30. Ciptaan Mantan

1.1K 91 1
                                    

30. Ciptaan Mantan.

"Udah lama kita nggak ngobrol bareng gini lagi." Ujar Steffi menaruh kedua tangannya di atas perut.

Tangan Lintang yang terkepal diletakan di lipatan leher supaya hangat tubuhnya itu dapat dirasakan oleh tangan perempuan itu yang mendadak dingin terkena pendingin ruangan. "Besok kan hari libur. Hang out, yuk!"

"Gue nggak bisa. Udah keburu janji sama Stevan." Ucap Lala. Dia mengangkat sebelah tangannya ke atas kepala.

Rania yang sedang menggaruk rambutnya langsung mencibir. "Mentang-mentang punya pacar, diajak hang out sama temennya sendiri gak mau. Alesannya pasti udah punya janji sama pacar lah, mau jalan lah, ini lah, itu lah."

"Emang mau kemana, Lin?" Tanya Lala tak enak hati karena apa yang dikatakan Rania tadi seratus persen benar. Lala jarang ikut kalau diajak ke suatu tempat sebab pasti perempuan itu sudah memiliki janji terlebih dahulu dengan Stevan.

"Dufan."

Mata Lala yang belum sepenuhnya tertutup itu kembali terbuka, lebih lebar dari biasanya malah. "Sumpah? Eh demi? Stevan juga ngajak gue ke situ. Aduh, gimana, ya? Kata lo, gue ikut sama lo atau Stevan. Tapi gue nggak tega batalin gitu aja. Ish, gue bingung."

"Mending lo bareng Stevan, La. Kan dia duluan yang nge-booking." Kata Steffi.

"Kok lo gitu, sih? Harusnya lo suruh Lala buat ikut sama kita. Bukan Steveman." Protes Rania. Dia mengambil posisi duduk supaya bisa melihat Steffi diujung sana.

Steffi juga ikut duduk agar mengimbangi Rania. "Kok lo egois, sih, Ran? Pas lo masih pacaran sama Taufik juga gitu, lo sering gak ikut kalau kita ada acara berlima."

"Kenapa lo berdua yang berantem? Apa kita bareng ke sananya? Nah! Iya, kita bareng. Biar gue bisa jalan sama lo pada sekaligus Stevan." Ucap Lala memberi saran yang tidak terlalu buruk.

"Eh, nggak, ya. Nggak." Tolak Lintang sambil bangkit dari tidurnya. Pandangan perempuan itu beralih pada Lala. "Lo kalau mau pergi, pergi aja, La."

Lala berdecak pelan sebelum kembali meluncurkan beberapa pertanyaan. "Lo ke sana naik apa? Bareng gue aja, sih, kenapa? Biar nanti gue suruh Stevan bawa mobil."

"Kita bertiga bisa sama Adeo, kok." Kata Lintang. "Oh iya, Adeo kema--"

Belum selesai Lintang berbicara, pintu kamar Lala terbuka dan menampakan Adeo disana. "Apa?"

"Lo besok ikut sama dia bertiga?" Tanya Lala. Dia juga sudah duduk sebagaimana yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Rania, Steffi dan Lintang.

"Hah?"

"Lo besok ikut sama Lintang, Steffi, Rania ke Dufan?" Ulang perempuan itu dan sedikit diperjelas.

"Hah?"

Lala menghela napas pendek. "Hah-hah, hah-hah, lo pikir gue kelomang yang dihah-hah-in bakal jalan?"

"Emang kenapa?"

"Lo nyebe--"

"Pake nasi!"

"Apaan, sih! Ga--"

"Biar kenyang."

"Lo minta ditab--"

"Sambelnya dipisah."

Keduanya bungkam sejenak. Lala yang tidak ingin memulai karena malas harus disela terus. Sementara Adeo yang menunggu Lala mengeluarkan perkataan lagi. Mereka berdua saling menatap sampai akhirnya tercengir sendiri.

Lala berjalan menghampiri. Adeo yang masih berdiri diambang pintu dengan cengirannya. "Kok lo ngeselin, sih?"

"Kok kamu tepos, sih?" Goda Adeo bercanda.

Lala membulatkan matanya, tangan perempuan itu langsung menghadiahi Adeo cubitan-cubitan kecil menyakitkan. "Dasar lo, tai! Emang kenapa kalau cewek tepos? Gue tepos ciptaan Tuhan. Daripada pacar lo yang sekarang! Semok ciptaan mantan!"

**

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang