34. Ruang Musik.
Lala dan Lintang berjalan beriringan menuju Ruang Musik sambil memperdebatkan sesuatu. Keduanya sampai menoyor kepala masing-masing saat dirasa sudah keterlaluan.
"Lo kok nggak cerita ke gue, sih? Pantesan aja tuh cowok ngomong santai banget nenangin gue." Ucap Lintang menggebu-gebu. Rambutnya ia selip kan ke belakang ketika beberapa helai tidak sengaja masuk ke dalam mulut.
"Emang lo pernah cerita kalo udah tau Adeo suka sama gue? Enggak, kan? Itu temen?" Balas Lala tidak mau kalah.
Hidung Lintang sukses berkerut sempurna. Langkahnya pun ikut berhenti. "Harusnya gue yang bilang begitu! Lo pernah ditembak Adeo tapi nggak pernah ngomong apa pun ke gue. Itu temen?"
"Kejadiannya belum lama, Lin. Sebelum gue sama Stevan pacaran dan pas itu gue masih inget banget kalo Steffi sama Rania juga suka. Jadi belum gue jawab."
"'Juga suka?' Maksudnya, lo juga suka sama Adeo? Kenapa nggak bilang?"
Lala memutar tubuhnya untuk melihat Lintang yang tertinggal lumayan jauh. Mulutnya hendak berkata sesuatu, seseorang di belakang Lintang mampu membuat setiap kata yang ingin dikeluarkan tertelan kembali.
"Lo pada bukannya cepetan ke Ruang Musik, malah diem-dieman disini."
"Berisik!" Lintang menyingkirkan tangan kiri Adeo yang merangkul bahunya, mengajak berjalan bersama.
"Lah ini bocah ngapa? Perasaan yang tadi pagi nggak jadi gue jemput cuma Lala. Kenapa marahnya sampe ke elo?" Tanya Adeo sambil mengangkat wajah Lintang menghadapnya menggunakan tangan kanan supaya bisa Adeo teliti.
"Bacot lo!"
"Widih... galak bener, Neng." Adeo menarik tangan kanannya untuk merangkul Lala. "Kenapa, sih dia, La?"
Lala melirik Adeo lewat ujung matanya sinis. "Mana gue tau!"
"Masih marah, nih? Iya deh, maaf. Kan nanti mau tawuran, masa kita berdua marahan, sih. Nggak asik banget."
"Siapa juga yang mau ikut. Orang gue mau ketemuan sama Stevelan." Ucap Lala mendelik sebal.
"Jangan gitu dong, La. Besok janji berangkatnya bareng lo. Nggak jemput Sajen dulu."
"Tuh kan! Gimana gue nggak gemukan kalo setiap hari makanin janji." Ucap Lala lalu langsung masuk ke dalam Ruang Musik. Iya, mereka sudah sampai di Ruang Musik juga akhirnya.
***
Baru kali ini
Kurasakan ada yang beda
Awalnya tak pernah
Menatapnya lebih lama
Pandangan Lala bertemu dengan Steffi. Cukup lama sampai-sampai Lala salah memetik kunci pada gitar yang berada dipangkuannya. Lala tercengir tatkala melihat Bu Anna menulis sesuatu di absensi yang Lala percayai kalau nilainya dikurangi.
Awalnya biasa
Semakin hari semakin berbeda
Getarannya tak lagi sama
Can you see the secret of my eyes
Can you feel what I feel here in side
I'm fallin in love
With you...
Haruskah kukatakan cinta
Kuragu tuk mengatakannya
I'm fallin in love
With you...
Kali ini Lintang. Hanya beberapa detik karena Lala harus melanjutkan nyanyiannya. Tapi Lintang cukup mengerti kalau saat itu Lala tengah menjawab pertanyaannya tadi lewat lagu.
Dan waktu pun melambat
Saat aku tak ada di dekatnya
Persahabatan ini mulai berubah
Yang terakhir Adeo. Lala benar-benar menatap Adeo. Bait yang akan dinyanyikannya sudah dihafal luar kepala. Maka dari itu pandangannya tidak lepas dari Adeo sampai terakhir nanti.
Can you see the secret of my eyes
Can you feel what I feel here in side
I'm fallin in love
With you...
Keenam senar gitarnya digenjreng beberapa kali sebagai penutupan. Kemudian tepuk tangan seadanya terdengar. Alasannya; 1.) Karena sudah lelah bertepuk tangan dari absen pertama 2.) Mereka sudah terbiasa melihat Lala bermain gitar, jadi hal itu bukan fakta yang mengejutkan lagi dan 3.) Masih ada diantaranya yang belum maju dan sedang bersiap-siap sambil menetralisirkan detak jantung.
Baru saja Lala duduk ditempatnya, bel istirahat berbunyi. Sambil menunggu Bu Anna keluar, Adeo menghampiri Lala yang berjarak dua bangku darinya.
"Lo beneran nggak ikut tawuran?" Tanya Adeo berbisik. Takut ketahuan oleh Bu Anna yang belum keluar juga.
"Enggak!"
Adeo berdecak. "Kenapa, sih? Asal lo tau, hari ini kita lawan mantan sekolah pacar lo itu lagi! Sekarang lebih milih pacar ketimbang tawuran bareng sama temen-temen? Atau lo nanti bakal muncul? Tapi bukan mihak sekolah kita. Iya?"
"Yang namanya temen nggak akan menjerumuskan temennya sendiri ke hal nggak bener." Ujar Rania dari sampimg kanan Lala. Bibirnya yang dipoles sedikit liptint tertawa memcemooh.
"Yee.. diem aja lo. Ribet banget ngurusin hidup orang. Urusin diri sendiri! Bibir segala dipakein lipstik udah kayak docil." Kata Adeo pedas membuat Rania menggulum bibirnya spontan. Adeo nggak tau aja, Rania yang pendiem abis rela ngelakuin hal itu supaya bisa menarik perhatian Adeo.
Steffi langsung bangkit dari duduknya. "Mulut lo tuh yang harusnya diurusin! Kayak nggak pernah makan bangku sekolahan. Mau dia pake lipstik sampe bulu mata palsu juga wajar, namanya juga cewek. Nah lo? Cowok tapi mulutnya kayak cewek!"
"Tapi ini sekolah! Bukan ajang pamer kecantikan." Balas Adeo. Pandangannya beralih pada Steffi sepenuhnya.
"Ya, lo mikir lah kalo ngomong bla bla bla..."
Lala mengambil ponselnya saat dirasa benda itu bergetar.
Stevan: kita ketemuan ditawuran pulang sekolah ini ya la? hari ini stevan nggak masuk sekolah
Ditawuran pulang sekolah? Tawuran yang Adeo maksud? Lah? Stevan ikutan? Sebentar, bukannya tadi Adeo bilang tawurannya sama mantan sekolah Stevan, kan? Terus nanti Stevan ada dipihak siapa? Ngapain juga Stevan ngajak ketemuannya ditengah-tengah orang berantem?
Oh... Lala ngerti...
Sheila Navaro: oke
"Yaudah bias--"
"Iya, D. Gue ikut."
Adeo menoleh ketika Lala menepuk pundaknya dan berkata seperti itu. Senyum Adeo mengembang. "Itu baru Lala-nya gue!"
**
Lalala yeyeyeye!
Fallin In Love - Prilly Latuconsina
KAMU SEDANG MEMBACA
12 IPA 1
Teen Fiction"Nama gue Sadeo Kenzo." "Nama gue Sheila Navaro." "Nama gue Lintang Shamira." "Nama gue Anjaly Stefhanie." "Dan nama gue Rania Adriani." "Kami bersama-sama, melunakkan ego dan hati."