"Hah.. capek banget gue."
Raya menghempaskan tubuhnya di kursi ruang tamu.
"Gausah ngeluh. Salah lo sendiri sok-sok an bilang lusa akad." Sahut Reva sambil meletakkan segelas teh hangat untuk Raya. Perhatian pada kakaknya yang pulang larut malam karena mengurus ini dan itu untuk ijab qabulnya lusa.
Raya meraih segelas teh hangatnya lalu ia minum perlahan.
"Gue shock banget tadi ditelfon lo bilang majuin akad nikah jadi lusa." "Makin shock denger lo ceritain alesannya. Konyol banget sumpah."
Raya menghela nafas lelah. "Yaudahlah udah terlanjur juga." "Demi harga diri. Rela kelelahan gue."
"Makan tu harga diri."
"Udah ni gue makan sampe kenyang sampe pusing sampe ngantuk."
Reva berdecak pelan. "Ck. Yaudah sana ke kamar lo. Istirahat." "Besok lanjut ngurus ini ngurus itu."
Raya mengangkat tubuhnya-berdiri malas. Berjalan malas masuk ke kamar. Reva meraih gelas teh hangat yang sudah habis itu lalu mencucinya. Kemudian masuk ke kamar.
✖✖
"Revvv....." Siang bolong Raya Teriak di depan pintu kamar Reva.
"Apaan ray teriak teriak." "Astaghfirullahaladzim." Reva begitu kaget. "Lo apain sampe bolong gini." Lanjut Reva meraih kebaya dari tangan Raya.
Raya terduduk lemas di kursi dekatnya. "Gue setrika. Lupa mendadak gara-gara ngobrol penting telfonan sama Mondy."
Reva menepuk jidatnya. "Astaga ray. Ini kebaya ambu waktu akad nikah sama abah."
"Iya tau-ini gue juga sedih parah."
"Yaudah mau gimana lagi. Kita cari kebaya baru."
"Sekarang?"
"Yaiyalah. Besok hari-H akad hello!"
"Lo gak ada kuliah"
"Bersyukurlah. Nggak ada."
Raya menghela nafas. "Oke tunggu gue ganti baju bentar." Lari ke kamarnya.
"Buruan."
Beberapa menit kemudian dua gadis bersaudara itu melaju dengan motor. Motor Reva-dia yang memboncengkan Raya.
Sampai di mall. Raya mengikuti langkah Reva yang lebih tau tempat membeli kebaya yang bagus.
"Disitu kyaknya bagus deh Ray." Reva menunjuk sebuah toko yang menjual segala jenis kebaya.
Memilah milih, namun tak ada satupun yang Reva suka. Kebayanya untuk Raya-tetap saja yang memilih ya Reva. Raya mempercayakan pada Reva seutuhnya.
"Dari luar bagus, ternyata biasa aja." Komen Reva setelah keluar dari toko tersebut.
"Re itu bagus tu kayaknya. Brand artis bukan sih?"
Reva memicingkan matanya pada arah yang ditunjuk Raya.
"Oh iya. Jeli juga mata lo tumben." Reva memimpin berjalan cepat memasuki toko ynag di tunjuk Raya.
Melihat-lihat lagi. Akhirnya kedua mata Reva tertarik pada satu kebaya. Meminta mbak yang bekerja disana untuk mengambilkan kemudian Raya coba.
Cocok-bagus. "Udah mbak, beli ini ya."
"Mbak, saya juga mau kebaya model itu dong." Ucap salah satu pembeli yang beberapa menit lalu datang. Kebaya yang dimaksud-kebaya yang akan dibayar Reva.
"Maaf kak, ini cuma ada satu. Model lain kaka barangkali cocok." Jawab Ramah pelayan.
"Udah saya lihat semua. Saya sukanya itu." Pembeli itu ngeyel. Reva mulai geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017