"Ya. Dia yang kemarin kita temukan di sungai kan?"
"Iya. Dia kan yang kemarin di balai desa kan?"
"Balai desa? Emangnya kemarin ada apa?"
"Makanya jangan tidur sore. Tidur tuh pas udah malam."
"Lagian kamu ngajakin aku lari keliling kampung. Mendingan aku tidur."
"Tapi akhirnya kamu gak dapet berita ini."
"Sudah, sudah. Biar aku yang menjelaskan."
Ara menarik nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya sebelum akhirnya menjelaskan semuanya.
"Begini. Kemarin saat kalian pulang, aku dan Arin menemukan gadis ini sedang pingsan di atas batu besar di sungai. Dia kemarin terluka, tapi sudah disembuhkan oleh penyihir jingga tabib istanaku. Dan kemarin, rambutnya berwarna hitam, sehingga kami membawanya ke balai desa karena kami takut dia merupakan salah satu anak buah Dark King. Tapi setelah disiram air suci, ternyata rambutnya bukan hitam, melainkan ungu. Dan karena dia baru di sini dan tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya aku memutuskan agar dia tinggal di istanaku dalam beberapa hari, selagi rumahnya sedang di bangun di desa. Dan aku mengajak kalian berkumpul di sini, agar kalian bisa berkenalan dengannya. Qey, kenalkan namamu."
"Namaku Qeyla Valenna. Kalian bisa memanggilku Qeyla."
"Namaku Arin Lestari. Kau bisa memanggilku Arin."Gadis berambut jingga memperkenalkan dirinya duluan, dan kemudian di susul dua orang lainnya yang berambut kuning.
"Namaku Wina Puspita. Kau bisa memanggilku Wina. Salam kenal."
"Namaku Linda Drina. Kau bisa memanggilku Linda."
"Bagaimana kalau kita mengobrol sambil duduk di batang pohon itu?" usul Ara sambil menunjuk batang pohon yang cukup besar dan sudah tumbang tergeletak tidak jauh dari mereka.
"Ada apa Rin?" Ara yang melihat Arin hanya terdiam bingung dengan sikap temannya itu.
"Aku hanya teringat kejadian kemarin, Ra. Saat serangan angin Wina hampir mengenai kita kemarin. Itu kan pohon yang tumbang karena angin Wina kemarin."
"Ternyata kau masih ingat itu."
"Aku tidak mungkin melupakan kejadian yang hampir membunuh kita, Ra."
"Sekali lagi maafkan aku."
"Tidak apa-apa, Win. Lebih baik sekarang kita duduk di batang pohon itu," ajak Ara pada semuanya.
"Wina dan Linda adik kakak?"
"Tidak. Linda temanku, kita sering bermain bersama."
"Kau pasti berpikir aku dan Wina adik kakak karena rambut dan mata kami yang sama-sama berwarna kuning kan?"
"Iya."
"Qeyla, kita ada di Rainbow Country. Disini rakyatnya memiliki rambut dan mata yang berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan Nila. Warna-warna pelangi."Linda menjelaskan dengan sangat bersemangat.
"Tapi kenapa tidak ada ungu? Bukannya warna pelangi ada tujuh?
Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.""Penyihir ungu sudah tidak ada lagi di negri ini. Itu sebabnya para warga menyimpulkan kau adalah penyihir ungu dari daerah lain. Lebih tepatnya dari Purple Country. Di sana, semua rakyatnya memiliki rambut dan mata berwarna ungu," jelas Ara.
"Di dunia sihir ini terbagi menjadi beberapa negara. Dan itu berdasarkan pengelompokan warna mereka. Ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, putih, coklat, dan hitam. Dan ada satu negara yang memiliki ke tujuh warna pelangi, yaitu Rainbow Country, negri kita ini," jelas Arin menyambungkan penjelasan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...