8. It's Stefhanie

1.9K 130 0
                                    

8. It's Stefhanie.

"Bun, Steffi mau yang itu dong."

"Itu punya gue, Fi. Bunda itu buat Lala. Tadi kan udah janji."

"Ribet bener idup lo pada. Mending buat gue aja sini."

"Apaan sih, Lintang!"

"Enak banget. Bunda, ih pinter banget masaknya, SubhanAllah."

"RANIA KENAPA JADI LO YANG MAKAN?!!"

Suara-suara itu membuat Adeo terbangun. Dia mendesah panjang. Kemarin baru saja selesai acara camping. Apa mereka tidak lelah sampai pagi ini sudah memiliki tenaga untuk ribut dirumah Adeo?

Laki-laki itu mengacak rambutnya tatkala mendengar pecahan kaca. Dia keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Hingga anak tangga terakhir, ia bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi tadi.

"Kok nyalahin gue? Kan Kak Lala sendiri yang salah." Perempuan berusia lima belas tahun bernama Erin Haikal -mantan Adeo sekaligus adik Erfan- itu berkacak pinggang dihadapan Lala.

"Lah? Salah gue apa?" Tanya Lala sewot.

"Kakak bawa piring sambil mainin game Pokemon Go. Jadi aja gak ngeliatin jalan." Tuding Erin yang membuat Lala memutar kedua bola matanya.

"Emang lo ngeliatin jalan? Yaudah, elo yang ngeliatin jalan juga sama aja. Bukannya ngehindar malah sengajain nabrak gue."

"Udah, gapapa. Kalian ada yang kena pecahan piring, gak?" Kina berjalan kearah mereka dengan sapu yang berada ditangan.

"Nggak, Bun. Tapi emang aja ni anak gak mau disalahin. Jelas-jelas dia salah, mainin Tahu Bulat sambil jalan-jalan." Lala mengambil alih sapu yang dipegang Kina.

"Kakak juga kan mainin Pokemon Go sambil jalan-jalan!" Balas Erin tidak mau kalah.

"Kalo main Pokemon Go mah, ya, harus jalan-jalan lah, Dugong! Kan gue ngejar Pokemon-nya." Lala menoyor dahi Erin.

"Ya suruh aja Pokemon yang ngejar Kakak. Susah banget sih."

"Dia kerjaannya cuma nunggu disamperin. Astagfirullah, dosa apasih gue?"

"Oh jadi Pokemon Go itu kita yang ngejar-ngejar Pokemon gitu? Cuma kita yang ngejar? Dia cuma nunggu disamperin? Hellaaaaw kalau emang sayang, dua-duanya yang berjuang dong." Sahut Lintang alay dari dapur.

Adeo tertawa mendengar penuturan Lintang. Dia menghampiri perempuan itu dan mencomot pie apple dari piring. "LOL."

"Diem deh. Lo main Pokemon Go aja bawa perasaan." Lala membawa serokan yang berisi serpihan piring kedapur untuk dibuang.

"Kita lari, dia lari. Kita diem, dia diem. Apa hayo?" Adeo duduk disalah satu kursi meja makan. Tangannya sesekali masih mencomot pie.

"Gatau. Apaan emang?" Tanya Steffi yang dibuat sepenasaran mungkin. Sementara Lintang sudah malas menanggapi.

"Cowok lagi ngejar cewek pas lagi ujan difilm India."

Krik.. krik..

Kina tersenyum kecil -itupun kikuk- melihat tingkah konyol Adeo.

"Adeo, lo suka makan keripik, ya?" Tanya Lala yang sedang membawa susu coklat dingin. Disampingnya ada Rania yang membawa tujuh gelas diatas nampan.

"Kok tau? Ih kamu suka nguntit aku ya?"

"Pantes, garing kayak keripik!"

"Jahat!"

Lala menuangkan susu pada gelas-gelas kaca itu. Menghiraukan Adeo yang terkadang menoel-noel tangannya, menjenggut rambutnya ataupun mencubit.

"Tau nggak? Masa katanya Amanda sakit tau!" Adeo menelungkupkan kepalanya pada lipatan kedua tangan laki-laki itu.

"Kok lo bisa tau?" Rania yang sedang memakan pie bertanya.

"Yakan dia nge-LINE gue. Tadi malem, jam dua. Kasian, kayaknya dia kesepian." Beritahu Adeo.

"Kalo jam dua, ya, bukan malem berarti. Tapi pagi." Lintang memijit pangkal hidungnya, sedikit pusing. Hari ini perempuan itu sebenarnya sangat malas mengunjungi rumah Adeo, dia ingin bermalas-malasan dikasur. Namun apa daya, serangan alien-alien yang muncul dikamarnya saat subuh membuat dia mau tidak mau menuruti.

"By the way, gue ada tebak-tebakan lagi." Katanya bersemangat.

"Jamu, jamu apa yang enak?" Meski tadi tidak ada yang nyaut, itu tidak membuat Adeo mengurungkan niatnya.

"Jamu beras kencur?" Tanya Steffi.

"Salah."

"Jamu buyung upi." Tebak Lintang.

"Buyung upil?" Rania yang sama sekali tidak mengerti masalah jamu, mengenyeritkan alisnya.

"Buyung upi, Conge! Tapi jawaban lo salah, Lintang."

"Jamu kunyit." Jawab Kina yang sepertinya gatal untuk melontarkan nama jamu tersebut.

"Salah, Bunda. Emak-emak pikirannya jamu kayak begituan."

"Jamu kuat!" Cetus Lala membuat semuanya tepuk tangan kecuali Adeo.

"Great!"

"Oh itu jawabannya."

"Otak gue nggak nyampe sono, anjir."

"Iya juga ya. Abis minum jamu itu langsung gitu-gituan. Pasti enak!"

Jangan hiraukan yang terakhir, karna itu perkataan Kina.

"Enggak! Siapa bilang jawabannya bener? Orang salah ye!"

"Ish emang jawabannya apaan?" Tanya Steffi yang kali ini memang penasaran.

"JAMUan gratis!"

Sumpah, rasanya mereka ingin mencelupkan Adeo kedalam gunung merapi.

***

Adeo dan Lala menggotong tangga yang sempat mereka pinjam dari tetangga Steffi untuk dikembalikan. Mereka berdua mengutuk perempuan itu habis-habisan karena ini.

"FIE! Gue itu tadi lagi nge-date sama cewek gue." Gerutu Adeo setelah selesai mengembalikan tangga.

"Amanda kan lagi sakit, jangan diajak jalan-jalan dulu, lah, D." Steffi nyengir melihat wajah suntuk Adeo.

"Siapa bilang sama Amanda."

"Tuh kan!" Steffi menunjuk Adeo tepat didepan wajahnya. "Harusnya lo semua berterimakasih gue manggil kalian kesini. Jadi Adeo ngga selingkuh."

"Tapi gak usah karna kita disuruh benerin lampu kost-an lo yang pecah juga kali, Step!" Ucap Lala nyolot.

"Gue kan nggak tau lagi mau minta tolong ke siapa selain lo semua." Nada suaranya mulai menurun. Tidak dengan urat.

"Itu tetangga lo." Kata Rania yang masih mengantuk.

"Gue mana ada pikiran minta tolong dia. Orang tadi gelap. Megang HP aja, Alhamdulillah."

"Sumpah, ya. Tadi itu gue lagi romantis-romantisnya sama cewek gue."

Steffi terdiam. Dia tidak menyangka kalau Adeo akan sepeduli itu, sampai meninggalkan pacarnya. Dan pada saat itu juga, Steffi menaruh rasa pada Adeo

**

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang