(#25) Tersesat

1.2K 68 1
                                    

"Sstttt.....sssttt...."

Qeyla yang sedang dalam keadaan hampir tertidur pun terbangun mendengar suara yang berasal dari luar tendanya. Dilihatnya ada sebuah bayangan menyerupai manusia tepat berada di depannya yang terhalang dengan tenda. Dilihatnya jam yang ada di ponselnya, jam menunjukkan pukul 00.10. saat dilihatnya teman sekelompok perempuannya sudah tertidur semua, Qeyla segera beranjak keluar dari tenda setelah merapihkan rambutnya yang tidak rapi karena habis tiduran. Di luar tenda, Qeyla melihat ke sekeliling dan tidak mendapati apa-apa. Suasananya begitu sepi, sampai suara jangkrik pun dapat terdengar oleh telinganya, "Tadi itu dia atau bukan, ya?"

Saat Qeyla berbalik, dia pun dikejutkan dengan sosok yang tiba-tiba saja sudah ada di depannya. Qeyla hampir saja teriak kalau saja sosok iu tidak segera menutup mulutnya.

Setelah beberapa detik hening, sosok itu melepaskan tangannya dan menatap Qeyla dengan kesalnya, "Kau bagaimana sih? Bukannya sudah kubilang agar kita ketemuan jam 12 malam, dan kau seharusnya terus terjaga, bukannya malah tidur."

"Maaf, Vin. Dengan hawa di sini yang dingin, aku sangat menyukainya. Hal itu membuatku tidak bisa tahan untuk tidak menikmatinya dengan pergi ke alam mimpi. Dan sejujurnya, aku memang tidak bisa bergadang" Alvin hanya terdiam mendengar penuturan Qeyla sebelum akhirnya Qeyla melanjutkan dengan tatapan yang sama kesalnya dengan Alvin, "Dan kau kenapa? Kau malah mengagetkanku."

"Sudahlah, tidak perlu dibahas. Ayo ikut" Alvin menarik tangan Qeyla, "Semakin cepat kita menyelesaikan urusan kita saat ini, semakin cepat pula kita bisa kembali ke tenda dan tidur."

Alvin membawa Qeyla semakin mendekat ke perbatasan, semakin dekat dengan Black Empire dengan Qeyla yang terus saja berbicara namun tidak ditanggapi olehnya.

"Vin, kau gak akan ke sasar kan?" Qeyla berbicara sembari melihat ke bawah karena ia takut saat berjalan nanti tiba-tiba ada yang membuatnya tersandung, "Ini sungguh sangat gelap, dan kita sama sekali tidak ada yang membawa penerang. Dan apa kau tidak takut menabrak sesuatu atau tiba-tiba ada hewan yg membahayakan datang menghampiri kita, misalnya ular? Apa kau tidak takut jika ular itu melilit tubuh kita sampai mati, atau memberikan bisanya yang mematikan pada kita? Dan apa kau tidak takut menabrak pohon?"

"Kau bisa diam tidak sih?" Meskipun tidak melihat ekspresi wajah Alvin, dengan mendengar nada bicaranya saja Qeyla sudah tau bahwa kini Alvin pasti sedang kesal dengannya, "Kau tidak perlu khawatir tentang semua itu, karena aku adalah penyihir dengan warna nila atau indigo. Dan asal kau tau, penyihir dengan warna itu memiliki penglihatan yang lebih tajam dari penyihir lainnya. Kami bisa melihat lebih jauh dari batas normal. Bahkan kami bisa melihat makhluk yang tak kasat mata dan juga melihat aura pada diri seseorang."

"Em, oke. Mari kita lanjutkan perjalanan kita."

Saat Qeyla hendak melangkah kembali setelah sebelumnya berhenti, Alvin menahan pergelangan tangannya "Kita sudah sampai, lihatlah ke sana" unjuk Alvin ke arah bangunan istana yang megah. Di sana terlihat banyak sekali prajurit yang menjaga di setiap penjuru istana, "Alasan utamaku agar kita tidak membawa penerang karena jika kita memakainya, maka mereka akan menemukan kita dengan melihat adanya penerangan dari arah hutan."

Alvin menatap lurus ke arah istana, begitupun dengan Qeyla. Mereka tenggelam dengan pikirannya masing-masing.

Bagi Qeyla, tempat ini serasa familiar sekali. Dengan perlahan, Qeyla mulai sedikit melangkah maju untuk melihat lebih dekat.

Tapi setelah beberapa langkah, langkahnya terhenti tiba-tiba. Bulu kuduknya merinding. Pasalnya, saat ini dirinya sedang melihat sosok yang berbentuk seperti manusia sedang berdiri di hadapannya. Sosok itu seperti bayangan manusia yang dapat berdiri tegak, namun bayangan itu berwarna kelabu, bukannya hitam seperti layaknya bayangan biasa.

Qeyla yang melihat itu langsung ketakutan dan tidak sengaja berteriak dan berbalik memeluk lengan Alvin yang berada di belakangnya. Alvin sendiri pun yang sedari tadi juga melihat sosok itu dengan kaget segera berusaha menenangkan Qeyla yang sekarang sedang sangat ketakutan. Alvin pun juga dapat merasakan bahwa saat ini Qeyla sedang menangis saking takutnya.

"Hey, siapa di sana?" mengetahui bahwa mereka sudah ketahuan dan akan segera dikejar oleh para prajurit Dark King, Alvin pun segera menarik tangan Qeyla dan segera berlari meninggalkan tempat itu.

Di sisi lain, bayangan itu pun juga pergi meninggalkan tempatnya, namun berbeda arah dengan Alvin dan Qeyla. Bayangan itu menuju ke istana, melewati dinding-dinding penghalang dengan mudahnya. Setelah sudah di dalam istana, bayangan itu pun mulai memperlihatkan wujud aslinya dan segera berjalan menemui sang raja.

"Ayahanda, aku bersedia membantumu."

                             💎

"Vin, apa mereka masih mengejar kita?" tanya Qeyla pada Alvin yang sedang melihat keadaan dari balik pohon yang mereka gunakan untuk bersembunyi. Dengan posisi Alvin yang tepat berada di depannya dengan tangan yang berada di samping kanan dan kirinya, Qeyla merasa sangat tidak nyaman, jantungnya sedari tadi berpacu sangat cepat.

"Kurasa kita sudah aman," ucap Alvin sembari menatap Qeyla dan kemudian segera mengubah posisinya sedikit menjauh dari Qeyla.

"Ayo kita kembali ke tempat kemah," ucap Qeyla sembari melangkah mendahului Alvin sebelum akhirnya Alvin menahannya dengan memegang lengannya.

"Maafkan aku, kurasa kita saat ini tersesat. Karena lari terburu-buru tadi saat di kejar, aku lari ke sembarang arah. Dan saat ini aku tidak tau kita sedang berada di hutan sebelah mana."

Mendengar pernyataan Alvin bahwa saat ini mereka sedang tersesat, Qeyla

sangat terkejut mendengarnya.

"Lalu, kita harus bagaimana?"

"Kita tunggu sampai pagi saja dulu" ucap Alvin santai, "Bukan karena menunggu penerangan, tapi karena aku takutnya kita akan bisa bertemu prajuritnya Dark King nantinya jika mencari jalan ke perkemahan sekarang."

"Pagi? Bagaimana kalau semua orang di perkemahan mencari kita?"

"Tidak usah pikirkan mereka. Tidak penting. Lebih baik kau sekarang tidur saja, bersandar ke pohon ini" ucap Alvin sembari menepuk pohon yang tadi mereka jadikan tempat bersembunyi, "Aku yakin kau pasti sudah sangat mengantuk."

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Tenang, aku tidak mengantuk. Aku akan berjaga-jaga selama kau tidur" ucap Alvin yakin pada Qeyla, "Dan, apa kau ingin menambah kedinginan suhu di sini? Aku bisa mengabulkannya."

"Tidak. Bisa-bisa aku membeku jadinya nanti."

"Bukankah kau suka yang dingin?" ucap Alvin dengan nada yang sedikit menggoda Qeyla.

"Aku suka, tapi gak segitunya jugalah" ucap Qeyla kesal, "Udah, ah. Aku mau tidur."

Melihat Qeyla yang sudah bersiap tidur meskipun dalam kondisi duduk, Alvin segera mengucapkan selamat tidur sebelum Qeyla benar-benar sudah tertidur.

"Selamat berjaga," ucap Qeyla dengan nada yang sedikit kesal, sedangkan Alvin hanya terkekeh mendengarnya.

                            💎

I hope you like it. 😊😘😚

Between Light and Darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang