30 : The Real Akad

1.7K 141 17
                                    

"Saya terima nikahnya, Raya aditya dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." Ucap Mondy cepat kilat tanpa jeda.

Mondy tersenyum lega setelah mengucapkan kata perkata dengan cepat dengan satu nafas. Menoleh Gino dan Boy yang justru memandang malas-kesal-lelah.

"Binti Mon Binti. Ah elah salah mulu dari tadi." Ucap Gino kesal. Boy menggeleng heran.

Mondy menepuk jidatnya menyadari bodohnya dia-menghela nafas kasar sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Coba lagi Mon." Boy menyemangati.

Huft. Mondy menarik nafas dan mengeluarkan perlahan. "Saya terima nikahnya Raya Aditya binti Almarhum Rama Aditya dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"SAHHHH." Teriak Gino dan Boy bersamaan. Sangat semangat karena akhirnya latihan Mondy ada hasilnya juga. Walau baru benar sekali doang.

Kali ini senyum Mondy sungguhan-benar-benar senyum lega. Dengan satu nafas bisa melaflkan ijab qabul dengan lancar. Berharap semoga nanti di depan penghulu juga lancar.

Akhirnya setengah jam belajar di depan Gino dan Boy ada hasilnya juga.

Dari semalam cowok yang segera akan menjadi suami muda Raya Aditya itu panas dingin deg-degan bukan main.

Tanpa berhubungan sama sekali dengan Raya baik lewat chat maupun telfon sejak kemarin setelah insiden lift. Sengaja-agar benar-benar kerasa dipingit. Dipingit sebentar-tapi rasanya udah kyak bulanan gak ketemu.

Boy dan Gino segera menyuruh Mondy untuk bersiap berangkat karena jam menunjukkan angka 08.45 sedang acara akan dimulai pukul 10.00 di rumah mempelai wanita-Raya.

Sudah siap-sudah memakai kemeja putih dibalut jas hitam lalu dipadukan dengan celana hitam dan sepatu hitam, terakhir tatanan rambut rambut kece khas Mondy. Wajahnya yang berseri menambah kadar ketampanannya meningkat 1000 persen.

Aura Mondy begitu terpancar-seakan dunia harus tau Mondy sangat berbahagia. Hari yang mendebarkan memang, tapi tak bisa dipungkiri juga kalau juga sekaligus menjadi hari berbahagianya.

Mobil hitam dengan penumpang tiga cowok kece melaju cepat ke rumah mempelai wanita-Raya.

Ada dua mobil di belakang yang mengikuti, satu mobil berisi orang tua Boy, satunya lagi berisi Om Mondy sebagai walinya bersama istri dan anak-anaknya.

"Mon tegang amat kek mau ngerjain UN." Gino menyeringai melihat ekspresi tegang Mondy yang duduk di belakang itu.

"Suatu saat lo bakal ngerasain juga Gin." Jawab Mondy sedikit tak terima Gino selalu mengoloknya karena teganglah deg-degan lah.

Boy terkekeh. "Sabar ya mon."

✖✖

"Raya.. jangan minuum air terus dong. Lipstick lo ilang kan." Reva mengomeli Raya yang sedari tadi kerjaannya minum-minum-minum dan minum. Sampai tak terhitung cewek itu bolak-balik kamar mandi untuk pipis karena kebanyakan minum.

"Gue deg-degan parah Re." Jawab Raya dengan kakinya yang terus bergerak menandakan dia benar-benar tak bisa tenang. Gelisah.

Melihat Raya seperti itu, Reva jadi percaya soal omongan yang katanya kalau mau nikah itu banyak di guncang rasa berdebar yang hebat dan gelisah luar biasa. Raya contoh real-nyata-hidup.

Raya meraih handhonenya yang bergetar di atas meja samping ia duduk. Kedua matanya membulat-kaget melihat pesan yang masuk. Reflek berdiri memasang wajah ingin menangis.

"Kenapa Ray?" Tanya Reva penuh nada cemas karena melihat raut wajah Raya penuh kekawatiran.

"Reev.." Ucap Raya dengan nada lemas memperlihatkan mata sendu pada Reva.

Kali Kedua ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang