"Ray makan ya gue suapin."
Reva mengambil satu sendok nasi dan lauk di piring yang ia bawa. Mengarahkan sendok ke mulut Raya. Raya membuang muka.
"Ray ayolah sesuap aja."
Raya menggeleng.
"Pliss Ray lo belom makan dari tadi pagi." Reva terus mendekatkan sendok itu ke mulut Raya. Membuat Raya risih dan menepis tangan Reva.
Hingga sendok itu jatuh ke lantai.
Reva memejamkan mata. Kesal. Meletakkan kasar piring ke meja samping kasur Raya.
"Lo lihat gue!" Reva memegang erat bahu Raya mencoba membuat Raya melihat ke arah Reva. "Lihat gue!" Bentak Reva.
Raya masih enggan melihat.
"Lo itu egois! Ray plis bukan lo doang yang sedih! Bukan lo doang yang kehilangan! Gue juga!" "Gue adik lo ray! Gue juga anak abah!" "Tapi lo bersikap seakan lo orang paling menderita sendiri! Lo gak anggep gue ada?!" "Lo lupa punya adik? Lo lupa dirumah ini masih ada satu makhluk hidup selain lo?"
Raya masih diam.
Reva sudah menangis sejak kalimat pertama.
"Gue cuma punya lo raay.. trus gue mesti gimana kalau lo aja gak nganggep gue ada." Reva sesenggukan. "Gue juga sedih Abah meninggal. Gue sedih. Gue sedihhhh." Reva makin sesenggukan.
"Abah butuh doa ray. Gak butuh ratapan sedih lo." Reva menyeka sudut-sudut matanya.
"Gue tunggu diluar. Gaenak sama yang lainnya udah pada yasinan doain abah. Tetangga-tetangga juga banyak yang dateng." Kata Reva dengan suara goyah.
Reva berdiri lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Raya. kemudian Reva duduk disamping Sarah yang ternyata juga dateng buat doain abah.
"Raya belom mau keluar?" Tanya Sarah ke Reva
Reva menggeleng. "Belom mbak."
"Gapapa berdoa aja." Sarah menepuk-nepuk pelan bahu Reva.
Reva mengangguk. Kemudian ikut membaca yasin mengikuti lainnya.
Mondy, Boy, Gino juga ikut duduk bersama om dadang, om diding, om dudung dan bapak-bapak teman Abah.
Tania dari kamar mandi, duduk disamping Reva. "Raya belom mau keluar?"
Reva menggeleng. Tania paham-mengelus bahu Reva menyabarkan.
Setelah semuanya pulang. Reva memberanikan diri kembali masuk ke kamar Raya. Reva menghela nafas lega-gak dikunci.
"Ray belom tidur?" Reva menutup pelan pintu Raya kemudian jalan pelan mendekat tempat tidur Raya. "Gue tidur sama lo ya." Pinta gadis yang memeluk guling kesayangannya itu.
Raya tak menjawab. Dia menggeser tubuhnya ke pinggir tempat tidur. Artinya meng-iyakan Reva tidur di sebelahnya.
Revapun naik ke ranjang merebahkan diri di samping Raya. Posisi Raya membelakangi Reva.
Sepertinya Raya sudah mendingan, nyatanya dia membolehkan Reva tidur bersamanya. Hanya saja masih bersikap dingin.
Reva menatap langit-langit kamar Raya. Kedua matanya kembali berair. "Ray, inget gak sehari sebelum Abah meninggal. Abah pagi-pagi masakin kita nasi goreng."
Raya masih diam.
"Kita bilang rasanya mirip banget sama buatan ambu." Air mata Reva menetes. Namun ia tersenyum. "Katanya Abah dia kangen Ambu." Menghela nafas. "Ternyata itu tanda Abah mau nyusul Ambu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✅
RomanceTentang kesempatan kedua seseorang untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala "Mengembalikan hati yang telah retak" "Mengembalikan kehidupan yang telah rusak" Kali Kedua by Naima ⓒ 2017