Qeyla tersentak kaget saat dirasakannya tanah yang sedang ia duduki bergetar. Dengan paniknya ia segera berdiri dan langsung berteriak untuk memberitahu kepada semuanya bahwa saat ini sedang ada gempa bumi.
"Gempa bumi! Gempa bumi!" Qeyla berlari ke arah orang-orang lainnya. Karena melihat semua orang hanya diam saja, ia pun kembali memberitahu mereka "Hey, ada gempa bumi. Kenapa kalian diam eh-?" dirasanya ada sesuatu yang aneh, membuat ia seketika bingung, ragu, dan malu karena semua orang kini tengah melihatnya. Ada yang melihatnya dengan tatapan bingung, ketidakpedulian, dan ada yang sedang menahan tawanya bahkan ada yang sudah tertawa.
Dengan bingungnya dan malu karena menjadi pusat perhatian saat ini, Qeyla berkata dengan suara yang tidak terlalu keras, mengutarakan apa yang ia kini ingin katakan "Kok di sini gak bergetar ya tanahnya? Tapi sungguh saat tadi aku duduk di sana aku merasakan getarannya," ucap Qeyla meyakinkan sembari menunjuk tempat yang baru saja ia duduki beberapa detik yang lalu.
Dengan masih dengan suasana yang sama, Qeyla merasakan getaran lagi dari belakangnya, kali ini dengan suara. Tapi ini berbeda dari yang tadi, yang ini karena ada yang sedang berlari di belakangnya, menghampirinya.
Dengan terengah-engah, Arin dan Ara menghampiri Qeyla "Qey, maaf. Semuanya, maaf. Soal kejadian ini, semuanya karena ulahku. Aku sedang iseng ingin mengerjai Qeyla dengan menggetarkan tanah yang ada di bawahnya. Sekali lagi maafkan aku," ucap Arin merasa bersalah.
Setelah mendengar penjelasan dari Arin, semuanya segera bubar, menjalankan kembali aktivitas yang sedang mereka lakukan. Sedangkan Qeyla, ia hanya menatap Arin dan Ara sebal karena saat ini mereka sedang menertawakan Qeyla, melupakan bahwa semua ini karena ulah keisengan mereka.
"Qey, Arin loh ya, yang buat getaran itu. Jangan marah padaku," ucap Ara masih dengan tawanya.
"Eh, enak saja. Keisengan ini kan terjadi berdasarkan kesepakatan kita tadi ingin mengerjai Qeyla," Arin yang tidak terima disalahkan seorang diri pun membela diri.
"Sudahlah, kalian menyebalkan."
"Maaf" ucap Arin tulus pada Qeyla, "Habis, tadi kulihat kamu sedang melamun. Ya, jadilah kami dapat ide itu."
"Ya, aku juga minta maaf. Tapi kalau boleh kami tau, apa yang sedang kau pikirkan?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Ara, Qeyla melangkah meninggalkan mereka berdua. Hatinya masih terasa kesal. Karena ulah mereka berdua, ia menjadi pusat perhatian orang-orang tadi. Sedangkan Ara dan Arin dengan setianya mengikuti Qeyla kemana pun ia pergi sebelum mereka dimaafkan. Qeyla kembali ke tempat tadi ia duduk, di bawah pohon yang besar, sebelum akhirnya tadi Arin dan Ara mengerjainya. Ara dan Arin pun ikut duduk di samping Qeyla, mengikuti gaya Qeyla yang hanya diam saja, melanjutkan aktivitasnya tadi, melamun.
Merasa tidak nyaman dengan situasi yang sedang ia rasakan saat ini, Qeyla akhirnya memutuskan untuk mengakhiri situasi ini dengan memaafkan mereka. Namun sebelum Qeyla membuka suaranya, ia melihat ada dua gadis asing baginya yang berjalan menuju ke arah mereka, menghampiri mereka.
"Hai," ucap salah satu gadis itu, yang lebih muda, dan merupakan penyihir warna kuning karena dapat dilihat dari warna rambut dan matanya.
"Hey, Linda," ucap Ara dan Arin bersamaan.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" ucap Arin yang disetujui dengan Ara dengan mengangguk karena Ara pun juga berpikir hal yang sama dengan Arin.
"Oh, aku hanya sedang mengantar Kak El ke sini. Dia ingin bicara pada Qeyla katanya. Aku sendiri pun gak tau mengapa Kak El bisa tau Qeyla dan ingin bicara padanya. Aku di sini hanya bertugas mengantarkan."
Qeyla yang menjadi orang yang dituju pun hanya menatap perempuan yang kini sudah ada di depannya dengan bingung.
"Tapi maaf sebelumnya. Kami hanya ingin memberitahu kalian bahwa Qeyla saat ini sedang amnesia. Ada suatu kejadian yang membuatnya seperti itu."
Dua gadis di depannya itu pun terkejut mendengarnya, tapi gadis yang bertujuan menemui Qeyla itu tetap pada pendiriannya. Ia akan berbicara ada Qeyla di hadapannya ini.
"Namamu Qeyla Valenna bukan?" Melihat Qeyla yang hanya bingung, gadis itu pun berkata kembali, "Meski kau sedang amnesia, tapi orang-orang di sektarmu memberitahumu nama lengkapmu kan?"
"Ya?" ucap Qeyla dengan masih bingungnya.
"Valenna. Valendro dan Alenna," ucap gadis itu lagi, membuat semuanya kecuali dirirnya terkejut.
"Bukankah itu-"
"Ya, itu adalah nama dari King and Queen Rainbow Empire yang dahulu. Dengan ratunya yang seorang penyihir ungu dengan rajanya yang merupakan seorang manusia."
Melihat semuanya hanya diam saja, gadis itu melanjutkan, "Karena saya adalah Princess Elyani, putri dari Queen Alenna dan suami pertamanya, King Aaron. Oleh karena itu saya tahu semua itu beserta informasi yang pastinya kalian belum ketahui selama ini dan akan saya beritahu saat ini juga."
Mendengar penuturan gadis itu, semuanya terkejut kecuali gadis itu sendiri dan Linda yang memang sudah tau bahwa gadis itu merupakan Princess Elyani, putri dari Queen Alenna dan suami pertamanya, King Aaron.
"Dan kau Qeyla, kau merupakan adik tiriku. Kau putri dari ibunda ratu dan King Valendro," ucap gadis itu yang dengan sukses membuat semuanya terkejut, kecuali dirinya tentunya.
"Tunggu, Kak El. Bukannya adikmu itu Azura? Adikmu bukannya yang diculik Dark King 15 tahun yang lalu? Dan mengapa sekarang,..." ucap Linda menggantung, tak sanggup melanjutkan perkataannya karena dirinya benar-benar bingung dan tak percaya tentang hal yang baru saja ia dengarnya.
"Ya, kau benar. Azura memang adikku yang diculik oleh Dark King 15 tahun yang lalu. Tapi Qeyla juga adikku" ucap gadis itu berhenti untuk menghela nafas sejenak karena bagaimana pun juga, baru saat inilah ia berani mengungkapkan kebenaran itu, "Azura dan Qeyla kembar."
Singkat, padat, dan jelas. Kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan sukses membuat semuanya terkejut, hingga akhirnya membuat Qeyla dengan tiba-tiba saja jatuh tak sadarkan diri. Qeyla pingsan.
💎
I hope you like it. 😊😘😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...