6. Adeo's Girlfriend.
"Adeo lama banget yaa emang minta ditimpuk." Steffi bersedekap dada saat Adeo baru keluar dari dalam mobilnya.
"Maap, tadi jemput Manda dulu," laki-laki itu nyengir membuat Lala menaikan alisnya samar.
Oh, jadi ini pacar barunya. Boleh lah... manis. Sexy anyway. In a, positive meaning, of course.
"Man, kenalin. Lintang, Steffi, Rania. Itu yang mukanya rada judes Lala. Belahan jiwa aku," kata Adeo pada perempuan disampingnya.
Lintang terkekeh melihat perubahan raut wajah Manda. Lalu tidak sampai lima detik perempuan yang berstatus pacar Adeo itu tersenyum. Lintang sudah mengutuk Adeo habis-habisan karena dengan teganya menyebut Lala belahan jiwa didepan pacarnya sendiri.
"Amanda.." perempuan itu menyodorkan tangannya yang disambut sangat baik oleh Lintang. Seperti biasa. Si galau jerawat itu sangat mudah mengakrabkan diri dengan lelucon recehnya.
"Lintang.. ih akhirnya Adeo normal lagi punya pacar," katanya ramah.
Amanda tersenyum canggung menatap Lala yang sepertinya tidak akan bersalaman. Jadi, ia memutuskan untuk melanjutkan kepada Rania yang sudah tersenyum dari awal perempuan itu datang.
"Rania.. udah gak usah ngeliatin Lala gitu. Dia emang nggak mau salaman sama orang. Takut rabiesnya nular," ucap Rania yang mendapatkan hadiah berupa pijakan sneakers hitam sepenuh hati milik Lala.
"Adoww.." Rania terpekik kecil. "Tuhkan, bahaya banget ni orang."
"Steffi.." perempuan itu nyengir saat menyodorkan tangannya.
"Tantee, Lala mau berangkat." Lala berteriak agar Fathya—Mama Lintang—yang sedang membeli sayur mendengar.
"Woi, Buk. Jualin dulu awak cepat sikit. Mau awak obrak-abrik jualanmu ini, hah?" Fathya memberikan selembar uang pecahan lima puluh ribu rupiah pada pedagang sayur. Lalu ia menghampiri Adeo dkk.
"Kelen hati-hati dijalan. Nah, Adeo, kau jangan ngebut-ngebut lah bawa motor itu," pesan Fathya yang sedang dipeluk Lala.
"Motor apaan? Gue bawa mobil," bisik Adeo ditelinga Lintang yang membuat perempuan itu tertawa keras.
"Kalau di Medan, mobil disebutnya motor," jelas Lintang disela tawanya.
"Bang Jabaaal.." Lala hendak menghampiri kakak Lintang yang bernama Iqbal atau biasa dipanggil Jabal, namun Lintang menghalangi dengan berkacak pinggang.
"Nggak ada peluk-peluk Bang Jabal. Ngga ada sentuh-sentuh Bang Jabal. Nggak ada skinship dalam bentuk apapun!" Dia melotot. Lala balas mencibir.
"Kalau Bang Jabalnya yang mau gimana?" goda Lala dengan pose sedikit seduktif.
"Tai! Mana ada Bang Jabal mau sama elo," sergah Lintang.
"Yaudah, biasa ae lah," kata Lala. "Bang, Lala berangkat ya," pamit perempuan itu. Ia menyalimi Jabal yang tersenyum geli menatapnya.
"Sheila, jangan lah kau dekat-dekat dengan Jabal. Marah pula nanti si Adeo itu," ujar Fathya melirik Adeo jahil.
"Dih, Tante, orang aku sama Lala cuma temen," sergah Adeo sambil mengambil alih koper putih yang berisi baju-baju dan dimasukan kedalam mobilnya.
"Apalah Mama ini! Tidakkah mama liat itu cewek berbaju putih, hah? Dia tuh baru pacar Adeo, Ma! Buat rusuh saja si Mama," gerutu Lintang tidak enak.
Amanda hanya tersenyum kecil ketika Fathya meminta maaf. Sedangkan Lala berdiri canggung di samping mobil.
Ada pacarnya Adeo. Berarti gue nggak bisa duduk didepan atuh ya? Ini kan bukan Lintang, Steffi ataupun Rania. Kamvret dah sumpah.
"Kenape?" Adeo menjawil pipi Lala pelan.
"Kagak," jawabnya. Lala meraih pegangan pintu bagian belakang mobil.
"Lo mau ngapain dah coba? Duduk didepan sonoh. Yang belakang buat pacar tercinta gue." Adeo menangkap tangan Lala dengan cepat dan mendorongnya ke kursi depan sebelah kemudi.
"Lah?"
"Manda nggak bisa jalan jauh pake mobil kayak begini."
"Lah?"
"Apaan lagi sih?"
"Kenapa dia nggak ikut bus sekolah aja kalo gitu."
"Gua kan pacarnya ada. Ngapa dia jadi suruh naik bus sekolah?"
"So sweet..." sindir Lala.
"Emang," jawabnya sok imut dan mendorong Lala masuk ke dalam mobil. Adeo membuka pintu belakang, membantu Amanda.
"Heh! Ini temen gak tau diri amat ya. Itu si Amanda yang harusnya didepan, bego," protes Steffi saat ingin masuk mobil.
"Nggak papa kok, Stef. Aku gak suka duduk didepan. Kalo dibelakang kan bisa tiduran," sahut Amanda.
"Denger gak?" tanya Lala melirik sinis Steffi yang sudah berada dikursi paling belakang dan siap-siap terlelap.
"Enggak!"
"Man, kamu bawa obat?" tanya Adeo sebelum menjalankan mobil.
"Bawa kok."
"Sakit? Kalo sakit kenapa segala ikutan camping?"
Lintang yang kursinya tepat dibelakang Lala mencubit tangan perempuan itu keras sampai kebiruan.
"Cari pengalaman aja, La. Soalnya jarang-jarang juga dikasih ijin sama Mama," jawab Amanda sembari tersenyum tipis. Lala bisa melihat jelas itu dari kaca mobil.
"Hm."
***
Mereka berbincang-bincang sepanjang perjalanan, kecuali Steffi, Rania dan juga Adeo yang menyetir. Mungkin hanya terkadang Adeo menyahuti. Dan Lala akui, pacar Adeo kali ini orangnya menyenangkan.
"Aku percaya kalau cowok yang main-main sama banyak cewek itu akan terikat sama satu cewek pada akhirnya. Semoga itu aku ya, D," jawab Amanda saat Lala dan Lintang membuka aib player Adeo.
"Gimana kalau bukan?" celetuk Lala tidak manusiawi.
"Berarti he deserves more... or less?" Amanda mengedipkan matanya.
"Gimana kalau more?" tanya Lala masih tidak sopan.
"Adeo pantes dapet yang terbaik kok, La," jawabnya bijaksana.
Lala berhenti menyahuti sebab rambutnya sudah ditarik berkali-kali oleh Lintang yang tidak mengerti dengan jalan pikiran perempuan didepannya. Adeo juga terlihat tidak perduli dengan sikap Lala, mungkin ia tidak mau memihak diantara salah satunya.
Ya, bisa jadi.
"Tapi, menurut gue. Lo cewek terbaik yang pernah dikenalin ke kita-kita tau nggak sih, Man?" ucap Lintang berusaha meredam suasana yang tidak bisa dibilang baik.
"Ohya?" Amanda terlihat tertarik. Matanya langsung dipenuhi binar.
"Beneran. Iya kan, La?"
"Iya." Lala menoleh sebentar untuk tersenyum tipis kepada Amanda. Hal itu membuat Amanda mulai mengerti bagaimana sifat Lala.
"Lo mau tau kenapa?" tanya Lala.
"Kenapa emangnya, La?"
"Ya karna emang lo cewek yang pertama kali dikenalin Adeo ke kita-kita." Lala melirik air wajah Amanda dari kaca. Dia melihat perempuan itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat seperti ingin menangis mendengar perkataannya. Dan Lala tersenyum untuk itu.
"Karna lo terbaik, makanya Adeo ngenalin elo ke kita. Gitu kan maksudnya, La." Lintang menggeram agar Lala tidak berbicara lebih panjang.
Lala terkekeh melihat belasan pesan yang dikirimkan oleh Lintang. Semua berisi umpatan mengenai supaya perempuan itu diam.
Yang terbaik? Pasti nggak mungkin satu diantara kita sahabatnya. Kalaupun iya. Pilihan Adeo ya Lintang. Cewek flexible yang cocok dimanapun.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
12 IPA 1
Teen Fiction"Nama gue Sadeo Kenzo." "Nama gue Sheila Navaro." "Nama gue Lintang Shamira." "Nama gue Anjaly Stefhanie." "Dan nama gue Rania Adriani." "Kami bersama-sama, melunakkan ego dan hati."