"Mon kamu ngapain disini?"
Kedua mata Raya terbuka lebar melihat Mondy duduk manis mengangkat kaki di depan ruang ganti.
Kedua mata Raya semakin melebar melihat cewek yang keluar dari ruang ganti-memakai pakaian pengantin putih.
Mondy berdiri.
Raya kembali menoleh Mondy menanti jawaban.
Cewek bergaun putih itu mendekat. Menggenggam erat tangan Mondy.
"Maaf Ray." Ucap Mondy menatap sendu Raya.
Raya masih mematung bingung dengan apa yang dilihat. Melihat Mondy berdiri sejajar dengan cewek yang tak lain adalah Fani-teman SMA mereka.
Pengagum Mondy-sekaligus mantan Mondy. Fani semakin erat menggenggam tangan Mondy.
"Mon.." Ucap Raya lirih dengan kedua mata yang menahan air serasa ingin tumpah.
Mondy melepas genggaman Fani-berubah merangkul. Sukses membuat air mata Raya tumpah.
"Maafin aku ray. Setelah bertemu Fani lagi, aku rasa aku lebih baik dengan dia."
Raya memucat-bibirnya seakan kaku mendengar kalimat Mondy.
Raya ingin mengucap berbagai kalimat namun tak bisa-terlalu sulit membuka suara.
Hatinya terlalu sakit. Lututnya lemas hingga membuatnya ambruk berlutut di lantai.
Menunduk menangis sesenggukan. Lalu menghela nafas panjang sekuat tenaga mencoba berdiri dan berdiri tegak di depan Mondy. Menampar keras Mondy.
"Lo jahat mon!"
"Jahat!" Memukul bahu Mondy. "Jahat!"
Fani tak tinggal diam. Cewek itu memanggil satpam untuk mengusir Raya.
Tak lama satpampun datang dan menarik Raya keluar. Raya masih terus berteriak jahat pada Mondy.
"Jahat!!!!!"
"Lo jahat mon!!!!"
"Ray. Kenapa lo?" Tanya Reva panik duduk di kasur Raya-masih memegang spatula. Reva sedang memasak telur dadar namun berlari ketika mendengar teriakan Raya.
Raya terlihat mengatur nafas-masih linglung.
"Gue mimpi Mondy nikah sama Fani."
"Pffft." Reva menahan tawa. "Astaga Ray. Gue pikir kenapa!"
Raya mendengus sebal mendapati respon Reva.
Reva berdiri "Efek mau nikah kek gitu ya. Aneh." Menyeringai lalu keluar kamar Raya.
Raya memandang datar Reva yang sudah tak terlihat. Mengacak-ngacak rambutnya mendengus sebal.
Gadis yang terlihat masih linglung itu menengok handphonenya yang bergetar di meja samping kasurnya. Meraih lalu mengklik tombol hijau.
"Halo."
...........
"Sekarang? Baru juga jam 7 Mon."
............
"Ish. Iya-iya."
.............
"Iya hati-hati. Ni aku mau mandi."
.............
"Oke."
Raya menghela nafas lega. Mimpinya benar-benar mimpi kan, bukan akan menjadi nyata. Kenyataannya barusan Mondy mengajaknya ke tempat memesan undangan pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017