13. Fuck!

1.4K 109 0
                                    

13. Fuck!

"Sheila Navaro, 12 IPA 1."

Lala meringis kecil dalam hatinya. Lalu melangkah maju pelan-pelan. Sorak sorai sudah memenuhi indra pendengaran gadis itu. Dia sudah tau ini akan terjadi.

"Yang merasa ikut bersama Sheila pada hari Jum'at, silahkan maju!" Ucap kepala sekolah itu setelah tadi menyebut nama Lala dari podium.

Semuanya diam.

"Kalau tidak ada yang maju. Saya akan meminta kepada Sheila Navaro untuk menyebutkan nama kalian satu persatu!" Masih dengan mic di hadapannya. Kepala sekolah bernama Agas itu menggertak.

Adeo maju ke depan. Berdiri di samping Lala. Dan perlahan tapi pasti, lebih dari duapuluh orang anak laki-laki ikut maju. Berbaris memanjang ke samping.

"Ini adalah wajah-wajah bandit di sekolah yang mengikuti tawuran. Satu dari mereka sekarang berada di kantor polisi karena tertangkap." Kata Pak Agas. Matanya memancarkan kemarahan.

Tepuk tangan riuh di persembahkan oleh orang-orang yang sedang mengadakan ritual pagi di hari Senin seperti biasa -upacara.

"Saya sangat amat tidak percaya bahwa di antara mereka semua, terdapat perempuan." Ucap Pak Agas lagi. Mata guru laki-laki itu memandang Lala bengis.

Yang di pandang menggigit bibir bawahnya keras-keras. Otaknya kembali memutar kejadian dua hari yang lalu.

Lala duduk dengan tenang di atas jok motor Adeo. Setelah tadi menjenguk Danu, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Lala memilih pulang bersama Adeo, karena memang mereka satu arah, tetangga juga.

Tiba-tiba motor berwarna hitam dengan sedikit ada tambahan merah itu di tarik sampai terseret.

Yang menarik motor itu adalah Andrea, Deta dan Aril. Mereka menarik motor Adeo sampai di suatu tempat tidak berpenghuni seperti gudang.

Di dalam sana sudah banyak laki-laki dari berbagai kelas -yang diantaranya juga ada anak kelas 12 IPA 1- dengan wajah babak belur penuh luka. Bahkan ada yang tergeletak di bawah.

"Jangan lewat sana. Bahaya. Kita di babat abis sama anak SMA sebelah." Kata Andre dengan nafas tersengal-sengal.

"BANGSAT!"

Lana berteriak sambil melepas ikat pinggang dan memutar-mutarnya di udara saat lawan menemukan tempat persembunyian mereka.

Deta merengkuh tubuh kecil Lala sebab Adeo sibuk melempar batu-batu yang ada di sekitar laki-laki itu.

Mereka keluar. Kalau bertempur di dalam pasti mereka semua tidak ada yang selamat.

Jalu, pemimpin tawuran dari pihak Lala mulai mengeluarkan gas air mata dari tasnya. Dia menyemprotkan cairan itu tidak tahu arah. Mau itu lawan ataupun kawan, dia tidak perduli. Untungnya di sekeliling laki-laki bertubuh jangkuk itu isinya hanya lawan. Tapi mungkin memang Dewi Fortuna tidak sedang berpihak padanya. Jadi pelipis Jalu terkena putaran gear lawan.

"ARRRGHHHH ANJING!" Pekiknya kesakitan.

Lala melepas ikat pinggangnya juga. Sungguh, dia bersyukur hari ini memakai ikat pinggang yang besinya besar. Itu mempermudah untuk mengalahkan lawan.

"Lo jangan gila, La! Mending sekarang kita kabur. Gue gak mau di salahin Adeo karna lo kenapa-kenapa!" Deta mencengkeram pergelangan tangan Lala saat dia ingin menghajar lawan-lawan di sekitar Jalu.

"Lo mau ngeliat temen kita mati satu-satu?" Tanya Lala. Tanpa menunggu jawaban dari Deta, dia maju. Memutar ikat pinggangnya kencang hingga ada salah satu kepala laki-laki terkena besi ikat pinggang Lala. Kepalanya bocor.

"LA! YANG BENER AJA SIH LO!! AYO CEPET KA-- BANGSAT GUA GAK MULAI ANJING!" Deta memaki keras saat tulang pipinya di tonjok. Dia tidak memperdulikan Lala lagi. Laki-laki yang memiliki jahitan di bagian dagu itu sibuk menghalau serangan-serangan lawan.

DUAGH!

Batu bata yang di lempar lawan karena tidak terima kepala temannya bocor mengenai dahi Lala dengan keras. Kepalanya pusing. Matanya sedikit berkunang-kunang. Perih menjalar seluruh tubuhnya. Dia menatap laki-laki bername-tag Fikram dan langsung menerjangnya sekuat tenaga. "BERANINYA SAMA CEWEK LO!"

Fikram terkapar di tanah pada hitungan ke sebelas. Wajahnya penuh memar. Tangan kiri laki-laki itu terasa kebas, tak bisa merasakan apapun lagi. Tidak jauh berbeda dengan keadaan Lala, hanya saja tangan gadis itu tidak mengalami sakit berlebihan.

Lala menendang laki-laki yang memukul punggungnya menggunakan balok kayu. Sumpah, dia tidak akan mengikuti tawuran lagi setelah ini. Badannya remuk.

Setelah dia menghabisi tiga sampai empat lawan, tubuhnya di balik.

Adeo. Adeo memeluk Lala erat. Di susul oleh pelukan serta tubrukan laki-laki yang lainnya. Mereka menang. Tidak ada lagi lawan yang berdiri kokoh. Semuanya tumbang dalam waktu setengah jam.

Sampai sirine polisi terdengar. Mereka bergegas menaiki motor masing-masing.

Andre berjalan tertatih-tatih menuju motor Jalu yang menunggunya dengan tegang. Naas, tembakan pistol polisi lebih cepat, mengenai kaki laki-laki itu sampai dia jatuh.

Aril ingin membantu Andre, tapi langsung di tarik oleh Lana. Laki-laki yang tulang hidungnya patah itu menggeleng, memberi instruksi agar Aril melajukan motornya saja sekarang.

Mereka semua pergi. Meninggalkan Andre yang terbaring lemah. Meninggalkan Andre yang nyawanya tidak bisa di pastikan. Meninggalkan Andre yang di bawa polisi. Dan meninggalkan Andre dalam penjara.

Lala tersadar dari lamunannya saat berliter-liter air terjun bebas. Telur, tepung, air yang dia tidak tau apa itu yang jelas sangat bau dan menjijikan membasahi dia beserta orang-orang yang tawuran Jum'at kemarin.

Kepalanya mendongak, melihat anggota osis di lantai dua yang menuangkan itu semua. Diantaranya ada Nanira, Hana, Seli, Adzkia dan Rizky tertawa geli menatap wajahnya yang sangat... ah sudahlah.

Seharusnya Lala sadar, itu adalah hukuman bagi siswa/i yang mengikuti tawuran.

Fuck!

**

Gaje sih. Tapi rela bagi-bagi

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang