"Apa kalian tau dimana Qeyla sekarang? Tadi pagi aku dan Arin bangun agak kesiangan, tapi kami tidak melihat Qeyla di ranjangnya. Kukira dia sudah ke kelas duluan. Tapi ternyata dia gak ada dan bahkan gak masuk kelas seharian ini."
"Aku tidak tau. Kalian saja yang sekamar dengannya tidak tau, apalagi kami. Ia kan Vin?"
"Aku terakhir melihatnya kemarin di kantin. Sesudahnya, aku tidak tau."
"Kalau boleh kami tau, apa kalian sedang membicarakan gadis berambut ungu itu?"
"Ya. Apa kalian tau dia di mana sekarang?"
"Kemarin kami melihatnya ke luar academy, ke arah hutan."
"Jangan-jangan.........."
"Jangan-jangan apa Vin?"
"Ah, gak papa. Kalau begitu, ayo kita cari Qeyla."
Belum sempat mereka beranjak dari kursi mereka, anak-anak di kantin heboh. Tentu bukan heboh karena mereka, tapi karena penjaga sekolah menemukan seorang gadis yang pingsan di hutan dekat sekolah. Bukan hanya pingsan, gadis itu juga terluka, mengeluarkan banyak darah di keningnya. Sepertinya kepalanya habis terbentur benda yang cukup keras.
Anak-anak itu tau berita itu saat mereka melihatnya dari notif di handphone mereka, handphone yang memang dibagi-bagikan pada setiap penghuni akademi ini. Handphone yang berisi semua informasi dari para penghuni akademi, berita seputar akademi, dan juga merupakan penghubung antara semua penghuni akademi ini karena di setiap handphone sudah otomatis ada nomor handphone dari para penghuni akademi ini.
Akademi ini sebenarnya merupakan salah satu akademi yang unggul di Rainbow Country. Biayanya pun mahal. Kalau tidak, mana mungkin sang ratu dan raja Rainbow Empire mau merelakan putri semata wayangnya untuk belajar dan tidur di akademi ini. Kalau untuk Qeyla, sang ratu dan rajalah yang juga membayarinya, atas permintaan Ara. Karena Ara ingin bersekolah di akademi bersama Qeyla.
"Astaga. Apa aku tidak salah liat ini Ara?"
"Ya. Aku melihatnya. Ini..........."
"Qeyla."
💎
Seorang gadis dengan pakaian yang lusuh dan beberapa noda darah di tubuhnya mengerjapkan mata setelah beberapa jam yang lalu dia berada di alam bawah sadarnya.
"Ah, kau sudah sadar? Syukurlah, aku sungguh mengkhawatirkanmu, Qey."
"Benar kata Wina. Kau membuat kami semua khawatir, tau."
"Sekarang coba kamu jelaskan, kenapa kamu bisa kayak gini?"
"Tunggu dulu. Aku sebenarnya dari tadi bingung. Aku tidak tau siapa kalian. Bahkan, aku tidak mengingat apa-apa. Aku juga tidak tau siapa sebenarnya diriku? Aku di mana?"
"Apa? Jadi, kau ceritanya lagi lupa ingatan, nih?"
"Hey, Natan. Kau kira Qeyla sedang membuat drama?" ucap Ara kemudian melanjutkan, "Dan, kau mau ke mana, Vin? Kenapa kelihatannya buru-buru?"
"Ah, eng, aku hanya sedang ada urusan penting. Aku duluan, ya."
"Ya sudah, sana. Tan, panggilkan Dr. Reno sana!"
"Kenapa harus aku? Tapi, ya sudahlah."
💎
"Hey, lepaskan aku! Kenapa kalian semua membawaku kemari?"
Plak.
"Kau sudah berani-beraninya kabur dari istana, Lezy. Sudah kubilang, kau tidak boleh keluar dari penjara sebelum kau-"
"Sebelum apa hah? Kau mau apa dariku? Aku sudah muak dengan semua ini. Argh!"
Brak.....brak...brak......
Suara dentuman keras bersautan di dalam ruangan yang sangat luas ini. Suara tersebut berasal dari tubuh-tubuh para pengawal yang terpental mengenai dinding ruangan itu.
Gadis itu mengepalkan tangannya, amarahnya sedang memuncak saat ini. Namun, pria di hadapannya ini hanya menunjukkan ekspresi terkejut sesaat sebelum akhirnya lelaki itu menyunggingkan senyumnya dengan licik.
"Ini yang aku nantikan."
Seketika, pria itu mengeluarkan asap hitam pekat yang dengan seketika membuat gadis di hadapannya itu pingsan.
"Pengawal! Cepat kalian bawa Lezy ke kamarnya."
"Maksud baginda, ke ruang tahanannya?"
Dengan tersenyum licik, pria itu berkata, "Kalian jangan pernah mengatakan hal seperti itu. Dia putriku. Dan dia sudah menunjukkan apa yang kuinginkan. Dia akan segera mengabulkan apa yang sudah kucita-citakan selama ini. Jadi, bawalah dia ke kamarnya yang bagus. Dia pasti sudah sangat merindukan kamarnya itu."
"Baik, baginda."
💎
"Bagaimana dokter? Dia beneran amnesia? Atau, dia hanya sedang melakukan sandiwara mini?"
"Dia memang amnesia, nak. Sepertinya, hal itu dikarenakan kepalanya yg terbentur. Jika kalian ingin membuatnya sembuh, kalian bisa menunjukkan berbagai kenangan yang pernah dialaminya."
"Em, oke. Kalau begituan doang mah kami sudah tau."
"Setidaknya saya sudah ada pembicaraannya, daripada saya diam saja. Kalau begitu, saya pergi dulu."
"Qey, gimana kalau kamu sekarang ke kamar saja? Dibandingkan di sini, mungkin di kamar kamu bisa langsung mengingatnya."
"Baiklah."
Sementara itu, Alvin pergi meninggalkan akademi. Ada sesuatu yang membuatnya ingin pergi ke sana. Ke suatu tempat yang sangat kelam. Tapi, baru sampai perbatasannya, dia berhenti. Dia teringat sesuatu, sehingga dirinya pun berbalik arah, melangkah ke arah yang bertolak belakang dengan arah tujuannya beberapa detik yang lalu.
"Aku butuh bantuannya."
💎
"Nah, Qey. Ranjang yang itu adalah ranjangmu. Kau bisa beristirahat di sana sekarang."
"Kalau begitu, kami kembali ke kamar kami masing-masing, ya."
"Baiklah."
"Baik-baik ya, Qey. Cepet balik lagi ya ingetannya."
"Iya, makasih."
Setelah semuanya pergi kecuali Qeyla, Arin, dan Ara, Qeyla melangkah mendekati ranjang yang tadi ditunjuk Arin. Dalam ingatannya saat ini, dia sama sekali tidak ingat apa-apa tentang ranjangnya, tentang kamar ini, dan bahkan tentang semuanya di lingkungannya saat ini. Ini semua terasa asing baginya. Seakan baru pertama kalinya dia melihat itu semua.
Dan saat beberapa detik kemudian, matanya tertuju pada satu titik. Seperti kandang kecil yang ditutup kain. Qeyla pun melangkah mendekatinya, mengangkat kain yang menutupi benda itu seraya berkata, "Ini apa?"
"Jangan dibuka!"
"Jangan dibuka, Qey. Kamu takut dengan sesuatu yang ada di dalamnya."
Tak peduli Ara dan Arin melarangnya, gadis itu tetap membuka kain yang menutupi benda yang membuatnya penasaran.
"Maksud kalian yang aku takuti burung ini? Kalau ini mah aku gak takut, kali" ucap Qeyla sambil mengelus bulu Nix, "Dia sangat menawan. Ini punya siapa?"
"I-itu punya Ara. Kita yang menemukannya saat penjelajahan waktu itu."
"Wah, beruntung sekali kau Ara bisa memilikinya. Aku juga ingin memilikinya."
"Ara, aku belum pernah dengar kalau amnesia dapat menghilangkan phobia."
"Sama. Aku juga, Rin."
💎
I hope you like it.
Don't forget to vote and comment. 😊😘😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...