7. It's Lintang

1.8K 131 1
                                    

7. It's Lintang.

Lintang Shamira: ajg sumpah. gue ngga ngerti otak lo ada dimana, tapi kali ini gue rasa lo gak punya otak la

Sheila Navaro: apasih? aku salah apa? kayaknya aku ngga pernah bener di mata kamu

Anjaly Stefhanie: NGMNG SAMA JAMBAN SONO TAI :V

Lintang Shamira: si rania mana?

Rania Adriani: kagak ada sinyal di sini cacad

Rania Adriani: btw, gua ngikut lintang. kasian banget bego si amanda

Sheila Navaro: kenapa kenapa?

Rania Adriani: jatoh. nyusruk keserimpet akar pohon

Anjaly Stefhanie: GOBLOK

Sheila Navaro: bukan gue ya lin ran yang ngomong

Sadeo Kenzo: eh bngsd-bngsdkuh, cewek gua lu apain njing?

Lintang Shamira: amanda kenapa d?

Sadeo Kenzo: dengkulnya bedarah. telapak tangannya besot. noh lagi di bawa ke tenda sama rania

Anjaly Stefhanie: DI SURUH NYARI KAYU BAKAR TADI SAMA LALA :V

Sadeo Kenzo: siapa?

Anjaly Stefhanie: AMANDA. EMNG KITA LAGI BAHAS SIAPA? IH! INGIN BERKATA KASAR

Sheila Navaro: steffi aku kan fak ngapa ngapain

Sheila Navaro: *gak_-

Anjaly Stefhanie: GUE SIH SEBENERNYA DUKUNG LALA. SIAPA SURUH JUGA SI AMANDA PAKE ROK PENDEK. YEKAN LALAQ?

Sadeo Kenzo: FI!

Sadeo Kenzo: bisa gak usah pake capslock? capslock lo merusak mata

Anjaly Stefhanie: COT

Anjaly Stefhanie: UDAH TAU TOMBOL CAPSLOCK GUE RUSAK

Anjaly Stefhanie: LO TUH MENANYAKAN APA YANG HARUSNYA GAK PERLU DIPERTANYAKAN TAU GAK?

Sadeo Kenzo: loh kok jadi salah aku?

Lintang Shamira: bri6 kalian semua

Lintang Shamira: steffi daripada kebanyakan bacot. mending beresin tenda. kanjeng ratu amanda seliana udah dateng, lagi di bopong rania trus juga lagi di bantuin sama lala

Anjaly Stefhanie: kalau aku boleh jujur, aku gak baca semua yg kamu kirim lin. soalnya aku males baca. dan skrng aku paham, kayaknya keyboard kamu kebanyakan huruf ya?

Lintang Shamira: bodo amat step

Sadeo Kenzo: jagain amanda. barang polos ni. jangan bikin rusuh

Lintang memasukan benda pipih dengan case berwarna silver itu kedalam saku sweaternya. Membantu Amanda masuk kedalam tenda yang sudah dialasi bed cover lumayan tebal agar empuk oleh Steffi.

"Ish banyak banget barang dah perasaan ditenda." Rania menendang koper hijau dari hadapannya agar bisa mendudukkan Amanda.

"Itu gue udah beresin, anjing!"

"Lagian make perasaan. Ngga usah baperan gitu deh." Celetuk Lala. Setelah Amanda sudah pada posisinya untuk duduk ataupun tiduran, perempuan itu segera mengambil tempat disamping Amanda untuk tidur.

"Lo ngapain?" Tanya Steffi.

Lala membuka kembali matanya. Dia melirik Lintang malas. "Itu nanya?"

"Sumpah, tersiksa banget tau gak punya temen-temen kayak lo pada."

"Siapa?" Rania melirik perempuan yang sedang memakai lotion anti nyamuk itu jahil.

"Yang nanya! Itu kan maksud lo!" Sembur Steffi. Ia mengusap-usap permukaan wajahnya menggunakan telapak tangan yang masih tersisa sedikit lotion.

"Ye biasa aja dong. Ngga usah ngegas gitu juga, Bu Haji." Balas Rania sembari mengambil kaus kaki pink bergaris-garis kuning dari koper milik Lala.

"Bete! Disini sinyalnya endut-endutan. Gue jadi gak bisa buka Instagram." Lintang memukul selimut dengan kepalan tangan sebelah kanannya. Sementara yang kiri masih memegang ponsel.

"Sombong banget. Anak kampung segala main Instagram, lagian." Steffi merebahkan tubuhnya disamping Lintang. Tapi perempuan itu malah berdiri.

"Gue keluar, ya. Cari sinyal. Mau telpon Ibu Fathya dulu." Perempuan yang memakai sweater biru muda itu keluar dari tenda.

"Gue tidur disini. Biarin si Lintang tidur dipinggir." Rania yang telah siap dengan kaus kakinya berbaring ditempat Lintang tadi.

"Sereman juga Amanda diujung sonoh."

"Matiin lampu emergency-nya, Fi." Pinta Rania.

"Gak usah, nanti banyak nyamuk." Steffi memperdalam tempelan kepalanya pada bantal.

"Silau, tapi." Rania mendorong-dorong bahu Steffi sampai perempuan itu berdecak kesal dan mematikan lampu emergency yang berada dibambu penyangga tenda.

Dan setelah lampu mati, pada saat itu Amanda kembali terbangun karena tidak terbiasa dengan lampu yang dipadamkan ketika tidur. Dia terlalu takut untuk berada didalam kegelapan. Maka dari itu, Amanda menggoyangkan tangan Lala pelan. Ini semua sebab kakinya yang sakit apabila dipakai jalan.

"Nghhh... Step, jangan ganggu gue. Ini gue capek banget sumpah ah." Gumam Lala dengan mata terpejam.

"Lala. Ini aku, Amanda."

Lala mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian dia langsung mengerjapkan matanya. "Kenapa?" Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.

"Aku boleh minta tolong nyalain lampunya, nggak?" Walaupun ragu, tapi Amanda tetap meminta hal tersebut kepada Lala.

Perempuan yang kesadarannya belum seratus persen itu mengambil botol minum, lalu meneguk isinya. Dia menggaruk kupingnya yang terasa seperti digigit nyamuk sambil berjalan mematikan lampu.

Amanda tersenyum diujung sana. Bibirnya mengucapkan terimakasih meski tidak bersuara. Mungkin karena rasa kantuknya yang sangat, dia langsung memilih tertidur daripada menunggu Lala.

Lala tidak langsung kembali ketempatnya. Ia malah celingak-celinguk keluar tenda. Sampai bibirnya membentuk senyum tipis dan sangat samar. "Cute banget deh lo berdua. Jadi ngiri."

Lala melangkahi Steffi dan Rania. Meninggalkan Lintang dan Adeo yang masih dibuat terkejut.

**

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang