(#3) Magic World

2.5K 158 0
                                    

"Itu pasti karena kau tinggal di lingkungan Dark Empire. Kau salah satu anak buah Dark King . Jadi jangan berkelit, cepat katakan apa tujuanmu kemari?"

"Siapa Dark King? Mendengarnya saja baru sekarang."

"Kita langsung bakar saja dia! Sepertinya dia tidak mau mengaku. Aku lelah menanyakannya. Gadis ini benar-benar pandai berkelit."

"Ya, betul. Langsung bakar saja!"

"Baiklah, sepertinya ini bagianku. (Fire ball)."

Bola api pun muncul dan siap di lemparkan pada gadis itu. Gadis itu menutup matanya.

Namun, saat dilemparkan dan hampir mengenai gadis itu, bola api itu tiba-tiba menghilang. Lebih tepatnya dihilangkan oleh air yang muncul dari laki-laki berambut biru yang ikut berkerumun di sana. Merasa selamat, gadis itu pun membuka matanya kembali.

"Vit, apa yang kau lakukan? Kau telah menghilangkan bola apiku."

"Tunggu sebentar. Apa kalian tidak merasa aneh? Gadis ini memang memiliki rambut berwarna hitam, tapi apa kalian tidak melihat dia bermata ungu?"

"...."

"Bukankah Dark King dan anak buahnya memiliki rambut hitam dan juga bermata hitam?"

"Ya, kau benar. Apa penyihir ungu ada yang menikah dengan penyihir hitam?"

"Tapi bukankah penyihir ungu sudah meninggalkan kota ini? Lagipula, bukankah dia menikah dengan manusia, bukan dengan penyihir hitam?"

"Mungkin dia dari luar negri ini."

"Penyihir ungu memang pembawa kehancuran. Dulu, karena penyihir ungu kota ini menikah dengan manusia dan mempunyai anak, negri ini menjadi hancur. Ternyata, di luar negri ini malahan ada penyihir ungu yang menikah dengan penyihir hitam."

"Tapi tetap saja dia harus dibunuh. Bukankah kalo begitu berarti dia keturunan penyihir hitam juga? Bakar saja dia!"

""""Ya, Bakar!!!""""

"Tunggu. Kalian semua penyihir?"

"Apa maksudmu? Kau kan juga penyihir. Buktinya kau mempunyai mana."

(Aku tau apa itu mana. Mana adalah tekanan sihir yang ada pada penyihir. Dan sesama penyihir akan dapat merasakan mana penyihir lainnya.)

"Apa kalian yakin? Yeay, ternyata aku penyihir. Aku memang sangat ingin mempunyai kekuatan sihir. Kalau boleh tau, apa kekuatanku?"

Warga yang melihat hanya terbengong-bengong melihat gadis itu. Dalam keadaan seperti ini dia bisa senang?

"Hey, kutanya apa kekua-"

"Diam!!! Aku sudah kehilangan kesabaran menghadapimu. Begini saja. Mita, kau buat gadis itu tidak dapat bergerak dengan tanahmu. Dan Ros, kau Bakar dia dengan apimu."

"Aku pikir aku akan bertemu dengan makhluk yang baik setelah melewati portal itu. Aku jadi menyesal masuk ke dalamnya. Kalo seperti ini, sama saja aku mengantarkan nyawa untuk diriku sendiri."

"Apa yang kau maksudkan? Portal apa?"

"Iya. Jawab pertanyaan Ara."

"Begini, aku dari dunia manusia. Saat aku ingin ke taman, aku berpikir untuk ke taman dengan bersepeda. Dan sepedaku ada di gudang. Tapi salah satu setir sepedaku menyangkut di belakang lemari. Lalu aku mendorong lemari itu sedikit. Setelah setir sepedaku sudah tidak menyangkut, aku melihat ada yang bercahaya di belakang lemari. Jadi, aku dorong lemari itu lagi sampai cahaya itu membesar. Setelah itu aku melihat lingkaran yang bercahaya. Dan aku menduga kalo itu portal ke dunia lain. Karena aku lagi ingin bermain, jadi aku masuk saja ke dalamnya. Berharap aku akan ketemu makhluk yang baik yang akan mengajakku melihat sesuatu yang menakjubkan. Tapi ternyata, disini aku sangat sial. Dari pertama aku masuk portal itu, aku malah jatuh di batu. Dan sekarang, kalian malah ingin membunuhku."

Gadis itu mulai menangis.

"Jadi, kau penyihir dari dunia manusia?"

"Hey, apa kau gila? Tidak ada penyihir di dunia manusia."

"Tetap saja dia harus dibunuh. Dia berambut hitam. Dan hitam itu lambang kegelapan. Jadi kita harus tetap membunuhnya."

"Sebentar, bukankah tadi kata gadis ini di negerinya dia sampai mengecat rambutnya? Jadi, warna rambutnya yang sebenarnya bukan hitam kan?"

"Ya, kau benar Vit. Bagaimana kalo kita siram dia dengan air suci? Agar kita tau wujudnya yang sebenarnya. Karena dia bisa sajakan berbohong?"

"Bagaimana kalo kita yang mengambilnya, Ra?"

"Baiklah. Pak, kami saja yang mengambilnya."

"Apa tidak merepotkan tuan putri?"

"Pak, sudah saya bilang jangan sebut saya dengan sebutan itu. Bapak cukup memanggil saya Ara."

"Baiklah. Apa ini tidak merepotkan Ara?

"Tidak, kok. Ya sudah ya, pak. Rin, ayo!"

Setelah beberapa saat, Ara dan Arin sudah sampai kembali dengan membawa air suci.

"Pak, ini airnya."

Byur.

"Ugh, perih. Kalian sangat tega padaku. Kalian tau keningku terluka, tapi kalian menyiramku dengan air."

"...."

"...."

"Setidaknya kalian mengobati lukaku terlebih dahulu. Aku sungguh sangat menyesal udah dateng ke sini. "

"...."

"Hey, kenapa kalian diam saja?"

"...."

"Ugh... Aku ingin pulang saja."

(Oh iya, gimana caranya pulang?)

"Eh, em, kalian tau gima-"

"Mengapa rambutmu berwarna ungu?"

Gadis itupun terkejut melihat rambutnya yang sudah tidak hitam lagi. Namun tidak lama, dia menghela nafas, dan menjawab pertanyaan orang-orang itu.

"Rambutku memang ungu. Tapi, karena di negriku semua berambut hitam, jadi orang tuaku mengecat rambutku menjadi hitam karena sekolah melarang muridnya berambut selain hitam. Mereka akan mengira bahwa aku mengecat rambutku menjadi ungu jika orang tuaku tidak mengecatnya menjadi hitam. Dan mungkin aku tidak boleh bersekolah karena rambut unguku ini."

"Apa dia anak Queen Alenna, Pak?"

"Itu tidak mungkin. Kau tau alasannya."

"Mungkin dia anak penyihir ungu dari Purple Country yang tinggal di dunia manusia."

"Ya sudah, kau kami lepaskan. Tapi ingat, kalau kau berbuat macam-macam, kami tidak perlu menunggu waktu lama untuk membunuhmu."

"Ya, ya. Sekarang tunjukkan bagaimana caranya aku kembali ke duniaku?"

"Tidak bisa. Kau tidak bisa keluar dari dunia ini. Jadi, selamat datang di dunia barumu."

"...."

"Ya sudah para warga, ayo semuanya kita pulang. Hari sudah gelap."

Semua warga pun pergi meninggalkan gadis itu sendiri, menangis dalam kesendirian. Menyesal memang datang belakangan. Dia Menyesal telah masuk dalam portal itu. Pikirannya memang sedang kacau saat itu. Sehingga dia langsung masuk, tanpa memikirkan akibat buruknya. Dia hanya membutuhkan hiburan saat itu. Dan dia pikir setelah dia memasuki portal itu dia akan mendapatkan hiburan. Tanpa berpikir panjang, dia langsung masuk ke dalamnya. Memang tidak baik mengambil keputusan pada saat pikiran kacau. Tapi apa daya, itu semua sudah terjadi. Yang ada sekarang hanyalah penyesalan.

"Ibu, ayah, maafkan Qeyla. Kita tidak mungkin bertemu lagi. Selamat tinggal. Qey harap kalian selalu baik-baik saja."

💎

Between Light and Darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang