5. Adeo Broken Heart? (Maybe)
Lala menyibak selimutnya sambil memaki. Ia tidak habis pikir mengapa dikaruniai teman-teman yang sangat tidak mengerti dengan jadwal tidurnya. Perempuan itu sadar kalau ini memang masih jam delapan malam. Tapi apa salahnya jika dia ingin segera tenggelam dialam mimpi?
"Ni orang pada diusir sama nyokap bokapnya apa kali ya. Udah tau ini Sabtu malem. Pada kemana kek sonoh jauh-jauh," gumam Lala sambil menetralisirkan penglihatannya.
Oh God. Mungkin hal yang harus ia lakukan saat ini agar terbebas dari kerusuhan adalah membuka pintu balkon yang terkunci dahulu.
Tampaklah wajah-wajah tidak asing yang sering menemaninya saat pintu terbuka. Mereka menampakkan cengiran polos atau memang sengaja dibuat sok polos yang membuat Lala menaikan sebelah alisnya.
"Enggak pada punya rumah lo ya?" tanyanya disela kuapan.
Perempuan yang masih memakai piyama tidur bermotif Doraemon itu berjalan gontai memasuki kamar tanpa mau mendengar jawaban. Diikuti Lintang, Steffi, Rania dan Adeo.
Di tangan Lintang, terdapat tiga kantong plastik putih berukuran jumbo dan dapat diprediksikan isinya adalah makanan-makanan ringan untuk menemani malam ini sekaligus mengganti snack-snack juga cokelat-cokelat batangan milik Lala yang mereka sudah habiskan karena perempuan itu sudah marah-marah persedian cemilan malamnya tidak bersisa.
"Barang lo serem-serem ya, La. Waktu itu stiker tembok tengkorak. Abis itu tempat sama bentuk Annabelle. Sekarang bed cover Harimau." Adeo berusaha mencairkan suasana. Tapi sungguh, perkataannya begitu receh sampai tidak ada yang berinisiatif menimpali.
Lala melirik Adeo yang menggaruk- garuk batang hidungnya. "Pasti lo kan yang ngundang tu perusuh-perusuh dateng ke sini?"
"Enggak, La. Gue lagi dikamar main HP. Tiba-tiba mereka dateng trus nyuruh gue buat ngetok-ngetok kamar lo," ujarnya membela diri.
"Heh! Main fitnah aja lo seenaknya," seru Lintang yang sudah menaruh coklat dan ice cream dikulkas.
"Dia tu, La, yang nyuruh kita ke sini," lanjutnya.
"Lagian tumben lo nggak ngapelin anak orang? Malem Minggu nih kalo lo lupa." Lala mengenyeritkan alisnya.
"Lo nanya gue, La?" Lintang menunjuk dirinya sendiri.
Lala memutar bola matanya, malas. "Sejak kapan sih lo punya pacar?" tanyanya yang disambut sambitan bantal sofa yang ada di kamar Lala.
"Hina bener kayaknya hidup gue," dengus Lintang.
Tiba-tiba Adeo ikut berbaring di kasur, di samping kanan Lala yang menyediakan ruang kosong.
"Woy... woy... anak perawan itu. Jangan kegenitan dah." Steffi melempar bantal sofa yang lainnya ke muka Adeo. Dia terkekeh kecil menangkis lemparan Steffi.
"Biarin, Fi. Lagi butuh belaian dia. Abis putus dari Wilna," kata Rania yang mengundang ledakan tawa dari semuanya kecuali Adeo.
"Gue jadi kepikiran nyariin cewek buat Ade," celetuk Steffi. Kening mereka semua berkerut mendengarnya.
"Mending lo cari cowok buat diri sendiri aja, Fi. Kan elo yang jomblo," ledek Rania.
"Ni cewek emang ya. Mentang-mentang punya pacar. Gue do'a in putus lu! Maksud gue itu, cewek yang bener," ucap Steffi mengklarifikasi.
"Maksud lo mantan-mantan gue kagak bener, gitu?" tanya Adeo sewot.
"Nyelo. Inget, cuma mantan, peluang buat balikan juga kecil," ujar Lala menenangkan. Dia mengelus-elus dada Adeo pelan sembari terkekeh.
"Lagian kita ini aneh banget dah. Rania udah punya pacar. Tapi Lala yang mukanya diatas STD, nggak laku-laku," kata Steffi menggeleng-gelengkan kepalanya.
(Baca STD: Standar.)"Mulut lo lancar banget ya, Fi."
"Jadi, menurut lo muka gue dibawah rata-rata?"
Lala dan Rania bangkit. Siap untuk menerkam Steffi yang sekarang hanya menampakkan deretan giginya.
"Ih gilaaa! Jerawat gue nambah tiga!" jerit Lintang tertahan. Ia sedang bercermin dimeja rias Lala Lala berdecak pelan. Kalau sama Lintang, pasti urusannya nggak jauh-jauh dari jerawat.
"Pamali jerawat diitungin. Ntar makin banyak."
"Do'a lo nggak ada yang bagus dikit apa, La?!"
***
"Namanya Salma Amalia. Anak kelas IPA 5. Ketua cheers nih, D." Rania memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan perempuan cantik berkulit putih.
"Ini namanya Fera. Keturunan Arab, gila gak tuh?" kini giliran Lintang yang menunjukkan layar ponselnya. Di sana terlihat perempuan bermata besar dan tahi lalat di hidung sebelah kanan.
"Kalau yang ini Rayna. Dia pernah menangin olimpiade Sains se-Kabupaten." Steffi juga tidak mau kalah. Dia memberi ponselnya yang sedang menampilkan perempuan dengan poni yang menutupi dahi kepada Adeo. Perempuan itu juga memakai kacamata. Namun tidak menjadi nilai minus dalam dirinya.
Mereka—tanpa Adeo dan Lala—sepakat untuk mencarikan perempuan yang benar untuk Adeo. Tiga perempuan itu ingin Adeo melepas pangkat playboy atau mungkin Adeo tidak bisa dibilang playboy, melainkan player.
Laki-laki yang sedang dicarikan jodoh itu menatap Lala tanpa minat. Dia memberi kode kepada perempuan itu untuk menghentikan aksi gila teman-temannya.
"Gue suka deh sama Salma. Dia kan anak cheers, Adeo anak basket. Pasti so sweet gitu deh." Lala mengambil ponsel Rania dan mulai stalk Instagram perempuan bernama Salma.
"Laa," panggil Adeo memperingati.
"Eh tapi misalkan Adeo nikah sama Fera. Pasti anaknya lucuuu gituuu ihh." Lala semakin gencar memuji. Lintang, Steffi ataupun Rania kadang menyetujui ucapan Lala.
"Lalaa,"
"Kalau Adeo jadian sama Rayna leh ugha tuh. Nanti, kan, Adeo tobat. Jadi anak pinter gitu dehh."
"Yaelah ni bocah. Mutilasi juga, nih."
"Yaelah, D. Mulus ini cewek-cewek," kata Lintang.
"Nggak bisa bikin Dedek lo bangun juga emang?" sambung Lala, lalu cekikikan.
"Ah gue mau balik. Mau ke rumah Wilna. Mau minta-minta ke BoNyoknya." Adeo tiba-tiba bangkit.
"Minta-minta restu buat nikahin, maksudnyaa," dia pergi ke balkon dan meloncat ke balkon kamarnya.
Rania menggedikkan kedua bahunya. "Apaan sih tu orang. Gajelas banget."
"Tuh kan, apa kata gue. Si Adeo stress. Orang jelas-jelas dia udah putus sama Wilna kemaren. Masa segala minta-minta restu. Tai emang tuh bocah."
**
KAMU SEDANG MEMBACA
12 IPA 1
Teen Fiction"Nama gue Sadeo Kenzo." "Nama gue Sheila Navaro." "Nama gue Lintang Shamira." "Nama gue Anjaly Stefhanie." "Dan nama gue Rania Adriani." "Kami bersama-sama, melunakkan ego dan hati."