27. I'll Try

1K 85 1
                                    

27. I'll Try.

Stevan gula= glukosa, fruktosa, senyum lo

Sheila Navaro: bukannya lo anak programmer?

Stevan: kenapa emangnya?

Sheila Navaro: kenapa mirip anak

Sheila Navaro: eh gajadi deh

Sheila Navaro: btw, berarti lo pinter baca coding java dong?

Stevan: gua emang jago baca coding java. tapi kok baca coding hati lo susah ya?

Sheila Navaro: gombal

Sheila Navaro: kalau lo kayak gini, abis sma mau jadi apa? sampah masyarakat?

Stevan: sinis banget sih jadi orang

Stevan: lagian gua abis sma kuliah lah, ngambil jurusan kimia

Sheila Navaro: kimia? lulus mau ngapain?

Stevan: siram air keras ke muka orang yang coba ganggu hubungan kita

Sheila Navaro: kita? najis

"Ih bego! Kok lo jawabnya begitu?"

"Lah abisnya gue jijik."

"Tolil, nih."

"Biarin udah."

"Liatin aja, kalo sampe lo bales begitu lagi, gue tampol lo, ya."

"Iya, kenapa si!"

Stevan: ya emang lo mau siapa? satu kampung?

Stevan: cewek nggak suka sama cowok yang gak bisa diem ya?

Sheila Navaro: nggak juga, biasa aja

Sheila Navaro: kenapa?

Stevan: cewek gua sebelumnya mutusin gua karna gua gak bisa diem

Stevan: maka dari itu gua nanya lo

Stevan: gua takut lo nggak suka sama gua karna itu

Sheila Navaro: yaampun, jahat banget sih dia

Sheila Navaro: mending sama gue aja, mau lo gak bisa diem sampe gak bisa nafas juga gue tetep sayang sama lo

"Dih parah banget."

"Tadi lo mintanya kayak begini."

"Gue nggak ikut-ikutan, ah. Baperin anak orang itu dosa."

"Ye si Anjing kan emang. Parah tuh kayak gini. Sini gue tunjukin."

Stevan: lo kesurupan apa gimana?

Sheila Navaro: steven, gue hamil

"Hahahaha.... si bego."

Lala memberhentikan aksi menuangkan bumbu mie instan ke dalam mangkuk. Dia menoleh kebelakang, menatap dengan teliti Lintang dan Adeo yang berada di meja makan sedang memainkan ponsel milik perempuan itu.

"Lo berdua ngapain?!!" Tanya Lala. Sejurus kemudia dia sudah berada di hadapan Lintang dan Adeo, tangan perempuan itu langsung menyebet ponselnya. Matanya membulat begitu membaca chat antara dirinya dan Steven. "Ih! Jahat banget sih jadi orang!"

Adeo cengenges menggaruk tengkuknya. "Gue disuruh sama si Lintang, La."

"Gak suka, ah. Bete." Perempuan yang memiliki nama belakang Navaro itu mengirimi pesan lagi pada Steven.

Stevan: serius?

Sheila Navaro: tadi di bajak

"Ya sorry, sih, La." Lintang menggoyang-goyangkan tangan teman perempuannya itu. Dia melirik Adeo seolah berkata karna-lo-nih-tai.

Tanpa memperdulikan perempuan disampingnya, Lala terus mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Stevan. "Bodo."

Stevan: lagi bareng sama adeo?

Sheila Navaro: iya

Stevan: mau jalan sama gua gak?

Sheila Navaro: kalo lo berani samper gue di rumah adeo sih oke aja

Stevan: rumah adeo dimana?

Sheila Navaro: samping kiri rumah gue

Stevan: rumah lo dimana?

Sheila Navaro: gak usah bercanda ya anying

Sepuluh menit kemudian, Stevan benar-benar datang ke rumah Adeo. Lala yang tidak mengira hal itu akan terjadi langsung melapisi seragam putih abu-abunya yang belum diganti sejak pulang sekolah dengan sweater biru dongker miliknya yang kebetulan tersimpan dilemari Adeo.

"Gue pergi, ya." Ucapnya masih sambil membenarkan pakaian.

"Lo gak jadi mau cerita-cerita, nih?" Tanya Lintang. Dia mencepol rambutnya asal.

Lala membalikkan badannya. "Ya lo pikir aja, itu ada si Adeo. Ntaran aja dah."

***

"Satunya berapa?" Lala mengambil satu kotak tisu berwarna ungu yang disodorkan anak laki-laki berumur kisaran delapan sampai sepuluh tahun.

"Dua ribu, Kak." Jawabnya, kemudian kembali menambahkan saat Stevan ingin mengeluarkan selembar uang lima ribuan dari saku celana abunya. "Beli dua aja, Kak. Kalau dua, jadi lima ribu."

Lala dan Stevan saling menukar pandangan. Mereka terdiam sebentar sampai satu-satunya perempuan di antara mereka memulai percakapan. "Hehe, beli satu aja."

"Oh, yaudah, Kak. Makasih, ya."

Setelah anak laki-laki berkaus merah itu pergi, Stevan berdehem pelan. Menetralkan suaranya agar tidak terlalu kaku di dengar. "Gue laper."

"Gue nggak nanya."

"Gapapa. Takutnya lo malu nanya. Kan, malu bertanya sesat di jalan. Sebenernya nggak masalah kalo cuma sesat di jalan, asal jangan sesat di hati gue aja."

Lala yang sedang mengelap pangkal hidungnya menggunakan tisu menoleh. "Lo mau nembak gue lagi?"

"Lo mau?"

"Gue coba ya, Stev."

**

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang