teman-teman, bertemu setiap saat."

"Aku merasa bebas," kata Ara melanjutkan.

Qeyla sekarang sudah mulai bersekolah di salah satu akademi di Rainbow Empire. Dia memutuskan untuk bersekolah di akademi saat waktu liburan sudah mulai habis. Setelah hanya dalam waktu tiga hari dia tinggal di rumah barunya di desa, dia memutuskan akan melanjutkan belajarnya di akademi karena menurutnya dia akan sangat senang karena dia tidak akan sendirian. Jika dia hanya bersekolah biasa yang tiap hari bisa pulang, dia akan sangat kesepian karena dia hanya tinggal sendiri di rumah barunya. Sedangkan Ara, dia juga memutuskan akan belajar di akademi saat mengetahui Qeyla akan bersekolah di akademi.

"Qey, kira-kira Arin lagi apa, ya?"

Toktoktok..Toktoktok..Toktoktok

"Aduh.... Siapa sih yang ngetuk pintu kamar kita. Udah tau kita baru pulang sekolah, masih cape'."

"Hai," sapa seseorang di balik pintu.

"Siapa Ra?"

                           💎

"Tuan putri, ini makanan anda."

"Tidak. Aku tidak mau makan. Dan apa kau bilang tadi? Tuan putri? Apa dengan kondisiku yang seperti ini aku masih pantas disebut tuan putri? Apakah ada seorang putri yang tinggal di penjara istananya sendiri? Tidak ada," seorang gadis berbicara dengan terisak.

"Bahkan... Bahkan sekarang aku berpikir sepertinya ayahanda bukanlah ayah kandungku. Bagaimana mungkin dia memenjarakanku hanya karena aku tidak bisa mengabulkan apa yang dia inginkan? Aku yakin dia bukanlah ayah kandungku. Karena dari awal, kita memang berbeda."

                            💎

"Ariiiiiinn," ucap Ara seraya memeluk seseorang yang tadi mengetuk pintu.

"Arin?" Qeyla pun beranjak dari kasurnya dan menuju ke pintu yang terbuka.

"Arin, kok kamu bisa ada di sini?"

"Iya Qey, aku gak bisa jauh dari Ara. Dia sahabatku. Jadi aku minta kepada kedua orang tuaku agar mereka memasukkan aku ke akademi ini."

"Terima kasih ya Rin karena kamu mau menganggapku sebagai sahabat."

Qeyla berusaha tersenyum melihat Ara dan Arin. Mereka benar-benar sahabat sejati. Beruntungnya mereka memiliki sahabat. Beda dengan Qeyla yang tidak mempunyai sahabat. Jangankan sahabat, mungkin dia juga tidak punya teman. Melihat Ara dan Arin, Qeyla berusaha tersenyum dan juga berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Menangis karena dia iri dengan persahabatan mereka. Dia juga ingin mempunyai sahabat. Sahabat yang sejati.

"Qey, kamu kasurnya yang di tengah, ya?" ucap Arin.

"Eh, iya. Emangnya kenapa?" Qeyla mulai tersadar dari kesedihannya.

"Aku ingin kasur yang di tengah. Aku ingin dekat Ara. Kamu pindah ya, Qey."

Kamar asrama ini memang menampung tiga orang setiap kamarnya. Masing-masing satu kasur, satu lemari, dan satu nakas. Ara menempati kasur di sebelah kiri, dekat jendela. Sedangkan Qeyla di tengah. Namun sepertinya Qeyla harus pindah ke kasur sebelah kanan. Dia tidak ingin memisahkan persahabatan Ara dan Arin meskipun hanya dalam hal tempat tidur.

"Boleh ya, Qey," kata Arin membujuk.

"Em, gimana ya?"

Arin melangkah masuk dan duduk di kasur tengah. Dan sekali lagi, dia berkata, "Boleh ya, Qey. Please."

(Ini mah sama aja aku dipaksa secara halus. Belum juga aku bilang iya, udah duduk aja di situ. Kalo aku bilang enggak, kan jadinya gak enak. Bisa jadi juga dia marah sama aku nantinya.)

"Ya udah deh," akhirnya Qeyla mengalah dan memindahkan barang-barangnya yang ada di kasur tengah dan nakas yang dekat kasur tengah ke kasur dan nakas yang di sebelah kanan.

"Hei, Rin. Selama aku di sini dan kamu masih belum pindah ke sini, kamu ngapain aja? Ceritain, dong."

"Ya, aku makan, minum, tidur, m-"

"Arin, yang aku maksud bukan itu," kata Ara gemas.

Arin telihat menahan tawa melihat tingkah Ara.

"Maksud aku tuh misalnya ada kejadian mengesankan apa gitu kek, yang kamu bisa ceritain ke aku."

"Makanya, kalo nanya yang jelas, dong," Ara hanya menatap Arin malas mendengar perkataan Arin itu.

"Kalo kejadian mengesankan sih gak tau ya, ada atau enggak. Soalnya biasa-biasa aja tuh," kata Arin yang kemudian berkata lagi, "Eh, ada satu deh. Tapi gak penting sih. Bukan tentang aku juga. Tapi ini tentang soal lain, terjadi di desa."

"Apa itu?" tanya Ara penasaran. Menurut Ara, semua kejadian di semua wilayah yang masih termasuk wilayah kerajaannya dia harus tau. Dia harus memperhatikan semuanya karena nantinya dia yang akan memimpin Rainbow Empire.

"Saat kamu dan Qeyla baru masuk akademi ini, warga bingung karena ada salah satu warga yang melihat penyihir ungu di wilayah desa, sendirian. Ya wajar sih mereka seperti itu. Karena kan memang di Rainbow Empire gak ada penyihir ungu. Ada sih ya sekarang, yaitu Qeyla. Tapi kan Qeyla sudah di akademi ini bersamamu saat itu. Tapi akhirnya warga gak ambil pusing. Mereka berpikiran mungkin penyihir ungu itu berasal dari Purple Country yang kebetulan sedang bermain ke wilayah Rainbow Empire. Jadi gak usah khawatir, semuanya baik-baik saja."

Qeyla yang sejak tadi hanya diam menyendiri mendengarkan Ata dan Arin mengobrol, ikut penasaran. Mungkin karena yang dibicarakan adalah penyihir ungu, yang sama seperti dirinya. Penyihir ungu. Penyihir yang sudah tidak ada lagi di Rainbow Country.

(Siapa penyihir ungu itu ya? Kenapa dia sendirian? Ya, walaupun aku tau namanya, aku juga gak akan tau dia siapa, sih. Penyihir daerah sini aja aku cuma tau sedikit. Apalagi penyihir ungu itu yang kemungkinan besar berasal dari Purple Country. Kalaupun aku tau dia siapa, gak ada hubungannya juga sama aku. Kenapa sih aku ini? Cuma denger ada yang sama kayak aku, penyihir ungu, aku udah ngerasa kayak ngedengerin orang yang aku kenal yang lagi dibicarain. Ckckck.)

Hai semuaaaa......😘😘😘😘😘
Aku sangat berterima kasih bagi kalian yang udah mau vote, comment, atau dua-duanya di cerita aku ini. Bagi yang udah mau liat aja, aku juga udah berterima kasih. Bagi yang gak baca tapi udah vote gitu aja kalo ada, aku juga berterima kasih. Tapi kalo yang aku harapin sih dibaca, ya. Kalo dibaca, aku lebih merasa dihargai. (Kalo bisa sih semuanya, dari baca, vote, dan comment.😅)

Oh iya, aku juga mau ngasih tau kalo aku bikin cerita yang lain juga. Kalo ini kan genre fantasi, yang satunya genre random. Judulnya REVOLUSI. (Mungkin ada yang mau baca?😂😂😂😂)

Between Light and Darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang