17. Fifty Three Kilograms

1.4K 97 2
                                    

17. Fifty Three Kilograms.

Perempuan yang memakai baju olahraga dan juga topi berwarna hitam bertuliskan 12 IPA 1 dengan nama Sheila Navaro di sudut kiri benda itu mengusap keringat untuk kesekian kalinya sejak tadi.

"Abis ini lomba apaan lagi, sih? Gue udah kebelet pulang." Tangan gadis itu menyingkap topinya, di kibas-kibaskan di depan wajah.

Lintang ikut mengibas-ngibaskan topi hitam kebangsaan 12 IPA 1. "Joget balon. Trus langsung balik."

"Anjirr kita menang banyak." Steffi memasuki kelas dan meletakan tiga paper bag di meja tempat mereka mengumpulkan hadiah-hadiah. Di ikuti Adeo yang membawa satu dus air mineral.

Anak kelas 12 IPA 1 langsung mengerubungi dus. Ada yang mau mengambil minum, ada juga yang hanya ingin mengambil potongan kardus untuk kipas-kipas.

"Eh, yang mau ikut joget balon siapa? Mau di mulai sepuluh menit lagi." Hana sebagai penanggung jawab perlombaan kelas 12 IPA 1 muncul dari balik pintu sambil memegang kertas beserta pulpen.

Seli menusukkan ujung sedotan pada permukaan plastik gelas. "Lintang sama Adeo, sana! Lo berdua nggak ada kerjaan apa-apaan juga."

"Seli mau di tendang dari IPA 1, ya?"

Adeo melirik Lintang yang sedang menyemprot Seli menggunakan air yang di masukan ke dalam sedotan.

Hana yang masih di depan pintu menahan bola matanya untuk tidak berputar. "Lagian Adeo sama Lintang mana bisa, sih? Lintang kan pendek."

"Gue tersinggung, titik." Kata Steffi. Tubuhnya memang paling pendek di antara Lala, Lintang maupun Rania. Padahal dia sudah minum berbagai macam produk susu. Obat herbal petinggi badan yang ada di Instagram juga ia pernah coba, tapi setelahnya, Steffi malah terkena cacar.

"Lala sama Aril aja apa, gimana?" Goda Hana. Semenjak kejadian di group chat tiga hari yang lalu, mereka kompak membombardir Lala dan Aril dengan berbagai macam pertanyaan, kadang sindiran.

Aril yang sedang mengikat tali sepatu mendongak. "Gue futsal."

"Ish jadi siapa?"

Adeo memandang lurus Hana dan menaikan sebelah alisnya. "Kenapa nggak lo aja dah? Pergi sana sama si Lana."

"Yaudah."

Adeo mengambil beberapa helai tisu milik Lintang. "Yaudah. Susah amat cuma gitu doang."

"Satu lagi siapa?"

Adeo langsung mengerutkan dahi, tidak mengerti. "Satu lagi, apaan?"

Sekarang Hana benar-benar memutar bola matanya. "Lo baca gak sih pengumuman di grup kalau lomba joget balon itu perwakilan dari setiap kelasnya dua pasangan?" Tanya Hana dengan sarat penuh putus asa.

"Enggak."

"Si goblok emang." Hana melempar kertas beserta pulpen-pulpennya. "Kesel banget gue. Astagfirullah."

"Sama Lala aja tu." Usul Lintang.

Lala berdecak pelan. "Nggak tau orang mager banget apa lo, ya? Udah tau di lapangan panas, segala joget balon."

"Ye.. emang kapan sih lo rajin?"

Hana berdecak pelan melihat perdebatan alot itu. "So what?"

Adeo melemparkan tisu yang tadi telah dia pakai untuk mengelap keringat ke arah Hana. "Harusnya lo itu bilang, jadi gimana. Bukannya, jadi apa."

"Apasih. Lucu lo!" Desis Hana. "Masa iye gue ngomong so how?"

Adeo tidak memperdulikan ucapan Hana. Matanya beralih menatap Lintang. "Lagian Rania kemana, coba?"

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang