17 : Bella

1K 106 11
                                    

"Hukuman mati!"

tok tok tok . Tiga kali palu dipukul. Tandanya sah kalau Hendra dihukum hukuman mati.

Mondy tersenyum kecil bersyukur atas keputusan hakim yang sangat adil.

Melirik Hendra di sebelah kanan, terlihat begitu santai tanpa protes ataupun marah. Aneh?

Semuanya berdiri. Hendra dikawal untuk keluar ruangan. Berjalan ke arah kiri. Orang itu berhenti sejenak di depan Mondy. Melirik Mondy

"Jangan senang dulu. Ini bukan akhir cerita." Sinis kemudian lanjut jalan lurus keluar ruangan.

"Gila." Batin Mondy

Gino dan Tania menghampiri Mondy. Memberi selamat dan dukungan memulai hidup yang benar-benar baru.

"Raya mana?"

"Raya lagi sama Reva dan Boy."

"Owh, ayo susul mereka."

Mondy, Gino dan Tania meninggalkan ruang persidangan.

Tiba-tiba langkah Tania terhenti melihat sosok perempuan berdiri dengan tatapan nanar.

"Bella." Ucap Tania membuat Mondy melihat ke arah perempuan yang sama.

Perempuan itu berjalan menghampiri tempat Mondy, Tania dan Gino berdiri. Masih dengan tatapan sendu.

"Bel apakabar? Lo baik-baik aja kan?" Bodoh. Mana ada dia baik-baik aja sedang papanya dihukum mati. Eh, tapi papanya juga selalu jahat ke dia-mungkin dia sedikit senang? Batin Tania

Bella hanya mengangguk dengan senyuman tipis. Beralih menoleh Mondy.

"Lama ga ketemu. Btw, muka lo pucet. Lo sakit?" Tanya Mondy.

Kini Bella menggeleng. Hening. Tiba-tiba keheningan itu hilang ketika Bella mengucapkan "Eia aih" sambil menggerak-gerakan tangannya.

Sukses membuat Tania dan Mondy melongo. Emm juga Gino.

"Bel suara lo?" Tanya Tania

Bella mengambil bolpoin dan buku kecil di saku kemudian ia menulis.

"Aku mengalami kecelakaan beberapa minggu lalu. Aku bisu Aku hanya ingin bilang terima kasih. Sudah menghukum papa jahatku."

Berbalas sama-sama sambil senyum lebar dari Mondy dan Tania.

"Oh ya bel, ini Gino pacar aku." Tania mengalihkan pembicaraan

Bella meraih tangan Gino. Mereka bersalaman saling menyebutkan nama masing-masing.

Bella kembali menatap sendu Mondy.

Mondy menyerngitkan dahi. "Ada yang mau lo omongin ke gue Bel?"

Bella kembali menulis "Boleh aku peluk kamu?"

Mondy melirik Gino mengedikkan bahu. Lalu menoleh Tania, Tania mengangguk ragu.

Bella memeluk erat cowok di depannya tepat setelah melihat anggukan dari cowok itu. Ya, Mondy mengangguk-seakan tau hati Bella sedang kacau. Mondy hanya ingin menenangkan sebagai, teman.

"MONDY"

Suara keras penuh nada cemburu itu terdengar tepat lurus di pandangan Mondy.

Tania dengan cepat berlari ke arah suara itu. Suara Raya. Dengan cepat pula Tania menjelaskan pada Raya tentang siapa Bella.

Mondy tak bisa melepas pelukan yang kian semakin erat itu. Terdengar sesenggukan tangisan tanpa suara dari Bella.

Raya paham dengan penjelasan Tania. Kisah pilu Bella berhasil membuat Raya mengurungkan niatnya untuk marah. Tidak ada salahnya kan, walau sedikit nyeri di hati.

Kali Kedua ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang