Hari ini adalah hari terlaksananya acara kemah yang seminggu yang lalu sudah disebar luaskan beritanya. Semua murid serta guru-guru yang ikut kini telah siap untuk berangkat menuju tempat tujuan.
"Kita ke tempat kemahnya naik apa ya, Rin? Kok dari tadi aku tidak melihat ada kendaraan yang mungkin akan menampung kita semua sampai tempat tujuan?" ucap Qeyla yang terlihat bosan karena sudah sedari tadi mereka menunggu keberangkatan mereka di lapangan akademi ke tempat kemah namun belum juga berangkat hingga kini.
"Naik kaki. Karena tempatnya kan dekat dari akademi ini. Kalau jauh, tidak mungkin kan waktu itu dengan mudahya kau bisa sampai ke hutan perbatasan itu?" Qeyla yang mendengarkan jawaban dari Arin itu pun hanya bisa diam karena dia sama sekali tidak mengingatnya. "Oh, maaf. Kau lupa ya?"
"Kau yang lupa. Bahkan meski kepalamu itu tidak terbentur. Kau lupa bahwa aku sedang amnesia."
Mendengar ucapan Qeyla, Arin hanya bisa mengerucutkan bibirnya, "Iya, maaf."
"Anak-anak semuanya, sebelumnya kami minta maaf karena kami telat memulai acara ini karena tadi kami menunggu kalian semua lengkap terlebih dahulu. Dan tadi ada yang belum hadir, jadi kami menundanya. Nah sekarang, kita semua sudah lengkap, harap kalian segera berkumpul dengan kelompok kalian masing-masing."
Mendengar perintah dari Miss. Karin, semua murid pun berpencar mencari-cari di mana kiranya anggota kelompoknya yang lain.
Melihat semuanya sudah berpencar dan ada yang sudah bergabung dengan kelompoknya masing-masing, Qeyla mengedarkan pandangannya ke semua kelompok, mencari di mana kelompoknya berada. Dan yang ia cari hanyalah satu-satunya orang yang ia kenal di kelompoknya. Setelah menemukan di mana keberadaan orang itu, Qeyla menghampirinya.
"Hai, kita bertemu lagi."
Qeyla yang disapa pun hanya bisa membalas hal yang serupa dengan kaku, "H-hai." Ia pun memberi senyuman tanda bersahabat pada orang yang menyapanya.
Masih tersenyum sembari menatap orang yang menyapanya itu, Qeyla ingat sesuatu. Saat ia menengok ke samping kanannya, tepat sekali orang yang ia cari sedang melihat ke arahnya.
Qeyla tersenyum kecil sembari berkata, "Mohon bantuannya, ya."
"Aku juga."
💎
Setelah sampai di hutan perbatasan, semua kelompok pun membuat tenda kelompok mereka masing-masing. Dan tentunya tenda laki-laki dan perempuan dipisah, namun saling berdekatan jika satu kelompok.
"Hey, kau mau?" ucap seorang gadis yang duduk di samping Qeyla sembari menawarkan snack yang ia bawa.
Qeyla yang sedari tadi hanya menatap api unggun yang dibuat kelompoknya itu menengok ke arah gadis tersebut yang sedang menawarkan snacknya sembari makan.
"Ah, tidak. Makasih."
"Oh, ya. Namamu Qeyla kan?" ucap gadis itu lagi mengalihkan pandangan Qeyla yang kembali menatap api unggun "Jangan heran jika aku tau namamu. Di kelompok ini perempuannya hanya empat. Selain aku, ada Lala dan Lili serta Qeyla. Dan dari namanya, aku sudah tau bahwa gadis kembar itulah yang bernama Lala dan Lili" ucapnya lagi sembari melihat keberadaan dua gadis kembar yang sedang membelakangi mereka, entah apa yang sedang mereka lakukan "Dan pastinya kau yang bernama Qeyla."
"Iya. Dan kau-."
Belum selesai Qeyla bicara, gadis itu menjawab dengan bersamangat, "Lezy."
"Lezy?" ucap Qeyla pelan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Ya" ucap gadis itu kembali sebelum akhirnya ia mengurangi nada bicara semangatnya seperti tadi "Mungkin saat ini kau sedang berpikir bahwa namaku ini sama dengan putrinya Dark King ya?" Gadis itu tersenyum getir, "Mungkin memang kedengarannya jelek ya? Lezy, putrid dari orang yang sangat jahat, Dark King. Tapi jujur, aku suka nama itu."
Qeyla yang sedari tadi mendengarkan Lezy bicara pun nampaknya tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan itu, "Mengapa kau menyukai itu?"
Dengan pelan, Lezy menjawab pertanyaan Qeyla, "Karena aku suka memiliki nama yang sama dengannya, sahabat kecilku. Entah kamu percaya atau tidak, saat umurku 7 tahun, aku sering bermain di hutan perbatasan ini dan bahkan melebihinya, sampai ke Black Empire. Kau tau? Hutan perbatasan ini dekat dari akademi kalau dari wilayah Rainbow Empire, dan dekat dengan Black Empire kalau dari wilayah Black Country" Lezy menghela nafas beberapa saat sebelum melanjutkan, "Dan saat itu, entah mengapa, aku sama sekali tidak pernah tertangkap oleh penjaga istana Dark King. Padahal aku sering bermain di dekat tembok pembatas istana yang tidak seutuhnya tertutup karena masih ada beberapa bagian yang terdapat celah kecil sehingga aku bisa melihat dalamnya. Dan aku selalu ke sana untuk bermain dengan Lezy meskipun terhalang oleh tembok itu. Hal itu diawali saat pertama kalinya aku tidak sengaja melihatnya sedang bermain dekat tembok itu di dalam istana dan aku menghampirinya dari luar, dan kami pun berkenalan dan bermain. Kami bersahabat. Sampai akhirnya, setiap hari aku ke sana untuk bermain dengannya. Namun suatu hari, saat umurku 10 tahun, aku ketahuan untuk yang pertama kalinya. Mereka hampir menangkapku, tapi untungnya aku bisa bersembunyi di balik semak-semak saat mereka mengejarku sampai hutan ini. Esoknya, aku coba melihat ke sana, tapi semua sudah berubah. Tempat biasanya aku bermain dengan Lezy sudah dijaga ketat oleh penjaga istana Dark King, bahkan semua tempat sudah tertutup. Dan sejak saat itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Tapi jujur, aku sangat terkejut saat Mr. Trax mengatakan bahwa Dark King nantinya akan menyerang Rainbow Empire dengan bantuan Lezy. Setahuku, Lezy itu gadis yang baik. Yah, aku berharap saja semoga dia tidak berubah menjadi gadis yang jahat."
"Aku yakin Lezy masih baik, kok," ucap Qeyla sembari tersenyum.
Lezy yang melihatnya pun ikut tersenyum meski sedikit "Oh, ya. Aku dan Lezy memiliki kalung yang sama, dengan liontin berhuruf L" ucapnya lagi sembari menunjukkan kalung perak berliontinkan L yang sedang ia kenakan kepada Qeyla, "Aku yang memberikannya karena saat itu aku ingin memiliki sesuatu yang sama seperti Lezy selain nama."
Selesai menunjukkan kalungnya, Lezy memasukkan kembali kalung itu ke dalam bajunya, "Qey, kau juga memakai kalung?" Qeyla yang mendengar itu langsung meraba lehernya, dan ternyata ia memang sedang memakai kalung. Ia pun membuka sedikit kerah bajunya untuk mengintip kalung apa yang sedang ia pakai.
(Mengapa aku tidak menyadarinya?)
"Kau pakai kalung apa Qey? Boleh aku melihatnya?"
"Sama sepertimu."
"Sama sepertiku?"
"Ya. Kalung berliontin huruf."
"Oh, pasti huruf Q, ya?"
"Iya."
"...."
"Em, Lezy, aku ke tenda duluan, ya. Eh, tapi, apa kau juga mau ikut ke tenda?"
"Ah, tidak. Aku masih ingin menghabiskan snackku dulu. Karena tadi mengobrol panjang lebar denganmu, snackku jadi belum habis-habis nih," ucap Lezy sembari menunjukkan snacknya yang masih tersisa banyak.
"Ya sudah. Aku duluan, ya," ucap Qeyla dan dibalas anggukan oleh Lezy.
💎I hope you like it. 😊😘😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...