9. Pra-Menstruasi

2K 134 4
                                    

9. Pra-Menstruasi.

Sheila Navaro: bu, saya minta remidi ulangan bahasa yang kemaren dong

Maylin: buat apa remidi kalau hasilnya tetap sama?

Maylin: buat apa pdkt kalau hasilnya udah ketebak?

Maylin: buat apa?

Sheila Navaro: bu_-

Sheila Navaro: saya udah bilang jangan suka stalk fp meme

Sheila Navaro: jadi gini kan

Maylin: hehe :v

Maylin: besok kamu ke kantor ae

Sheila Navaro: sip

Maylin: jangan lupa tugas poster kamu belum dikumpulkan (just read)

Maylin: tuhkan, giliran ngomongin tugas, ilang

Lala terkekeh melihat balasan Bu Maylin. Tangannya bergerak untuk me-capture percakapannya dengan Maylin. Kemudian, perempuan itu membuka kolom obrolan group-nya.

Sheila Navaro: sent a photo.

Rania Adriani: dongo! ngakak gua anjing wkwk

Sadeo Kenzo: bu maylin suka buka fp meme? wah dia tau ikeh ikeh dong?

Lintang Shamira: "tuhkan, giliran ngomongin tugas, ilang" ini terbego sumpah

Anjaly Stefhanie: kabar gembira untuk kita semua..

Anjaly Stefhanie: capslock gue, kini udh sehat

Sheila Navaro: gue nyanyi pake nadanya kok ganyambung ya fi

Lintang Shamira: gue hanya perantara mrs lisa, katanya drama yang di undur kemaren jangan lupa :v

Rania Adriani: jgn di ingetin plis. gua lagi bahagia ini

Sadeo Kenzo: emng ada drama?

Lintang Shamira: kuping lu kalo sekolah di sewain ya d?

***

"Sst.. ssstt nengok gak lo! Gue timpuk sepatu nih ya." Suara Tiara yang dibuat sehalus mungkin membuat Yustitania yang berada didepan sana menahan tawanya.

Sebenarnya Yustitania mau saja memberi barang satu atau dua jawaban. Tapi letak duduknya yang tidak strategis membuat perempuan itu untuk bergerak sedikit saja susah.

"Waktu habis. Selesai tidak selesai, kumpulkan!"

Suasana kelas yang tadinya sepi langsung ramai ketika Pak Zilal berdiri dari duduknya dan suara itu keluar dari mulutnya. Beberapa anak kelas ikut berdiri untuk mengumpulkan kertas ulangan yang baru diisi beberapa. Meski masih ada yang mengerjakan sembari berjalan, itupun hasil nyontek lirik sana-sini.

"Saya cuma mau bilang, kalau dua minggu lagi sekolah akan mengadakan renang."

Tidak ada yang bersuara. Hanya terdengar anak perempuan mendengus kesal.

Guru laki-laki itu melangkah pergi saat sudah tidak ada lagi yang mengumpulkan kertas.

Reflek, Lintang menggebrak meja. "Males banget gue disuruh berenang, ya Allah."

"Gue juga sama. Bikin kulit item aja emang tu guru." Sahut Hana, tapi matanya masih fokus membereskan alat tulis.

"Gue bingung dah mau pake baju apa ntar ke sono." Ucap Rania.

"Gak usah pake baju aja sekalian, Ran." Saran Riko yang duduk disebelah Rania. Dia menunjukan jejeran giginya.

"Diem! Gue nggak ngajak ngomong lo!"

Mata Lintang melirik perempuan yang dulunya duduk satu meja bersama dia. "Lo ikut, La?"

"Gue?" Lala yang baru mengambil sisa cimol bekas istirahat pertama itu mengangkat kedua alisnya. "Gue mah gampang. Kalian ikut, gue ikut. Kalian gak ikut, ya gue gak ikut juga. Hehe..."

"Gak ada yang nanyain gue ikut apa nggak, nih?" Tanya perempuan yang duduk disamping Deta.

"Lo sih gak penting, Fi." Celetuk Adeo membuat tidak sedikit yang berada diruangan itu tersenyum sekaligus meringis, kecuali Steffi. Perempuan itu menatap Adeo tajam.

"Adeo kalo ngomong gak di ayak-ayak dulu emang." Putri berdiri disebelah Lintang. Bergabung untuk sekedar mengobrol ringan.

"Eiy.. eiy.. ada Erfan tuh, La." Suara Hana yang sengaja diperbesar membuat Erfan menoleh dan senyum sesaat pada Lala.

"Eaa.. baper dah gak bisa tidur malem ini disenyumin sama Erfan." Steffi menyenggol lengan Lala yang sedang memakan cimol.

"Pacar Lala memang dekat. Lima langkah dari rumah. Asek.. asek.. jos!" Ara yang berada diambang pintu menyanyikan lagu yang biasa dibawakan oleh Lala dibalkon.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Lala menyukai Erfan dikelas.

Ara menghampiri Lala dkk yang sedang duduk berkumpul. "Penyanyi lagu Pacar Lima Langkah siapa sih, La?"

"Udah meninggal denger-denger sih." Ucap Lintang disela kunyahan.

"Ya namanya siapa?"

"Ikke Nurhasanah." Jawab Hana santai.

"Yang bener Ikke Nurjanah. Lo nggak pernah nonton tv, ya?" Steffi memicingkan matanya.

"Bukannya Ikke Nurjanah masih hidup, ya? Kemaren dia baru aja jadi komentator di Dangdut Academy!" Lala meminum pop ice berwarna merah muda itu dari cup gelasnya.

"Heh! Dilarang nyebut merk!" Komentar Steffi.

Lala kembali memasukan cimol kedalam mulutnya. "Ye suk-- UHUK!!"

Lintang menyodorkan minuman milik Lala. Menatap perempuan itu prihatin.

Lala meneguk minumannya sampai tetes terakhir. "Anjir, keselek bumbu cimol gue."

"Irvan! Lo kalo mau buka baju liat keadaan, dong! Ternodai nih mata gue!" Seru Selinda biasa dipanggil Seli. Dia membawa seragam ditangan kanan, sementara tangan kirinya mengamit tangan Hana. "Ayo, Han. Ganti baju."

Belum sampai Seli dan Hana keluar. Pak Zilal datang lagi. "Lebih baik kalian jangan ganti baju dulu. Cepat keluar, pungut sampah." Setelah itu pergi lagi.

"Sebel banget ih. Udah Alhamdulillah gue hari ini nggak suruh mungut sampah." Gerutu Rania. Dia mengembalikan seragam yang sudah ia ambil ke dalam tas.

Lala mencebikan bibirnya saat melihat adik kelas yang berolahraga hari itu dan dijam yang sama pula sedang mengambil sampah -karena disuruh oleh Pak Zilal- dengan wajah benar-benar terkesan jijik.

"Lebay banget." Ucapnya kalem. "Gue yang setiap hari Selasa gini suruh mungutin sampah sama Pak Zilal aja biasa."

Lintang terkekeh kecil sambil mengambil sedotan yang berada dilapangan dan dimasukan ke tong sampah. "Ya jiwa lo kan emang pemulung."

"Heh jangan ngobrol! Itu yang sebelah sana masih kotor!" Tegur Pak Zilal.

"Lo bersihin yang sana gih! Depan kelasnya Erfan tuh." Suruh Lintang, dengan suara pelan.

"Malu kali! Sekalinya tebar pesona masa lagi ngangkutin sampah begini. Gak elit amat." Balas Lala berbisik.

Tiba-tiba, bagian tangan sweater melingkar dipinggang Lala. "Gue cuma mau bilang. Lo bocor, La." Ucapnya pelan, pas ditelinga Lala.

"Anjir, itu coba tangan Lala dipegangin. Takutnya terbang atau pingsan gitu."

"Dalam hitungan ketiga, Lala kejang-kejang nih."

"Kapan gue digituin?"

"Erfan romantis banget sumpah!"

**

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang