Seorang gadis melangkah mendekati tempat Dark King berada. Dengan tersenyum ia berjalan dan hormat di depan raja itu.
"Ada apa kau kemari Qeyla?"
"Baginda raja, bolehkah aku pergi untuk mencari seven diamond?"
"Bagaimana kau mencarinya? Apa kau sudah mengetahui siapa saja pemilik seven diamond itu?"
"Aku baru mendapat petunjuknya, baginda. Tadi aku tak sengaja mendengar lelaki itu menyebutkannya saat bersama teman-temannya di sel tahanan."
"Baguslah kalau begitu. Nanti akan ku utus beberapa prajurit untuk menemanimu."
"Ah, tidak perlu baginda. Aku bisa sendiri. Lagipula, untuk bisa mencarinya aku akan menyamar. Dan itu akan sulit bila ada prajurit yang mengikutiku."
"Oh, baiklah. Kau boleh pergi."
"Terima kasih baginda."
Setelah memberi hormat, Qeyla pun segera berlalu dan berjalan ke luar istana. Saat sampai di luar istana, ia segera melangkah menuju sungai tempat ia dahulu pertama kalinya tiba di dunia ini.
"Kau lama sekali."
"Maaf. Tentunya aku harus meminta izin dahulu pada Dark King."
"Kau sudah seperti anaknya."
"Aku tidak mau jadi anaknya."
"Tapi nyatanya kau sekarang sudah seperti anaknya."
"Aku tidak mau mempunyai ayah seperti dia."
"Jangan seperti itu. Gitu-gitu dia yang sudah membesarkan saudari kembarmu. Dan bagaimana pun juga pastinya saudarimu ini menyayanginya. Benar tidak Azura?"
"Ya. Aku menyayanginya. Tapi sebelum aku tau semua kejahatannya. Oh, ya. Kalau begitu, aku kembali ke istana, ya. Bisa gawat kalau sampai Dark King tiba-tiba ingin melihat para tahanan dan tidak ada aku di sana. Yang terpenting kan sekarang aku sudah mengantarkanmu ke sini."
"Ya. Terima kasih sudah mengantarku."
"Sama-sama."
"Azura" ucap Qeyla yang berhasil membuat langkah Azura berhenti, "Maafkan sikapku selama ini. Dan terima kasih sudah mengantarnya sampai sini. Kau kembalilah dan hati-hati."
Mendengar ucapan Qeyla, Azura hanya tersenyum dan mengangguk kemudian pergi.
"Nah, sekarang kita akan ke mana?"
"Kita ke Taman Flamboz."
"Taman? Taman yang dekat sini kan?"
"Ya, karena rumahnya ada di dekat taman itu."
"Baiklah. Ayo kita ke sana."
Tujuan mereka saat ini adalah sedang ingin menemui orang yang memiliki diamond di tubuhnya. Karena Alvin bisa melihat siapa saja orangnya. Dan kebetulan orang yang akan mereka datangi merupakan salah satu temannya. Namun saat tiba di Taman Flamboz, Alvin berhenti dan membuat Qeyla menjadi harus ikut terhenti langkahnya.
"Kenapa berhenti?"
"Aku melihat satu diamond lagi di sini."
"Mana?"
"Ada di orang itu," ucap Alvin sembari menunjuk seorang pemuda berambut biru yang sedang terduduk di kursi dekat air mancur sambil memegang bola basket.
Tanpa menunggu tanggapan Qeyla, Alvin segera melangkah mendekati pemuda itu yang membuat Qeyla dengan otomatis mengikuti langkahnya. Dan saat Alvin langsung duduk dengan santainya di samping pemuda itu, Qeyla hanya bisa diam berdiri dan merengut sembari berkata dalam hati, "Aku duduk di mana? Tempat duduknya hanya bisa ditempati dua orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Light and Darkness [END]
FantasyQeyla mungkin tidak punya peruntungan pertemanan di dunianya. Tapi, di dunia lain, ia punya. Teman yang akan menemaninya dalam kesendirian di dunia orang. Dunia yang menyimpan rahasia yang ternyata juga menyangkut dirinya dan keluarganya. Dunia yang...