"Kenapa sih-gue gabisa jatuh cinta sama orang sebaik lo"
Gino menghela nafas sangat panjang. Dihiasi dengan wajah dan mata yang sedih. Namun tetap berusaha tegar.
Seketika cuaca yang cerah itu berubah. Langit perlahan menjadi gelap. Seolah-olah merasakan apa yang dirasakan Gino. Awan abu-abu kehitaman mulai menyingkirkan awan putih. Air mata Gino yang tak keluar sepertinya terwakilkan oleh turunnya hujan detik itu.
Rintikan demi rintikan air yang turun dari langit berhasil menemani kesedihan Gino. Gino yang lelah berdiri merubah posisinya untuk duduk. Duduk menatap hujan.
"Siapapun tolong ambil perasaan ini. Tolong. Gue mohon. Ambil perasaan ini jauh-jauh dari gue." Teriaknya dalam hati.
Hujan tak henti-henti turun---hingga menjelang senja.
"Re.. gue tunggu di depan ya." Teriak Raya pada Reva yang sedang mandi.
"Iya Ray.." Balas Reva.
Dengan baju hangatnya. Raya berjalan ke teras. Dia kaget melihat tubuh Gino tergeletak di lantai dengan posisi memeluk kaki. Kedinginan.
"Gin... lo ngapain tidur disini. Bangun heh.." ditepuk-tepuknya pipi Gino.
"Ni anak tidur apa pingsan sih. Gin... woy Gino!! Bangun Gin." Kini Raya menggoyang-goyang tubuh Gino.Usahanya berhasil. Gino terbangun. "Ray.. lo ngapain." Sambil mengucek-ngucek mata.
"ELO yang ngapain!! Kenapa tidur disini?" Ucap Raya geram.
"iya sory-sory. Gue tadi gak bisa tidur. Trus gue kesini. Eh hujan-gue ketiduran." Penjelasan singkat dari Gino.
Raya menggeleng heran.
"Lo mau kemana Ray? Bawa payung gitu."
"Gue mau beli nasi goreng deket sini gin. Nih nungguin Reva mandi."
"Gue temenin." Gino bersemangat.
"Payungnya cuuma satu Gino.."
"Yaudah kita berdua aja. Ya Ray.. yaa..." Gino memohon.
Melihat Raya diam-Gino dengan segera menyambar payung di tangan Raya.
"Yuk Ray buruan." Langkah kaki Gino yang menjauh dari teras itu membuat Raya berteriak tunggu lalu berlari menyusul Gino.Jadilah-kini mereka berjalan beriringan satu payung. Payung yang tak begitu besar itu membuat tubuh mereka menempel. Dengan tangan kiri Gino yang merangkul bahu kiri Raya.
Tak lama kemudian-Reva muncul. Dilihatnya teras kosong tak ada Raya.
"Mana Raya.." Ucapnya. Berjalan ke kanan ke kiri. Menengok kanan-kiri.
"Ngapain Rev.. celingak celinguk. Cari apaan sih." Boy tiba-tiba keluar.
"Boy. Emm inii. Aku cari Raya. Mau beli nasi goreng, katanya ditunggu di luar. Ini gak ada."
"Udah pergi mungkin.. kamu sih dandannya lama pasti." Goda Boy.
"Dandan apaan sih. Tadi tu aku masih mandi. Perasaan juga gak lama-lama amat. Lagian Raya beli sama siapa coba? Ya kali dia mau pergi sendiri gitu? Hujan-hujan gini? Kan nggak mungkin." Reva cemberut.
"Mungkin sama Gino. Dia juga gak ada di kamar. Yaudah lah Rev gausah cemberut gitu. Lihat sisi positifnya. Kita bisa berduaan kan disini." Mata genit Boy beraksi.
"Apaan sih Boy. Positif dari mananya coba." Reva menyeringai. Boy tak menjawab. Dia berjalan ke kursi-lalu duduk.
"Sini.. duduk. Temenin ngobrol." Ucap Boy yang mengetuk-ngetuk kursi dengan jarinya.
Tentu tidak menolak. Revapun duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017