12. Visiting Danu

1.4K 108 0
                                    

12. Visiting Danu.

"Erfan, tunggu!"

Lala menghampiri laki-laki yang tadi dia panggil.

"Lo pulang sama siapa?" Tanyanya hati-hati. Mata perempuan itu melirik ujung koridor, dimana tempat teman-temannya sekarang menunggu dengan wajah tegang.

"Sendiri. Ada apa, La?"

Yes, langkah awal berhasil.

"Gue boleh ikut gak? Soalnya Lintang, Steffi, Rania sama Adeo kerkom, trus gue nggak sekelompok sama mereka." Lala tertawa dalam hati. Lagi pula, sejak kapan dia pulang bersama teman-temannya itu?

Erfan menggaruk tengkuknya. "La, lo muslim kan?"

"Muslimah lah, gila. Emang muka gue ada tampang cowoknya apa?"

Erfan tersenyum. "Kajian Jum'at, yang di selenggarain keputrian, lo suka dateng nggak?"

"Kajian apaan? Hari Jum'at jadwal gue tidur sampe malem." Kata Lala. Otak perempuan itu berusaha mengingat acara yang ada di sekolahannya.

"La, kalau lo pake jilbab, pasti cakep." Diam-diam, Erfan membayangkan perempuan cantik yang kini di hadapannya itu memakai hijab.

"Apa?" Mata Lala membelak. "Kalau gue pake jilbab, ntar lo naksir lagi."

"Jadi, lo nggak pernah dateng?"

"Kalau lo yang ngisi sih, gue pasti dateng."

"Ngaco. Gue kan Jum'at-an"

"Kirain.." Lala tersenyum malu.

"Gue saranin, sering-sering deh dateng ke acara pengajian gitu, La. Kan dapet pahala juga. Sekalian ajak temen-temen lo."

"Nggak mau, ah!" Tolaknya mentah-mentah membuat kerutan di dahi Erfan.

"Kenapa?"

"Anak rohis gak mau gaul sama kita-kita. Mereka kumpulnya di mushola terus. Kebanyakan juga anaknya yang kalem-kalem." Ucapnya menjelaskan.

Erfan tersenyum tipis. "Ada kok, cewek mushola yang gaul, nggak selalu di mushola, tapi hatinya terikat sama mushola, dan bukan anak yang kalem-kalem gitu."

"Siapa?"

"Sheila, sebulan lagi." Erfan menatap manik coklat milik Lala dengan tenang. "Semoga."

Lala terdiam. Sheila yang di maksud itu dia kan? Erfan kenapa sih? Apa maksud dia ngomong gitu ke Lala?

Lala merasa pundaknya di tepuk oleh seseorang dari belakang. Maka dari itu dia langsung memutar balik tubuhnya sepersekian detik.

"Lo mau ikut jenguk Danu gak, La?"

Lala berdecak kesal. Emang Nanira gak punya waktu lagi apa ngasih tahu informasi ini ke Lala? Harus gitu pas dia lagi berduaan sama Erfan?

"Siapa aja yang ikut?" Tanya Lala akhirnya.

"Banyak. Lintang, Steffi sama Rania juga ikut noh." Nanira menunjuk tiga perempuan yang sedang mengumpat di balik dinding membuat Lala membulatkan matanya.

"Iya, gue ikut." Ucapnya pelan.

"Yaudah bayar."

"Bayar apaan?"

"Ya lo emang mau dateng ke rumah si Danu nggak bawa apa-apaan, hah?"

"Kan pake uang kas."

"Kayak lo suka bayar uang kas aja, nying."

Lala mengurut pangkal hidungnya. Mata perempuan itu sibuk melirik ekspresi yang di keluarkan Erfan. Nanira emang bikin malu.

"Ehm.. gue balik duluan, ya." Pamit Lala pada Erfan. Dia menarik tangan Nanira agar segera menjauh.

Saat mereka berdua sudah sampai di ujung koridor, Erfan dapat mendengarkan racauan Lala beserta teman-temannya yang memarahi Nanira.

Ah, perempuan. Awalnya Erfan hanya ingin Lala tidak pulang berdua bersamanya. Tapi jika menolaknya secara terang-terangan, Erfan juga tidak enak hati. Dan laki-laki itu juga tau, perempuan terbuat dari tulang rusuk yang paling bengkok. Kalau di kasarin akan patah.

Makanya Erfan menolaknya dengan lembut. Tapi, sepertinya tulang rusuk bengkok Lala terbuat dari baja. Nah, kalau dari baja gimana cara meluruskannya? Dengan cara halus pasti gak bisa dong?

Erfan mengangkat bahu, menyerah. Laki-laki itu lalu berjalan menuju parkiran untuk pulang.

***

"Eh tambahin dong."

"Gue kan tadi udah bayar duapuluh ribu."

"Gak ada lagi duitnya."

"Cepet! Malu ni, bego!"

"Lagian lu beli banyak banget, Ra."

"Biarin. Biar keliatan kaya dikit kita di depan emaknya si Danu."

"Duit gue sisa tujuh rebu. Buat beli bensin."

"Lagian ini laki-lakinya mana sih?"

"Pake uang kas aja udah."

"Naniranya kan udah pulang."

"Apa urusannya sama tu bocah dah?"

"Dia yang megang uang kas. Lo minta di kelipuk, ya?"

"Apaan, Ra?" Adzkia memasuki Indomaret bersama Seli yang tadi di suruh oleh Ara untuk memanggil perempuan itu.

"Ini belanjaan duitnya kurang duapuluhlima ribu. Tambahin napa, Kia."

Adzkia melirik wajah kasir yang cengenges geli. Kemudian, tatapannya beralih pada Lala, Lintang, Steffi, Rania dan Adeo yang sedang berselonjoran di lantai Indomaret. Sebenarnya Adzkia sangat malu, tapi tidak ada yang liat juga kan? Jadi, ya, dia bersikap biasa saja.

Adzkia mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribuan dari dalam kantung rok panjangnya. "Padahal ini duit terakhir Kia, ya Allah."

Hana Calling.

Lala segera mengangkat panggilan itu setelah melihat nama Hana muncul.

"Woi! Cepet jemput gue, ego! Ini gue di depan perumahannya si Ara. Sendirian, udah kayak jones."

"Lah? Lo ngapain nelfon gue?"

"Jemput ih, Lala."

"Lo ngapain di sono, Hana?"

"Tadi kan gue di suruh nunggu sini. Katanya mau di jemput sama Andre."

"Ya emang."

"Trus si Andrenya mana, anjing? Gue bakar juga nih rumah lu."

"Dih? Tadi si Andre udah ke sono juga. Yaudah atuh, Adeo otw nih."

**

*sebar duit* *lompat-lompatan* seneng banget gila gue udah ada ide lagi. Wkwkwk :v

12 IPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang