22. I Think I'm Losing My Mind Now.
"Gue malu, Adeo. Malu banget." Tangis Lala semakin mengeras. Dia memukul-mukul bahu Adeo yang kini dia pakai sebagai the shoulder to cry.
Sudah lebih dari dua jam posisinya bersama Adeo seperti itu, dengan Adeo di bawah sedang bermain PS dan Lala di atasnya. Jadi terlihat seperti Lala memeluk Adeo juga sebaliknya.
Sementara Lintang, Steffi dan Rania duduk di kasur Adeo. Membicarakan semua hal mulai dari ingin memiliki ponsel kualitas Android, daya tahan dan baterai Nokia, memori Samsung, kamera Iphone, spekulasi Xiaomi, jaminan Blackberry, sinyal Speedy, tapi harga Esia sampai acara baru yang sedang booming.
"Sumpah RCTI keren banget ngundang Alan Walker." Rania menyelipkan beberapa helaian rambutnya kebelakang telinga sebelum berbicara lagi. "Mana Alan Walker keren banget lagi nge-DJ-nya. Iya kan, Lin?"
Lintang meringis. "Gue nonton acara ITA aja kagak, Ran."
"Alan Walker gak ada apa-apanya kalo di bandingin sama Avicii, Snake atau nggak Jack U. Apalagi Marsmello." Kini pandangan Steffi beralih pada Lintang. "Lo tau DJ Marsmello gak?"
"Boro-boro DJ Marsmello. Gue cuma tau Mars Perindo."
Adeo ikut nimbrung dalam obrolan ketika Lala sudah bangun dari pelukannya. "DJ Soda tetap di hati."
Lala mengelap cairan yang keluar dari lubang hidungnya menggunakan tisu. Dia membuang tisu itu asal-asalan ke sudut kamar Adeo. "Liat aja balesan gue besok. Gue benci banget sama dia, ya ampun, astagfirullah." Ucapnya masih di iringi sesegukan.
"Lagian kenapa bisa rok lo sobek dah?" Tanya Adeo. Dia melirik Lala singkat sebab perempuan itu tak kunjung menjawab setelah dia melontarkan pertanyaan lima detik yang lalu.
Lala mendengus pelan, dia mengikat ributnya tinggi-tinggi. "Permen karet."
Rania menautkan alisnya bingung. "Permen karet? Gimana bis--- oh pasti Stevan lagi kan?" Tanya Rania tanpa perlu jawaban lagi karena memang pasti iya.
"Dia bales dendam. Soalnya kemarin pas dia olahraga, gue gunting seragam putihnya sampe gak berbentuk. Abis itu dia di hukum sama semua guru dipelajaran berikutnya karna gak pake seragam."
Lintang menghela nafas panjang. "Lo juga sih yang cari masalah sama dia."
Lala membulatkan matanya. "Heh! Sebelumnya dia naro cicak di makanan gue."
"Itu karna lo kasih kecoa diminuman dia. Parahnya, jus itu udah ke buru dia minum. Gimana dia gak bales kalo lo aja kayak gitu."
"Abisnya dia lemparin gue ke irigasi belakang sekolah. Mana gue digodain orang gila. Lo tau gak rasanya itu kayak apa?"
"Gak tau! Tapi setau gue, lo bikin celana abu-abunya ada bercak darah. Satu sekolah nyangkanya dia haid. Lo juga nggak tau kan rasanya apa?"
"Gue emang nggak tau apa rasanya. Tapi gue tau rasanya masuk BP karna bawa rokok ke sekolah."
"Lo yang mulai. Lo naburin bedak gatel ke badannya. Dan denger- denger, kelamin dia juga bengkak karna bentol."
"Kok gue yang mulai sih? Jelas-jelas dia duluan yang ngasih bunglon depan muka gue. Sebenernya tuh gue beneran lemes pas ngeliat bunglon. Orang deket banget sama muka gue."
"Tapi itu satu minggu yang lalu, La."
"Di sini yang temen lo itu siapa sih? Bingung gue."
Lintang menunjukan cengirannya. "Ya elo, sih. Cuman kan gak gitu caranya. Kalau gini terus, mau sampe kapan?"
Lala memalingkan wajahnya. Tidak ingin menatap Lintang lebih lama. "Sampe dia yang bilang nyerah depan komuk gue."
"Adanya lo nanti malah cinta-cintaan sama dia." Celetuk Steffi yang sedang berduel PS dengan Adeo.
"Nah itu gue setuju." Timpal Rania. Dia baru saja keluar dari toilet yang terletak di kamar Adeo.
"Ya jangan gitu lah. Najis amat. Lo pikir ini cerita apaan? Novel romance?"
"Ini emang bukan cerita romance. Tapi, teenfict!"
Lala mencabut kabel stik Steffi dari PS membuat perempuan itu mengerang karena dia baru saja ingin mencetak gol pada gawang Adeo. "Lucu lo kutil dugong."
"Mosnyet! Anjing lo, Setan! Bangsat emang, tai! Babi!" Maki Steffi tidak tanggung-tanggung. Dia mengabsen seluruh nama binatang dan kata-kata kasar.
"Biasa aja napa ngomongnya." Ucap Adeo. Dia melirik Steffi tidak santai, jujur, laki-laki itu sebenarnya kaget juga.
"Eh main truth or truth, yuk!" Ajak Rania semangat saat tangannya yang gratak menemukan kertas hvs di laci meja belajar Adeo.
"Males." Adeo beranjak dari duduknya. Dia berucap lagi sebelum menutup pintu dari luar. "Buang-buang waktu gue aja."
"Sok ngartis, jibang." Sahut Lala sambil membuka tutup botol air mineral yang masih di segel. "By the way, gue juga gak mau ikut, lagi gak mood."
"Tuh, yang udah punya rahasia mah beda cerita." Kata Steffi, berusaha menyindir ke arah hubungan Lala dan Aril.
"Ye.. dasar suka maksa!" Balas Lala ketika sudah selesai minum. "Dari judulnya aja udah truth or truth, mana ada tuh permainan kayak begitu."
"Ada. Gue baru buat barusan." Kilah Rania. Sepertinya dia ingin mendapatkan kejujuran dari temannya, atau mungkin menyampaikan sesuatu tanpa harus dengan cara serius?
Sama dengan Lala, Lintang pun kurang setuju mengenai permainan ini. "Gak menarik." Katanya. "Paling gitu-gitu doang."
"Sampe lo denger sesuatu yang gak pernah lo tau sebelumnya, traktir nonton, ya!" Ucap Rania tidak terima.
"Lo kayaknya tau sesuatu, ya, Ran?" Tanya Steffi setelah dia selesai membereskan stik-stik PS.
Tiba-tiba Lala menepuk pundak Rania, membuat Rania menoleh. "Ayo deh gue mau main."
Seulas senyum Rania langsung terbit tatkala Lala mengatakan itu. "Itu baru temen gue." Ucapnya seraya menepuk-nepuk pundak Lala.
Lala menepis tangan Rania. "Gak usah sok pro gitu ke gue. Bikin gue jadi suudzon aja."
"Heh, itu." Panggil Rania dengan wajah pura-pura angkuh. "Mau ikut gak lo?"
Lintang terkekeh pelan. "Iya kalo di paksa mah."
Rania mencebikan bibirnya. "Idih. Kagak maksa pisan gue mah."
Lantas, mereka kemudian duduk mengelilingi meja hitam yang berada di tengah-tengah kamar Adeo. Lalu Rania menyebutkan peraturan-peraturannya. "Oke, jadi lo tulis dah apaan yang mau ditanyain, tapi satu aja, gak usah borju, abis itu tulis di kertas masing-masing."
"Boros banget sih. Cuma satu pertanyaan aja selembar hvs." Komentar Lala.
"Gak usah banyak bacot lo. Tulis aja pertanyaan lo dulu mendingan." Rania mendelik sebal dan mulai menuliskan pertanyaannya. Begitu juga dengan yang lain.
Dua menit kemudian empat lembar kertas hvs sudah terkumpul di tengah meja. Kertas yang paling atas di ambil dan di balikan. Mereka membaca satu baris tulisan kecil tapi masih bisa di baca di sana.
Siapa orang yang lo suka?
"Apaan nih pertanyaannya basi banget." Komentar Lala lagi, kali ini di sertai nada khawatir. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel di atas meja karena benda itu bergetar tadi.
Rania berdecak keras. "Jawab aja, sih. Susah banget. Itungan ke tiga, ya." Intruksi perempuan itu. "Satu. Dua. Tiga."
"Adeo."
"Adeo."
"Zidan."
"Stevan?"
**
Ululululu garing banget anjir..
KAMU SEDANG MEMBACA
12 IPA 1
Novela Juvenil"Nama gue Sadeo Kenzo." "Nama gue Sheila Navaro." "Nama gue Lintang Shamira." "Nama gue Anjaly Stefhanie." "Dan nama gue Rania Adriani." "Kami bersama-sama, melunakkan ego dan hati."