4 : Puncak

1.5K 118 1
                                    

Mobil berwarna hitam itu memasuki gerbang sebuah Villa. Tak mewah---namun sangat indah. Di kelilingi kebun teh yang hijau.

Karena sudah malam. Tak begitu terlihat hijaunya. Hanya bisa dirasakan sejuknya angin yang berhembus.

Reva paling antusias dari yang lainnya. Mobil berhenti. Dengan bergegas dia turun lalu merentangkan tangannya sambil menghirup udara yang segar ini.

"Akhirnyaaa otakku akan jernih kembali." Teriaknya. Kemudian berputar-putar pelan dengan mata terpejam. Benar-benar merasakan kenyamanan. Serasa jauh dari segala masalah.

Dari belakang. Boy mengenakan jaket pada tubuh Reva. Reva terkejut kecil. Kedua matanya terbuka. Dilihatnya Boy tepat di depan wajahnya. Hampir tak ada jarak.
Boy menyeringai.

"Asik banget ya mbak." Ledek Boy.

"Apaan sih Boy." Jawab Reva malu-malu yang kemudian mundur berbalik ke belakang. Kakinya terhenti dan berbalik lagi. "Boy.. kok sepi??-barang-barangnya??" Tanya Reva yang tak sadar kalau teman-temannya sudah membawa semua barang-barang ke dalam Villa.

"Udah dimasukin semua Re.. kamu ya, kalau udah merem merasakan alam sampai lupa waktu lupa segalanya." Omel Boy.
"Untung kita semua orang baik-baik. Coba orang jahat, kamu gak sadar kita tinggal balik ke Jakarta." Tambah Boy yang lalu mencubit hidung runcing Reva.

"Aww.. Boy sakit tau." Menyingkirkan tangan Boy. "Iya maaf.. tapi gapapa sih lumayan ga perlu bawa-bawa barang hhe." Tambah Reva.

"Kamu. Nakal ya.." Boy kesal gemas pada pacarnya itu. Ingin mencubit lagi. Namun Reva berhasil lari duluan. Boy mengejar. Terjadilah kejar-kejaran antara mereka. Seketika muncul soundtrack lagu romantis. Mengiringi kejar-kejaran mereka.

Aksi saling kejar itu berhenti ketika Reva berlari masuk Villa dan masuk ke kamar lalu mengunci pintu. Alhasil Boy menyerah dan masuk ke kamarnya.

Raya keluar dari kamar mandi. "Re.. kenapa ngos ngos-an gitu?"

"Eh Ray..ini gue habis kejar-kejaran sama Boy hhe" Jawab Reva yang lalu membantingkan diri ke kasur. Merebahkan badan.

"Kok lo tau ini kamar kita?" Tanya Raya yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Haha Gaktau tadi gue lari seketika pengen masuk sini." Reva tertawa kecil.

"Dasar lo. Mandi gih. Terus kita barbeque. Gue udah laper banget."

"Fiuh.. oke. Keringet gue juga udah hilang ni. Tungguin gue pokoknya!"

"Iya bawel!"

✖✖

Raya dan Reva membawa bahan makanan. Sosis, daging, dan jagung. Boy dan Gino menyiapkan alat untuk memanggang juga api untuk membakar jagung.

Setelah semuanya siap. Kedua cewek bersaudara itu berbagi tugas. Reva mengambil alih memanggang daging dan sosis dibantu Boy. Sedangkan Raya dan Gino membakar jagung.

Reva dan Boy asik memanggang berdua. Sedangkan Raya celingak-celinguk mencari kemana Mondy.
"Mondy ke kamar mandi Ray. Mules katanya." Kata Gino yang mengerti apa yang sedang dipikirkan Raya. Raya tersenyum malu.

"Kata siapa gue nyari Mondy."

"Ketebak kali Ray. Disini yang gak ada kan Cuma Mondy. Yakali lo nyari gue." Melihat Raya. "Gue kan ada dihati lo. Eh di sini maksudnya." Cowok manis itu tersenyum.

"Apaan sih gin.. ada-ada aja lo." Raya pun tersenyum tak kalah manis dengan Gino.

"Jagung gin.. dilihat. Jangan lihat gue mulu. Gosong tuh." Goda Raya.

Kali Kedua ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang