Setelah dia pergi. Hariku sepi hatiku sunyi. Aku selalu ingin melupakan tapi ditolak oleh nurani. Dia selalu muncul dalam memori. Memutar kenangan-kenangan menyayat hati. Membuat semakin parah luka di hati.
Mondy.
Setahun setelah lulus SMA, setelah kamu pergi, aku mulai terbiasa sendiri. Setahun bukan waktu yang singkat Mondy. Hitung berapa hari berapa jam berapa menit hingga detik yang aku lewati. Begitu banyak hal yang aku lalui dengan berat hati.
Tapi sekarang tidak lagi. Hatiku sudah mampu untuk membuatku berdiri. Berdiri menghadapi segala di dunia ini. Karena apa?
Karena kini aku sadar aku tidak benar-benar sendiri.
Abah, Reva, Boy, dan kini ada Gino. Selama setahun mereka selalu ada di dekatku. Tapi kala itu aku memang bodoh, selalu merasa sepi dan sepi. Masih selalu ada yang kurang, kurang dan kurang. Banyak yang ada di sekelilingku tapi hilangnya kamu berhasil membuat seakan duniaku juga telah hilang. Bodoh bukan?
Aku putuskan aku akan melupakanmu Mondy. Melupakanmu!
Aku bahagia.
Setahun ini juga akhirnya hobiku tersalurkan. Dulu kamu selalu melarang aku yang ingin ikut balap. Kini tidak ada lagi yang melarang. Mungkin kamu akan jadi orang paling marah di dunia ini setelah tau bahwa aku tak hanya ikut balap, malah kini aku sudah jadi pembalap nasional. Tepat hari ini-iya hari ini. Selamat tinggal Mondy. -Raya Aditya
"Sombong.. iya tauu iyaa pembalap nasional" Suara itu muncul tiba-tiba di dekat telinga Raya. Reva Aditya, adik perempuan Raya. Tanpa Raya sadari ternyata telah lama Reva melihat Raya yang sedang mengetik di laptop.
Dengan reflek Raya menutup laptopnya. "lo apaan sih, gak sopan banget dasar."
"Lah salah siapa lo gak sadar gue masuk, saking fokusnya nulis curhatan hati. Pake kalimat puitis gitu wkwkwk." Raya memang sering khilaf kalau udah ngetik curahan hatinya sampai mengabaikan segalanya. Dia memang cewek tomboy, cuek, kasar. Tapi setelah cowok itu pergi, Raya sering menyempatkan waktunya untuk mengetik isi hatinya.
"Itu juga, lo niat banget sih, masih pake baju balap gitu bukannya mandi dulu kek baru ngetik-ngetik." Lanjut omel-omel dari Reva melihat kakaknya yg pemalas itu masih pake baju balap.
"Bawel lo. Ini juga mau mandi." Raya berdiri. "Awas minggir."
Reva keluar dari kamar Raya. Melangkah keluar rumah. Terlihat disana sudah ada Abah, Boy dan Gino dengan berbagai hadiah masing-masing untuk Raya.
Mereka memberi kejutan serta hadiah-hadiah yang sudah lama dibeli itu untuk merayakan kemenangan Raya di balap nasional ini. Mereka yakin Raya pasti menang. Kalaupun gak menang, hadiah yang udah dibeli tetep dikasihin kok.
Setelah semuanya siap, kue di tangan Reva, terompet kecil serta balon di tangan Gino dan Abah, dan kamera di tangan Boy. Mereka siap-siap sambil menunggu Raya selesai mandi. Raya bukan orang yang lama kalau lagi mandi. Sepertinya, sekarang sudah selesai.
"Boy kyaknya Raya udah selesai cepet taruh kameranya trus masuk panggil dia."
Boy meng-iyakan perintah Reva. Cowok bule itu masuk menuju kamar Raya. Diketuknya kamar saudara dari pacarnya itu. "Ray. Ray..."
Raya membuka pintu kamarnya. Cewek itu memakai pakaian rumah, kaos serta celana pendek. "Apa Boy?"
Boy memasang wajah panik. "Abah pingsan Ray,.. ayo buruan ke depan."
Raya tak kalah panik. "Abah pingsan??? Kok bisa??" Tanpa lama-lama Raya mengikuti Boy yang berjalan cepat ke depan rumah.
Betapa terkejutnya Raya melihat pemandangan di depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017